Chapter 8.Kekalahan

93 9 1
                                    

🍁"Dalam menguasai motor yang  harus diutamakan adalah keselematan gaya dan kekompakan dalam suatu gengs,"🍁

                       🍁KADJA🍁

Masih pagi Jefri sudah mengenakan seragam rapi. Ia menyisir rambutnya di depan kaca besat yang ada di kamarnya, usai itu. Ia bergegas memakai jaket dan ransel.

Memanasi motor lima menit lalu melajukannya kencang menuju markas. Sampai di markas, Jefri mendapati temannya yang sedang bermain motor di teras sedangkan Aldi dan Angel mengemas baju-baju dari gudang Jefri dengan rapi.

"Morning guys," sapa Jefri melepas helmnya sambil berjalan masuk ke dalam markas.

"Morning brader, neh jadinya udah gue rapiin lagi biar keliatan baru. Bagus gak?" Tanya Angel menyodorkan baju yang terkemas rapi di tangannya.

"God job Angel," jawab Jefri mengacungkan jempolnya.

"Heh, gue gak yakin baju-baju lo bisa  buat apart," sahut Dhika dari luar bersama Krish.

"Ya baju gue sih gak bisa buat apart, baju gue kan cuma bisa di pake," timpal Jefri terkikik pelan.

"Yailah, bukan gitu maksud gue. Gue gak yakin hasil jualan baju lo nanti bisa untuk beli apart," jelas Dhika emosi.

"Laen kalo nanya itu yang bener," jawab Krish menaikkan lengannya di pundak Dhika.

"Udeh debatnya? Bentar lagi jam tuju. Yok berangkat daripada telat," ajak Angel berjalan menghampiro motornya.

Mereka berlima bersama mengendarai motornya masing-masing. Jefri memimpin barisan dengan mengikatkan kain merah di helmnya, sampai di sekolah, mereka membuka helmnya bersamaan di tempat parkir.

Sorotan dari pada cowo ataupun cewe mulai muncul, tidak sedikit Cewe yang membuntuti mereka namun tak mereka hiraukan. Karena mereka tidak mencari ketenaran tapi kekompakan.

"Hey kalian! Kalo mau ngefans tuh sini aja sama kami yang udah banyak pengikutnya. Jangan ama geng kampungan itu! Gak guna," ucap tommy tersenyum miring.

"Eh gajah cungkring! Mau lo apaan sih ha? Geng gue itu gak pernah ganggun geng lo. Tapi kenapa lo selalu cari gara-gara ama geng gue?" Umpat Jefri penuh emosi.

"Eh tempe penyet. Gue cuma mau ngajak geng kampungan lu itu tanding bola di lapangan sama geng gue. Di saksiin oleh guru olahraga, yang menang lolos ke final," ucap Tommy mencolek hidungnya sambil tersenyum miring.

"Gue gak takut ya, sekarang juga gue jabanin," timpal Jefri melirik tajam.

Jefri mengajak keempat temannya ke kelas untuk izin dan menaruh tasnya, usai semua berganti baju olahraga. Mereka bersiap di lapangan di posisinya masing-mansing.

Geng Aktikor memulai pertandingan dengan mengoper bola ke arah Geng Kadja. Tommy membawa bola menghampiri Jefri yang sudah siap, ia mengoper kecil ke kanan dan kiri kakinya. Jefri yang geram melihat itu langsung merebut bolanya lalu ia mengoper pada Dhika yang bersiap di posisinya.

Dhika menendang bola pada Aldi namun melesat pada lawan. Lawan membawa bola itu ke arah Tommy namun saat di oper dengan sigap Krish menyambar. Ia menggiring bola ke gawang lawan dan ia mundur agak ke belakang lalu Krish menendang bola dengan kencang, o ... namun sayang tidak berhasil membobol pertahanan lawan.

Permainan berjalan satu jam. Geng Kadja berhasil membobol dua gol dan lawannya membobol tiga gol jadi kali ini geng Kadja kalah melawan geng Aktikor.

"Alah kalah!" Umpat Jefri tersungkur lemas.

"Hahay, bener kan apa yang lo bilang. Geng lo tu kampungan trus lemah lagi!" Ejek Tommy membalik jempol.

Jefri hanya menghela nafas kasar sambil melirik Tommy tajam. Krish yang marah mendengar ejekan Tommy langsung saja mengumpat.

"Eh tongket! Ini pasti siasat lu sama geng brengsek lo itu kan? Biar kita kalah dan lo dapat nilai plus di mata guru. Kalo bukan siasat lo, gak mungkin kita tak dapat kendali. Bangsat lu, cari menangnya sendiri," Bentak Krish hendak menghajar Tommy untuk saja di tahan Jefri dan Dhika.

"Kalo kalah ya kalah aja jangan ngelak," ucap Tommy santai memiringkan bibirnya.

"Sini lu kalo berani!" Tantang Krish mengangkat kerah baju Tommy sambil memelototinya.

"Udah-udah! Krish ayok balik, jangan ladenin pecundang itu," ajak Jefri menarik tangan Krish menjauh dari Tommy.

Pulang sekolah, mereka berlima nongkrong di base camp. Krish duduk di teras sambil memandangi jalan, ia masih geram dengan Tommy. Jefri mengotak atik motornya, Aldi dan Dhika bermain catur di ruang tamu.

"Jef! Lo kenapa sih gak ngelawan padahal kita di hina. Di hina ama tongket karatan," ucap Krish dengan nada tinggi.

"Trus kalo gue ngelawan kita bakal bisa menang gitu? Kagak lah Krish, lagian percuma orang kayak gitu di ladenin. Yang ada di pikiran mereka itu hanya kelicikan dan kita tadi kalah kan karena kelicikan mereka," jelas Jefri masih fokus dengan motornya.

"Berarti kita juga harus licik," jawab Krish mengepalkan tangannya.

"Jika licik di lawan dengan licik maka kita sama aja sama mereka! Kita harus lebih waspada dan pintar dari mereka. Gimana? Setuju?" Tanya Jefri pada keempat temannya.

"Setuju," jawab keempat temannya kompak.

Mereka berdiri dan berkumpul menjulurkan tangannya ke tengah. Mereka tumpuk jadi satu lalu  saling pandang satu sama lain.

"Kadja!" Ucap Krish memulai aba-aba.

"Kita semua," sahut ketiga lainnya menggantungkan ucapan.

Sementara itu,Angel sedang merapikan kamar markas sambil beberes barang-barang yang kotor lalu mengantarkan minuman yang ia buat untuk teman-temannya.

"Keluarga," timpal Angel yang baru datang dari dalam sambil tersenyum.

"Guys, minum dulu yok," ajak Angel meletakkan nampan di atas meja teras.

Krish, Dhika, Aldi dan Jefri langsung menghampiri Angek dan minum bersama-sama. Jus mangga yang masih muda kesukaan mereka, belum benar-benar matang hanya setengah matang saja mangganya untuk membuat jus.

"Gimana? Enak gak?" Tanya Angel meneguk miliknya lalu memandang teman-teman lainnya.

"Enak si tapi kek ada yang kurang," ucap Dhika berfikir.

"Cemilan! Iya yang kurang cemilannya nih Ngel, buruan buat," sahut Aldi cengengesan.

"Daripada gue yang buat, mending kita semua aja buat. Gimana," tanya Angel menaikkan alisnya.

"Oke, siapa takut," sahut Krish tersenyum miring.

Mereka berlima sibuk membuat camilan di dapur markas, Aldi memecah tepung di atas wadah yang berukuran sedang lalu Krish menuangkan satu gelas air. Jefri dan Dhika mengupas pisang sedangkan Angel memotong tahu jadi kecil kecil.

Jefri menyatukan pisang dengan adonan tepung lalu ia goreng di atas wajan yang sudah panas di susul Angel yang menyatukan tahu kecil-kecilnya dengan adonan sembari menunggu pisang matang.

Beberapa menit berlalu, pisang goreng sudah jadi sekarang ganti tahu yang di goreng di wajan tadi. Menunggu beberapa saat, semuanya telah matang dan di hidangkan di atas nampan bundar.

"Inilah camilan Kadja!" Ucap mereka berlima kompak menyodorkan nampan berisi gorengan di tambahi kubis dan sawi yang mempercantik.

                 Bersambung

KADJA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang