Chapter 9. berantem

69 9 0
                                    

Pagi ini, Dhika di dapur sedang memasak. Ia memasukkan daging ayam yang sudah ia potong- potong perbagian. Ia campur bagian-bagian ayam itu ke adonan lalu ia goreng.

"Cesss," suara ayam di masukkan ke dalam wajan yang berisi minyak.

Angel yang baru bangun, menghampiri Dhika dengan mengenakan dres selutut sambil mengikat rambutnya.

"Hoamm, emang lu bisa masak?" Tanya Angel di samping Dhika.

"Kagak sih, cuma belajar aja," jawab Dhika pendek.

"Dih, lagak lu belajar!" Sahut Angel melipat tangan di bawah dada.

Ketika ayam itu di goreng Dhika, tangan Dhika terkena percikan minyak panas. Ia meringis kesakitan memegangi tangannya.

"Tuhkan ceroboh, kalo gak bisa tuh gak usah coba-coba! Pake acara belajar sengala. Dah sana pergi lu!" Bentak Angel mengambil alih posisi Dhika sambil mengusirnya.

Dhika yang mendengar itu mendadak marah, ia pergi meninggalkan Angel sendiri. Udah di bantuin malah kena semprot, ia juga belajar untuk bantuin Angel.

Sementara itu, Angel meneruskan pekerjaan Dhika menggoreng ayam. Usai ayamnya matang, ia hidangkan di atas piring bundar di percantik dengan  sawi yang di potong lebar-lebar dan sayur kol kecil-kecil.

Nampan diisi dua jus buah segar dengan nasi sewadah kecil dan piring berisi ayam goreng yang sudah di percantik, Angel bawa ke ruang tamu menghampiri Dhika yang saat itu sedang menonton tv tanpa. Menghiraukan kedatangan Angel.

"Nih sarapan dulu, mumpung hari minggu sarapannyaa di nikmatin," suruh Angel sambil mengambil sarapan bagiannya.

Tak ada jawaban dari Dhika, ia tetap terdiam menonton tv. Angel bingung melihat tingkah Dhika yang tak menghiraukan keberadaannya.

"Heh, sarapan dulu gih. Jangan kebanyakan nonton tv," ucap Angel memberikan seporsi sarapan sambil mengambil remote tv dari tangan Dhika dan ia matikan tvnya.

Dhika beranjak berdiri ketika tvnya sudah di matikan, hendak mau melangkah. Tangan Dhika di tahan oleh Angel yang duduk di atas sofa.

"Kamu kenapa sih dari tadi diem aja, kalo ada masalah kan kamu bisa ceritain ke aku," tanya Angel lembut.

Dhika melepaskan tangan Angel yang memegang tangannya, ia pergi meninggalkan Angel sendiri di ruang tamu, ia ganti duduk di kursi teras.

Angel yang di diemin kayak gitu merasa aneh, apa yang telah ia perbuat hingga Dhika marah? Angel tak mau berpikir panjang. Ia langsung menghampiri Dhika di teras.

"Dhika, lo jangan diemin gue kayak gini dong. Gue kan jadi ngrasa bersalah, kalo emang gue salah maafin gue ya pliss," ucap Angel menciumi tangan Dhika berkali-kali.

Ia mengalihkan tangan yang di cium Angel dengan kasar dan membelakangi Angel. Ia masih merasa di remehkan olehnya.

"Iih, kok masih diem aja sih, jawab dong kan kamu punya mulut. Plis jangan buat aku bingung," omel Angel khawatir.

Beranjak berdiri hendak pergi, Angel berlutut di kaki Dhika sambil menangis. Sekasar-kasarnya dia pada Dhika, ia gak akan bisa kalo harus tidak menyapa dalam satu rumah.

"Sayang ... hiks-hiks, jangan diemin aku kayak gini dong. Iya aku salah tadi marahin kamu padahal kamu belajar masak buat aku," ucap Angel terisak isak.

"Eh kenapa gue baper ya di panggil aku kamu sama Angel," gumam Dhika dalam batin.

Cup!

Satu kecupan mendarat ke pipi mulus milik Angel, Dhika membantu berdiri dan memeluk Angel erat-erat.

Setelah beberapa saat, ia melepas pelukan lalu mengusap air mata Angel pelan. Dhika kembali mengecup kini kening Angel yang ia kecup.

Angel memukul kecil dada Dhika sambil tersenyum, bisa-bisanya ia di buat khawatir dan merasa bersalah.

"Maafin gue juga ya, udah buat lu khawatir dan merasa bersalah. Makanya lain kali kalo di bantuin jangan asal nyemprot aja, gue ngambek kan jadinya," ucap Dhika merangkul Angel manja.

"Dih, lunya aja yang ngada-ngada. Baru di gituin dah marah," sahut Nagel memutar bola mata malas dan pergi meninggalkan Dhika yang mematung ditempatnya.

Dengan sigap Dhika berjalan cepat membuntuti Angel dari belakang. Tanpa aba-aba  Dhika langsung menggendong Angel sambil bertemu pandang di antara keduanya.

Mereka berdua sarapan lalu langsung ke markas menghampiri ketiga teman lainnya yang sudah ada di sana sejak pagi.

"Siang broo," sapa Dhika bersalaman dengan Jefri, Krish dan Aldi secara bergantian.

"Tumben klean datangnya siang amat, mana boncengan lagi. Kan biasanya sendiri-sendiri," ucap Jefri menaikkan alisnya sebelah.

"Hehe, iya nih tadi ada masalah dikit. Tapi udah gak papa kok," jawab Dhika cengengesan.

"Jangan keseringan berantem klean, nanti kalo istri lo di embat orang. Nangis lagi," tutur Jefri melipat tangannya di depan dada.

"Kagak bakal ada yang berani ngembat istri gue, sebab kalo dia berani bakal gue cekek malemnya," ucap Dhika mengedipkan matanya sebelah.

"Ilih," cibik Aldi pada Dhika.

Angel yang belum masuk ke markas bahkan belum turun dari motor  langsung berteriak dari luar, ia menantang siapa saja yang berani adu skill dengannya.

"Woe lu pada, sape nih yang berani adu skill ama gue! Yang menang gue traktir dah dan yang kalah gue suruh bantuin pak polisi ngatur lalu lintas di jalan depan gang sono noh," teriak Angel dari luar.

Krish tanpa suara langsung menyambar helm yang ia taruh di atas meja teras, ia maju dengan gaya berjalan di ayunkan sambil memengangkat dagunya pertanda berani dan siap di tantang.

"Ayok sape takut neng," ucap Krisj memakai helmnya dan menunggangi motornya.

Pertandingan adu skill di mulai, Angel memutar-mutarkan motornya dengan bertumpu pada satu kaki, ketiga temannya yang menyasikkan itu langsung tepuk tangan. Berganti Krish yang mengangkat motornya bagian belakang sedangkan ia fokus menyetir ke bawah.

Pelan-pelan ia mulai beranjak berdiri dengan motor yang masih terkendali, ia juga merentangkan satu kaki lurus sambil terus melaju ke depan. Melihat itu ketiga temannya juga tepuk tangan.

Sampai di Angel lagi, Angel menaikkan motornya tinggi dambil berputar-putar cepat. Ntah berapa putaran intinya sangat kilat putaran itu hingga belum waktinya bertepuk tangan ketiga temannya sudah bertepuk tangan.

Kembali ke Krish yang berdiri di atas motor yang melaju ke depan dengan merentangkan kedua tangan. Ia mengangkat satu kaki dengan dengkul di lipat ke atas. Ketiga temannya kembali bertepuk tangan.

Kini masanya pemutusan skill siapa yang menang.

"Jef, jadi skill siapa yang paling bagus?" Tanya Krish menaikkan lengannya di atas pundak Jefri.

"Skill kalian pada bagus tapi karena gue di amanahin buat milih antara kalian berdua jadi gue dan yang lain putusin bahwa Angel yang paling bagus," ucap Jefri tersenyum datar..

"Yeee," sorak Nagel yang ikut mendengarkan sambil berlonjak-lonjak kegirangan seperti anak kecil.

Krish menghela nafas kasar, mau tak mau ia harus membantu pak polisi depan gang yang sedang mengatur lalu lintas sesuai yang Angel mau.

                   Bersambung

KADJA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang