Chapter 41. Masak besar

27 3 0
                                    

Menggoreng nasi di dapur sambil menyeduh dua gelas susu, Krish sudah bangun setelah subuh. Dia tau kalau Zhia pasti capek banget gegara ada balapan kemaren dan di tambah kemaren lusa mereka menikah, sebagai suami yang baik. Krish mencoba bantu mengerjakan pekerjaan rumah, itung-itung meringankan beban Zhia. Selesai membuat sarapan, dia sajikan nasi goreng dan dua gelas susu hangat di meja ruang tamu, semenjak setelah menikah, Krish ikut tinggal di apartemen Zhia karena dia sendiri lebih sering nginap di markas jadi sungkan jika ngajak Zhia tinggal di rumah warisan keluarganya.

Matahari naik sepenggala namun istrinya tak kunjung bangun, dia berjalan ke kamar hendak membangunkan Zhia untuk sarapan bersama. Pintu kamar di buka perlahan menampakkan Zhia yang sedang tidur meringkuk di atas kasur, melihat wajah lucunya jagi gak tega bangunin tapi nanti kalau gak di bangunin bisa telat ke sekolah. Krish duduk di samping Zhia  berbaring, dia menepuk lengan istrinya beberapa kali dengan mulut tipis yang tak berhenti memanggil. Panggilan Krish mengusik tidurnya Zhia, dengan terpaksa dia harus membuka mata atau mendengarkan ocehan perusak gendang telinga. Membuka mata perlahan-lahan melihat sorot mata sejuk dari Krish, Zhia langsung duduk dan merenggangkan otot-otot tangannya.

"Good morning, istriku," sapanya dengan mengulurkan senyum.

"Hoamm, Morningg too kak," jawab Zhia sambil menutup mulutnya yang menguap.

"Aish masih ngantuk aja, sekarang mandi yang bersih dan cantik. Aku tunggu di ruang tamu ya," sahut Krish mencolek hidung wanita di depannya membuat pemilik hidung tersenyum kecil. Dia berdiri menumpukan kedua tangan pada kedua pinggang memandangi Zhia yang masih nyaman di atas tempat.

Anggukan cukup menggantikan kata iya, Zhia bangun dari tempat tidur melewati Krish yang masih berdiri memandanginya. Dia menyambar baju handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar tidurnya, karena Zhia sudah pergi jadi Krish juga pergi. Dia menunggu istrinya di ruang tamu sambil memandang ke luar, lantainya letaknya di atas jadi luar lantai menampakkan langit yang berwarna putih dengan sinar matahari menghiasinya. Beginilah kalau menunggu seorang perempuan, pasti lama sekali. Entah apa yang mereka lakukan setelah mandi dan berganti baju. Dari arah kamar inti, Zhi datang dengan dandanan rapi bahkan semenjak Krish tinggal bersamanya, dia gak pernah lepas hijab.

Seketika dia membelalakan mata saat melihat meja ruang tamu sudah penuh dengan sarapan padahal dia belum sempat masak malahan hari ini bangun kesiangan. Di lantai ini yang nempatin hanya dia dan Krish, ibunya sudah pulang selepas pesta pernikahan mereja berdua.

"Ini semua kakak yang masak? Atau kakak beli di luar?" Tanya Zhia sambil duduk di kursi yang berhadapan dengab Krish.

"Iya, ini semua aku yang masak buat kamu. Karena kemaren balapan dan pasti kamunya cape banget jadi gak masalah kalau aku harus buat sarapan," sahut Krish mengulurkan senyum.

"Ya ampun jadi repot, maaf ya kak aku gak bisa buatin sarapan hari ini. Sekarang gimana kalau aku coba masakan kakak?" Tawar Zhia tersenyum miring.

"Silahkan," ucap Krish merentangkan kedua tangan. Perlahan-lahan Zhia memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut tpisnya lalu di kunyah sambil berpikir membuat Krish tak sabar mendengar hasil masakannya.

"Emm enak banget, pinter kakak," puji Zhia mengacungkan jempolnya lalu menghabiskan nasi goreng miliknya dengan lahap.

Jawaban itu sungguh membuat seorang Krish berbunga-bunga, dia juga mengabiskan bagiannya dengan lahap lalu meminum susu. Selesai sarapan, mereka berdua hendak ke markas menemui teman-teman yang lain. Awalnya ingin naik motor sendiri tapi karena Krish memohon sampai berkali- kali untuk dia mau di bonceng olehnya, Zhia mengiyakan dan mereka ke markas boncengan pakai motornya Krish. Mentari nampak menari menyinari dua pasangan baru, burung- burung bagai prajurit mengawal raja dan ratunya. Pohon-pohon seakan pelayan merentangkan tangan, alam hari ini menaungi Krish dan Zhia dengan hangat.

Tiba di teras markas, Zhia turun dari jok belakang motornya Krish sambil melepas helm. Mereka masuk ke dalam markas bersama melihat ruang tamu  yang sepi tanpa gelak tawa anak-anak, entah kemana mereka semua. Biasanya mereka pada kumpul di ruang tamu tapi hari ini gak ada, Krish dan Zhia masih berjalan beriringan. Kini mereka mendatangi dapur yang kedengaran ricuh dari ruang tamu, benar saja, nampak Dhika mukanya kaya badut terkena tepung, Aldi rambut dia basah kenal pecahan telor dan Angel sibuk mengaduk masakan. Tanpa di sengaja, Krish dan Zhia tertawa lepas secara bersamaan melihat keadaan teman- temannya di sambung dengan tawaan pecah anak-anak. Angel bilang kalau mereka sedang membuat makan siang hari ini, dia gak mau selalu disuruh  masakin dan buat minuman. Mulai sekarang semua harus di lakukan bersama termasuk memasak makanan.

Semua anggota setuju, walau sebagian besar laki-laki namun tidak ada yang keberatan. Bagi mereka memasak makannan adalah hal yang menyenangkan telebih lagi bila di lakukan bersama-sama, pasti lebih seru.

"Eh kenapa kalian datang terlambat? Oh gue tau nih, pasti kalian ngabisin pagi berduaan ampe lupa kita kan?" Ledek Angel menduga-duga.

"Enggak ih kak, aku itu bangun terlambat. Kak Krish ini lho pake acara kasian segala jadi banguninnya udah siang," sahut Zhia menyalahkan suaminya.

"Ya aku kan gak tega liat kamu tidur pules kaya gitu, apalagi wajahnya kalau tidur lucu. Gak jadi deh ngebangunin," timpal Krish beralasan.

"Idih ngeles aja kakak ni, sekarang kalian masak apa nih," ucap Zhia mengalihkan pembicaraan.

"Ekhem, gini nih efek pengantin baru, romantisan gak tau tempat. Sekarang kita lagi masak bakwan tapi bentar lagi udah jadi kok, mending kalian lanjut berduaan," ejek Angel tersenyum miring.

"Apaan sih kak, sini biar aku kocok tepung cairnya," pinta Zhia merebut wadah tembus pandang di tangan Angel.

Melihat itu, Angel menggeleng pelan sambil memincingkan senyum. Mungkin jika dulu tak bergabung dengan mereka, gak akan dia rasakan kehangatan yang seperti ini. Dia sendiri jarang kumpul sama keluarga, di rumah temannya cuma Dhika. Itu pun kalau ada yang order parsel, dia harus bolak-balik pulang pergi. Namun sekarang lagi sepi, jadi dirinya bisa sedikit santai. Adonan yang di buat Aldi udah jadi bakwan, kini giliran adonan buatan Dhika masih dalam wajan dengan minyak mendidih. Beberapa saat setelah menghabiskan waktu di dapur bersama, akhirnya sup ayam dan bakwan sudah jadi.

Mereka menyajikan itu semua di meja ruang tamu dengan rapi lalu mengambil  bagiannya masing-masing, Aldi yang paling banyak mengambil nasi dan supnya karena dia bilang tadi pagi belum sarapan. Dia juga paling lahap makan membuat teman-temannya yang lain bergidik pelan.

                   Bersambung

KADJA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang