35. Pengorbanan Ravin

Start from the beginning
                                    

Benar juga apa yang diucapkan Vio. Gadis ini memang memiliki nasib sebelas dua belas dengan Ivy, bedanya Vio jauh lebih kalem daripada Ivy yang bar-bar, Ivy akan selalu menolak dengan tegas, sedangkan Vio akan berusaha sabar dan ujungnya menerima. Perbedaan yang cukup signifikan, bukan?

"Apapun yang terjadi, gue yakin kalau lo bisa lewati ini semua, Vy. Lo pasti kuat, lo pasti gak akan kayak gue yang berusaha menerima dan berusaha baik-baik aja," ujar Vio menguatkan.

Ivy tersenyum simpul, gadis itu mengangguk mantap. Ivy pastikan ia akan mengubah semua peraturan keluarga. Ia pastikan ia akan berjuang untuk semua sepupunya. Sepupunya yang lain pasti merasakan hal yang sama, bedanya mereka menolak, dan ujungnya menerima. Tidak seperti Ivy yang tetap pada pendiriannya, sekali menolak akan tetap menolak.

"IVY! VY! INI AKU RAVIN, VY!" Teriakan dari depan langsung membuat semua mata menatap ke arah pintu, ada beberapa yang sedang duduk di lantai atas langsung turun dan melihat apa yang terjadi.

Seorang satpam berlari memasuki rumah. Ia terengah-engah ingin menceritakan apa yang terjadi kepada Vero. "Tuan Vero, ada Mas Ravin di depan, sudah kami hadang. Katanya dia ingin bertemu dengan Non Ivy."

Vero yang mendengar aduan tersebut langsung menatap ke arah Ivy, ia mendekati Ivy dan langsung memerintahkan bodyguard. "Kurung Ivy di kamar! Jangan sampai Ivy bertemu dengan laki-laki itu!" seru Vero dengan tangan yang terkepal sempurna.

Ivy langsung memberontak, ia tak mau Ravin kenapa-kenapa. Gadis itu menangis dan terduduk saat tersandung. "Jangan perlakukan Ivy seperti seorang narapidana, Pah. Ini Ivy, anak papah, gak seharusnya papah seperti ini, kalau ada yang mau Ravin bicarakan baik-baik, biar Ivy yang keluar," bujuknya.

Vero tetap menggeleng. Ia tetap memerintahkan bodyguard untuk menangani Ivy. "Biar papah yang akan menemui Ravin, biar papah yang akan menampar pria itu, berani-beraninya dia mendekati putriku."

Vero dengan kilatan amarah serta kepalan tangannya langsung keluar dari rumah. Ia melihat sosok Ravin, pria yang putrinya kagum-kagumkan. Benar-benar tidak ada yang istimewa, hanya pria miskin biasa saja. "Apa niatmu ke sini? Rumah kami sangat tidak pantas untuk menerimamu. Rumah kami sangat tidak pantas untuk pria miskin sepertimu," ejek Vero.

"Saya ingin bertemu dengan Ivy, Om. Saya ingin mengatakan satu hal penting kepadanya. Tolong izinkan saya menemui Ivy, Om. Tolong," mohon Ravin sambil bersujud di kaki Vero. Pria itu terus memohon di hadapan Vero.

Vero menggelengkan kepalanya cepat. Hanya di dalam mimpi saja Ravin bisa menemui Ivy, tidak akan di dunia nyata. Vero sama sekali tidak akan mengizinkannya. "Saya tidak akan mengizinkan putri saya untuk menemui kamu. Putri saya sama sekali tidak pantas untuk kamu, Ravin. Seharusnya kamu tau dan kamu sadar tentang hal itu."

Ivy masih berusaha memberontak, namun kekuatannya sama sekali tidak sebanding dengan dua orang bertubuh kekar yang mengurung dirinya. Ivy ingin menangis, ia ingin memeluk Ravin. Ivy ingin mengucapkan banyak hal bersama Ravin.

Ivy menatap Vanya, wanita itu masih berdiri tegak dengan sombongnya. Memang malapetaka besar Ivy dilahirkan di keluarga sombong seperti ini. Memangnya apa salah Ivy jika berhubungan dengan pria miskin? Tidak melanggar norma apapun.

"Mah, Ivy mohon sama mamah, tolong Ivy kali ini aja. Ivy mau ketemu sama Ravin untuk yang terakhir kalinya, Mah." Ivy benar-benar bersujud di kaki ibunya. Ia meminta tolong ke Vanya untuk mengizinkannya menemui Ravin.

Vanya menggeleng. Bertemu dengan pria miskin itu sama sekali tidak baik dan tidak ada sejarahnya di keluarga Vianly. Apalagi Ivy adalah cucu tunggal keluarga Vianly. Ivy seharusnya bersama dengan pria yang sepadan.

"Kamu itu pewaris tunggal keluarga Vianly, Ivy. Kamu juga cucu keluarga Pati, seharusnya kamu bisa mencari pasangan yang sepadan, yang kaya, tampan, dokter." Bukannya memberikan izin, Vanya malah memberikan ceramah.

"Mah!"

"Gak!"

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam buat kalian semua yang baca cerita ini!

Apa yang terjadi selanjutnya? Mari bercenayang!

See you!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now