十九 | Bawa Pulang Farel

Mulai dari awal
                                    

"Dipikir nanti dulu, ya? Kan kamu juga belum lulus,"

Gue menganggukkan kepala, menyetujui saran lelaki keturunan Tionghoa ini.

"Aslinya si Alam gak mau, tuh. Kan dia udah tua. Mikirnya ke arah momongan udah," ganti Evelyn yang berceletuk. Tirta tertawa menanggapinya.

Sementara mas Alam, tampak malu-malu. Semburat merah terlihat di pipinya. Gue seketika melihat jawaban atas celetukan Evelyn dari wajahnya mas Alam. Sepertinya memang nanti mas Alam tidak akan memberikan gue izin untuk kuliah lagi.

"Udah, yuk! Bahas konsepnya biar cepat! Mau jalan sama Airis sebentar lagi," mas Alam berkata, mengalihkan pembicaraan.

Kedua teman mas Alam menganggukkan kepalanya. Evelyn lantas memberikan beberapa katalog pernikahan. Demikian pula Tirta. Mas Alam mengambil salah satu katalog yang diberikan oleh Evelyn, sedangkan gue baru mengambilnya setelah menurunkan Jojo dari gendongan. Kucing munchkin ini mengeong beberapa kali seolah tidak terima diturunkan. Akhirnya gue membaca katalognya sembari memangku Jojo.

"Alam sama Airis mau nikahnya di mana? Gedung atau outdoor? Dari referensi kami sendiri konsep bisa disesuaikan. Jadi konsep outdoor bisa dipakai di indoor juga," ujar Evelyn.

Gue melirik mas Alam yang serius membolak-balikkan halaman katalog. Ia tampaknya sedang melihat konsep tempat pernikahan. Ah, kalau punya gue sendiri ini katalognya berisi referensi undangan.

"Airis gimana? Outdoor apa indoor?" tanya mas Alam tanpa melihat ke arah gue.

"Hm...aku maunya di dalam ruangan aja, Mas. Takut hujan," jawab gue jujur. Gue anti air hujan sekali.

Bukannya bisa berubah jadi duyung kalau kena air hujan, melainkan langsung demam.

"Iya, sih. Airis gak bisa kena air hujan. Dia punya imunitas rendah," katanya. "jadi ambil indoor aja."

Mas Alam kemudian menunjukkan referensi yang dipegang olehnya. Gue bersama dengannya melihat-lihat konsep pernikahan di buku itu. Ada beberapa yang bagus dan cocok dengan gue. Namun, harganya tidak cocok sama sekali. Mahal banget untuk konsep yang gue pilih dalam hati.

Konsep saja hampir menyentuh seratus juga. Belum katering, belum gaun, belum tata rias, belum undangan, belum sovenir dan masih banyak lagi. Astaga. Menikah itu mahal ternyata.

Beberapa saat dilalui dengan diskusi konsep, gue dan mas Alam akhirnya menemukan konsep bagus, tetapi sedikit lebih murah. Konsepnya menyadur dari Indian reception wedding. Untuk undangannya mas Alam yang memilih. Konsepnya classy dan elegan dengan dasar warna hitam. Untuk sovenir, gue sendiri yang pilih. Gue pilih botol tumbler dari kaca. Tadinya pilih sendok dan garpu dari melamin, cuma mas Alam tidak setuju.

Terlalu murce katanya.

Ya, sudah.

"Jadi pilihannya sudah fiks?" tanya Evelyn ketika kami sudah selesai berdiskusi.

"Sudah, sih. Semuanya sudah fiks." mas Alam menjawab, mewakili kami.

"Oke. Jadi minggu depan tinggal diskusi soal gaun, tata rias, dan katering aja,"

Gue menggembungkan pipi sambil mengelus kepala Jojo. Terbersit gue ingin pakai gaun yang tidak terlalu besar bagian bawahnya, seperti kurungan ayam begitu. Gue mau yang menjuntai bebas, tetapi sedikit mekar. Pada saat sedang berpikir, gue tidak sengaja bertatapan dengan Tirta. Lelaki itu memberikan tatapan penuh selidik-kalau gue tidak salah.

"Berhubung diskusi udah selesai, gue dan Tirta pamit undur diri, Lam. Habis ini masih ada janji dengan klien lain," ujar Evelyn seraya melihat arloji di tangannya.

[S1] Enigma ft Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang