二十 | Penolakan Airis

1.1K 254 39
                                    

Airis mengernyit heran saat Farel memberhentikan mobilnya di depan fakultas teknik pertanian di kampusnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Airis mengernyit heran saat Farel memberhentikan mobilnya di depan fakultas teknik pertanian di kampusnya. Lelaki yang katanya hendak membawanya pulang dari town square, ternyata malah masuk ke kawasan kampus lewat pintu masuk dekat rumah sakit universitas. Entah apa yang dipikirkan Farel kali ini, Airis tidak tahu. Lelaki itu sudah nekat membawanya dari tunangannya dan sekarang malah singgah di kampus.

Wanita berusia dua puluh satu tahun ini celingukan ke sekitar, memastikan ada orang di kawasan fakultas teknik pertanian ini. Namun, kawasan ini sepi. Tidak ada seorang pun. Airis mendadak kikuk karena dibawa ke tempat sepi oleh Farel.

Farel berdeham ketika Airis hendak membuka jendela mobilnya. Airis langsung mengurungkan niatnya untuk menghirup udara luar—alih-alih mencari pertolongan orang. Ia kembali memperbaiki duduknya dan menatap Farel. Tidak ada psmbicaraan di antara keduanya. Yang ada hanya ajang saling menatap. Mobil ini seketika terasa pengap dan senyap.

Kesunyian itu bertahan sejenak. Farel kembali berdeham. Airis memilih membuka suara terlebih dahulu. Niat hati sekadar bertanya alasan Farel tidak langsung membawanya pulang ke rumah, padahal malam sudah larut.

"Itu..." Airis meragu sejenak. Raut wajah Farel dari samping terlihat tidak bersahabat pasalnya. "mas...ngapain bawa aku ke sini?"

Yang ditanya sontak melirik Airis. Hanya lirikan yang diberikan, tetapi mampu membuat Airis mati kutu. Ia bahkan sampai merinding dilirik seperti itu oleh Farel.

"Mas mau ngomong sama kamu. Sekalian mempertanyakan soal perasaan kamu," kata Farel agak judes, menjawab peetanyaan Airis.

Airis menautkan alisnya. "Perasaan aku?"

"Ya. Perasaan kamu ke Alam," timpal Farel. "katakan sama saya kalau kamu cinta sama dia!"

"Aku..." yang ditanya tiba-tiba terdiam. Tenggorokannya tercekat mendadak. Lagian, lawan bicaranya ujug-ujug menanyakan soal perasaannya.

Tidak ada badai, tidak ada angin puting beliung, pertanyaan itu terlontar dengan mudahnya.

"Ayo, bilang!" gertak Farel. Rahangnya mengeras kala Airis tidak melanjutkan ucapannya. Airis malah menatapnya takut.

"Kamu cinta sama dia gak?!" tanya Farel setengah membentak Airis.

Sontak saja Airis menjengit kaget. Baru pertama kalinya mendengar Farel meninggikan, bahkan membentak dirinya. Seumur-umur tidak pernah ada yang membentaknya, termasuk Fabian. Airis tentu saja terkejut sekali sampai kedua matanya melebar. Farel, lelaki asing baginya, sedang mempertanyakan perasaannya terhadap Alam. Ia juga mendesak Airis untuk menjawab.

Di luar dugaan Airis, sebetulnya.

Adik kandung Fabian ini tidak serta merta langsung menjawab. Ia membuang wajahnya ke luar jendela, menatap taman agrotek kampus dan pantulan bayangan Farel yang tengah menatapnya. Ia tidak tahu perasaannya untuk alam dapat dikatakan cinta atau tidak. Abu-abu baginya. Airis nyaman, sayang dan menginginkan lelaki itu. Namun, dirinya bimbang menyebut itu cinta.

[S1] Enigma ft Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang