十七 | Masalah Hati

1.8K 380 119
                                    

"Dokter Andreas Fabian, saya Fabiano Farel mau melamar adik anda, Airis Andriana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Dokter Andreas Fabian, saya Fabiano Farel mau melamar adik anda, Airis Andriana."

Suasana ruang kerja milik Fabian terasa mencekam usai Farel mengatakan keinginannya pada kakaknya Airis. Fabian diam, tetapi tatapannya lurus mengarah tepat pada kedua mata Farel. Sementara itu, Farel berdiri dengan kegugupan yang luar biasa. Ia gugup berhadapan dengan Fabian.

Satu menit berselang dari pengajuan lamaran itu, Fabian bergerak mundur. Lelaki yang lebih tua menyandarkan punggungnya pada kepala kursi. Meski demikian, tatapannya tetap lurus tertuju pada Farel. Sedetik kemudian, Fabian mengulurkan tangannya. Ia memberi kode pada Farel agar duduk di hadapannya.

"P-pergi...dok?" tanya Farel ragu. Ia tidak paham dengan kode yang diberikan kakaknya Airis.

Pikirnya, Fabian menyuruh Farel pergi dari hadapannya.

"Duduk, Rel," Fabian memberi jawaban dengan singkat dan padat.

Farel lantas mendudukkan dirinya di hadapan Fabian. Ia seketika merasa tidak nyaman lantaran intensitas ketegangan dalam dirinya kian bertambah. Farel seolah-olah kembali ke masa pada saat dirinya bertemu dengan dokter konsultan ketika koas. Tegang dan gugup sampai ke ubun-ubunnya.

Salahkan Fabian yang punya aura menyeramkan layaknya dokter konsultan stasenya dulu.

"Saya cukup terkejut karena kamu tiba-tiba ingin melamar adik saya. Bisa cerita sedikit pertemuan kalian?" tanya Fabian. "Saya rasa...Airis belum pernah bertemu dengan Farel,"

Farel mengangguk. Ia sebelum bercerita, menyatukan jemarinya membentuk kepalan. Tujuannya untuk meredakan gugupnya agar tidak membuatnya gagap.

"Saya bertemu Airis baru-baru ini. Sekitar beberapa minggu yang lalu. Saya pertama kali bertemu dengannya ketika dokter Bian membawanya ke pemakaman. Tetapi, kami baru dekat ketika motor Airis macet di depan rumah saya beberapa hari yang lalu." tutur Farel.

Fabian di kursinya, menyimak penjelasan juniornya itu.

"Jujur saja, saya mulai menaruh perasaan kepada adik Anda. Semakin ke sini...saya mau memiliki Airis,"

Farel tersenyum tipis usai menyelesaikan ucapannya.

"Hm...mengesankan. Tapi apa kamu tau umur adik saya?" Fabian bertanya kembali, yang langsung dibalas sebuah anggukan oleh yang lebih muda.

"Airis baru berusia dua puluh satu tahun," jawab Farel mantap.

Fabian kembali mengatupkan kedua bibirnya setelah Farel menjawab. Lelaki berusia tiga puluh delapan tahun itu mengamati juniornya. Matanya yang bulat, menatap tajam ke arah Farel. Tentunya Fabian sedang menelisik pemuda di hadapannya. Ia tanpa peduli kalau Farel semakin merasa ciut.

Memang benar adanya Farel merasa lebih kecil dibandingkan kakaknya Airis hanya karena tatapan penuh mengintimidasi dari lelaki itu. Walau dirinya pernah mengalami hal serupa saat meminta Zanel pada orang tuanya, Farel tetap saja tidak bisa tenang. Baginya sama saja. Orang tua langsung mengeluarkan perangai kuatnya jika ada yang berusaha mengenal putrinya.

[S1] Enigma ft Hwang HyunjinWhere stories live. Discover now