十九 | Bawa Pulang Farel

1K 262 67
                                    

Gue keluar dari kamar mas Alam seraya menggendong Jojo

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

Gue keluar dari kamar mas Alam seraya menggendong Jojo. Mas Alam tadi menyuruh gue untuk ke ruang tamu karena ada temannya datang. Katanya temannya itu tim wedding organizer yang akan membantu pernikahan kita. Sesuai jadwal, hari ini akan menentukan konsep pernikahan, undangan dan sovenir.

Begitu sampai di ruang tamu, gue disambut dengan suara gelak tawa. Mas Alam dan kedua temannya yang duduk di hadapannya sedang tertawa, entah menertawakan apa. Namun, perlahan-lahan berhenti ketika gue ambil tempat di sebelah mas Alam. Perhatian mereka segera teralihkan ke gue. Jujur, gue tidak nyaman diperhatikan oleh orang-orang selain mas Alam.

"Ini calon istri kamu, Lam? Muda banget," celetuk seorang perempuan berambut pendek, nyaris seperti lelaki rambutnya.

"Iya. Namanya Airis. Usianya baru dua puluh satu tahun," ucap mas Alam seraya merangkul pinggang gue. "oh, ya, Airis, ini Evelyn dan Tirta. Mereka tim WO yang akan bantu pernikahan kita."

Gue tersenyum tipis pada keduanya, lalu menjabat tangan kedua orang tersebut dengan kaku. Sebenarnya dapat gue lihat kalau mereka terkejut. Yah, mereka terkejut lantaran gue berusia jauh di bawah mas Alam. Jaraknya tujuh belas tahun, sih.

"Kok kamu mau, sih, sama om-om, Ris? Alam ini termasuk om-om, loh, untuk seusianya kamu." ujar Evelyn. Suaranya terdengar begitu keheranan.

"Alam pakai pelet kali, ya. Buktinya Airis mau aja," Tirta berseloroh, lalu tertawa.

Gue hanya menanggapinya dengan senyum simpul. Sejatinya tidak peduli mau usia berapa kalau mas Bian setuju dan gue nyaman, pasti gue mau. Sekalipun om-om seperti mas Alam ini.

Ganteng dan umur belakangan.

Duit nomor dua.

Akhlak nomor satu.

Prinsip gue.

"Airis masih kuliah kan?" tanya Evelyn lagi.

"Mau sidang, kak," jawab gue kalem.

Evelyn terkejut sampai matanya melebar. "Belia banget, duh. Gue sidang aja baru umur dua puluh empat. Airis cepet banget,"

"Dulu aksel dua kali. Makanya cepet kelar, kak." jawab gue agak sombong.

Yah, tidak munafik. Gue pernah aksel di SMP dan SMA makanya gue cepat masuk kampus. Selain itu, guru pribadi gue mas Bian sendiri. Lelaki itu otaknya cerdas luar biasa. Ia mampu segala pelajaran eksak dan bahasa. Makanya gue bisa secepat itu karena bantuan mas Bian juga.

"Airis gak ada niatan ambil magister gitu? Daripada nikah sama om-om," lagi Tirta berceletuk.

Gue sontak menatap mas Alam. Mukanya terlihat masam-mungkin karena gue ditanyai terus dan mas Alam diolok-olok om-om terus. Padahal gue mau tanya boleh kuliah lagi atau tidak. Secara setelah menikah, gue akan ditanggung mas Alam.

"Kamu mau kuliah lagi?" tanya mas Alam ke gue.

"Kalau mas kasih izin. Kalau enggak, ya, gak usah." jawab gue.

[S1] Enigma ft Hwang HyunjinDär berättelser lever. Upptäck nu