DUA SEPARUH YANG MENYATU

388 37 11
                                    

Mentari sudah kembali memancarkan sinarnya pagi ini. Cahayanya begitu menghangatkan tubuh di pagi hari. Sejak usai sholat tahajjud sampai sholat shubuh tadi, Savierra tidak tidur sampai saat ini. Ia tidak bisa tidur sebab demam Azzam yang tak kunjung reda.

Setelah sholat shubuh tadi, Savierra menyuruh Azzam untuk kembali tidur di kasur mereka. Savierra juga terus mengompres dahi Azzam agar demamnya turun. Tapi entahlah, sampai saat ini Azzam masih saja demam. Bahkan saat Savierra meninggalkan Azzam sebentar untuk mengurus Arsy dan Arsyad, ia merasa tidak tenang. Jika Azzam sudah sakit seperti ini, Savierra pasti tidak bisa merasa tenang sekalipun ia selalu berada di samping Azzam.

"Sya,"

"Iya, kenapa? Pusing ya?"

"Iya."

"Duh, kita ke dokter aja ya, Kak Azzam. Dari tadi demam Kak Azzam nggak turun-turun."

"Nggak usah, Sya."

"Tapi badan Kak Azzam panas gini loh,"

"Nggak apa-apa. Nanti juga adem sendiri. Kan udah dikompres."

"Ke dokter aja ya, Kak Azzam. Aku nggak mau nanti kenapa-kenapa loh."

"Aku juga nggak kenapa-kenapa juga kok, Sya."

"Nggak kenapa-kenapa gimana? Orang demam gini. Kak Azzam juga lemes banget gitu pas lagi ngomong. Ke dokter aja ya,"

"Enggak ah, Sya. Ribet kalau ke dokter. Udah ya, nggak apa-apa kok ini."

"Beneran?"

"Iya, sayang."

"Kak Azzam kebanyakan kerjaan kayanya ya."

Azzam tersenyum simpul pada Savierra. " Udah biasa, sayang."

"Kak Azzam suka lupa istirahat kalau lagi sibuk-sibuknya. Orang nggak pernah sakit, sekalinya sakit bikin khawatir banget."

"Khawatir banget ya?"

"Iya lah. Pakek nanya lagi Kak Azzam nih."

"Hehehe, udah tenang aja. Palingan nanti sembuh sendiri, Sya."

"Nggak usah nyuruh tenang deh. Mana bisa tenang kalau suami sakit begini."

"Aku nggak apa-apa, Sya. Sakit begini juga kan udah biasa. Nggak bakalan lama-lama."

"Tapi ini demamnya tinggi, Kak Azzam."

"Udah dikompres tadi sama kamu."

"Kalau nggak mempan?"

"Emang kamu mau kalau kompresnya nggak mempan?"

"Ya nggak mau,"

"Ya udah, bentar lagi juga udah turun, Sya."

"Ya udah terserah deh."

Azzam tersenyum sembari mengelus telapak tangan Savierra. "Jam berapa sekarang?" Tanyanya.

"Setengah tujuh."

"Aku mau sholat dhuha dulu ya. Mau jama'ah?"

"Mau sih. Tapi kan, Kak Azzam sakit begini. Kuat?"

"Kuat lah. Kalau ibadah harus ditotalitaskan."

"Kalau sakit kan nggak apa-apa, Kak Azzam."

"Iya, Sya. Masih bisa kok ini."

"Sini, aku bantu."

Savierra membantu Azzam mendudukkan dirinya dari posisi berbaring. Azzam nampak mengerjapkan matanya sejenak sebab cahaya matahari yang menembus jendela kamarnya membuat matanya sedikit pusing.

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang