TENTANG AISYA

276 31 5
                                    

Ban mobilnya susah berhenti di garasi rumahnya. Tapi dirinya masih belum turun dari mobilnya. Langkahnya ragu untuk melangkah masuk ke dalam rumah. Hari sudah benar-benar gelap. Tadi ia sholat maghrib dan isya' di masjid yang ia datangi saat perjalanan pulang ke rumah.

"Hah, Savierra pasti kecewa ini." Gumamnya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk segera memasuki rumah. Saat membuka pintu, Azzam tidak melihat siapa-siapa. Biasanya Savierra selalu menyambutnya setiap ia pulang kerja. Tapi sekarang, ia tidak ada. Lantas kemana perginya?

Azzam berjalan menuju ruang makan. Tapi disana, ia tidak mendapati keberadaan Savierra. Hanya ada Nissa dan Azka yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam," Jawab Azka dan Nissa.

"Kalian, makan hanya berdua?"

"Seperti kelihatannya, Zam." Jawab Azka.

"Savierra mana?"

"Di atas." Kali ini, jawaban dari Nissa.

"Kenapa nggak ikut makan juga?"

"Dia mana mau sih, Zam, makan kalo nggak sama suaminya." Jawab Nissa.

Mendengarnya, Azzam merasa bersalah pada Savierra. Dengan cepat, ia langsung melangkahkan kakinya menuju tangga dan mulai menaiki anak tangga. Sampai akhirnya ia sampai di lantai atas tempat kamarnya berada.

Namun sebelum ia sampai di kamarnya, ia mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dari suara yang sangat familiar baginya. Suara itu berasal dari kamar Arsy dan Arsyad. Azzam mendekat ke kamar Arsy dan Arsyad.

Untuk memastikan, Azzam sedikit membuka pintu kamar itu. Kemudian, barulah netranya menemukan keberadaan Savierra. Wanitanya itu sedang terduduk di atas sajadah dengan tangan sedang memegang Al-Qur'an dan bibir yang tengah melafadzkan ayat-ayat suci itu. Sedangkan dalam dua tempat tidur bayi, nampak Arsy dan Arsyad yang mulai tertidur dengan tenang sebab lantunan ayat suci yang dibacakan uminya.

"Masyaa Allah, Sya."

Dada Azzam sempat berdesir melihat Savierra. Ia merasa menjadi pria paling beruntung yang daoat menghalalkan seorang wanita seshalihah Savierra. Bagaimana bisa ia mencintai wanita lain jika seluruh cintanya sudah terpusat pada Savierra.

Azzam berjalan mendekat ke arah Savierra. Kemudian, ia terduduk di belakang Savierra. Azzam begitu menikmati lantunan ayat-ayat suci yang dibaca oleh istrinya itu. Begitu merdu, menyentuh kalbu. Hingga membuat matanya terpejam saking syahdunya.

Hingga akhirnya, terdengar lafadz shodaqallahul'adzim dari bibir Savierra. Mata Azzam kembali terbuka kala bacaan itu terhenti. Ia melihat Savierra yang berjalan meletakkan Al-Qur'annya di atas meja. Kemudian, saat Savierra membalikkan badannya, Savierra terlihat terkejut karena keberadaan Azzam.

"Kak Azzam,"

Savierra tidak mengetahui sejak kapan Azzam berada di belakangnya dan memerhatikannya diam-diam. Sejak menerima telfon dari Azzam beberapa jam yang lalu, Savierra mencoba untuk tidak memikirkan sesuatu yang membuat dadanya sesak. Tapi saat ini, saat ia kembali berhadapan dengan Azzam, rasanya sesak itu kembali ada.

"Sya,"

Azzam berdiri dari duduknya. Sejenak ia melirik Arsy dan Arsyad yang sudah tertidur. Kemudian, perlahan langkahnya mendekat ke arah Savierra. Setelah jarak itu tiada, dengan jarak yang cukup dekat, Azzam membawa Savierra ke dalam pelukannya. Mendekapnya begitu erat.

Savierra semakin merasakan sesak di dadanya. Savierra berpikir apa yang sudah terjadi tadi hingga Azzam memeluknya seperti ini. Dengan masih mengenakan mukenah, Savierra membalas pelukan Azzam. Mengusap-usap punggung Azzam dengan lembut untuk memberi ketenangan.

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang