DESIRAN RASA

238 27 3
                                    

Pagi yang cerah. Nampaknya matahari sangat ingin memancarkan sinarnya. Melenyapkan dingin yang semalaman memeluk raga. Menyajikan hangat yang senantiasa menyelimuti jiwa.

"Tuh kan bener, lo bangun lebih pagi dari gue. Tenang aja napa sih, Pak Azzam pasti masuk kelas lo kok."

"Bawel banget sih. Udah sana cepet siap-siap. Habis shubuh bukannya olahraga ringan-ringan malah tidur lagi."

"Mulai ceramah deh lo, Aisy. Cukup lo aja deh yang olahraga tiap hari. Gue mah hari minggu aja. Mager gue."

"Dih, lu pengen kaga sehat? Dikasih tips bukannya diiyain malah bilang mager. Udah sana mandi, Mei."

"Masih ngantuk Aisy. Masih jam berapa ini juga. Kita kuliah jam berapa sih emangnya hah?"

"Jam delapan."

"Ya udah sih sekarang masih jam enam."

"Mei, nanti kalo macet gimana? Bisa telat kita. Mandi lo aja udah kaya lari marathon lamanya. Belum dandan lo yang super lama itu. Belum sarapannya juga. Udah cepet bangun!"

"Bilang aja lo pengen cepet ketemu Pak Azzam."

"Apaan sih ah udah cepet mandi!"

"Iya iya iya. Bawel banget sih."

Meisya pun beranjak dari atas tempat tidur menuju ke kamar mandi. Dengan bibir cemberut tentu saja. Bagaimana tidak, Aisya membangunkannya lebih pagi hari ini. Dengan dalih takut terkena macet atau siap-siap yang membutuhkan waktu lama, ah kembarannya itu tetap satu tujuan, ingin cepat bertemu dengan seseorang yang sukses membuat hatinya berdesir.

Saat Meisya tengah mandi, Aisya tengah memoles wajahnya dengan bedak. Tidak terlalu tebal, namun berhasil membuat wajah gadis itu nampak putih bersih dan cantik. Juga mengoles liptint di bibirnya. Aisya tipikal orang yang suka bermake up namun tak berlebihan. Wanita mana yang tidak senang jika dirinya terlihat cantik? Tidak ada bukan?

Setelah selesai, Aisya memainkan ponselnya. Ia menunggu Meisya yang sampai sekarang masih belum keluar dari kamar mandi.

"Dasar putri solo. Mandi doang lama amat kaya lomba lari marathon."

Aisya membuka handphonenya. Satu nama terlintas di benaknya.

"Pengen chat Pak Azzam, tapi takut ngganggu pagi-pagi. Basa-basi apaan ya? Tanya tugas? Ah kok deg-degan gini sih? Belum juga ketemu, masih mau chat doang."

Tak lama ia berpikir, tiba-tiba handphone di genggamannya berbunyi. Betapa terkejutnya, nama yang memenuhi pikirannya saat inilah yang tertera di layar ponselnya.

"Hah? Nelfon? Baru juga mau ngechat. Aduh ngomong gimana ya?"

"Ya ampun deg-degan."

Akhirnya, Aisya pun mengangkat telepon dan mendengar suara Azzam. Ia tersenyum. Ia rindu, tentu saja.

"Assalamualaikum, Pak Azzam."

"Waalaikumussalam."

"Maaf, ada apa telfon pagi-pagi?"

"Oh ya, saya mau tanya, hari ini kamu masuk kuliah?"

"Iya, Pak. Kenapa memangnya?"

"Saya hanya memberitahu kamu, ada tugas yang sudah saya kirim barusan lewat email. Kamu cek ya. Itu tugas susulan saat kamu nggak masuk, Sya. Saya harus rekap nilai secepatnya. Kamu kerjakan ya."

"Oh, i--iya, Pak. Nanti saya cek. Maaf merepotkan Pak Azzam sampai telfon saya pagi-pagi."

"Tidak merepotkan kok, tenang aja. Em, selain tugas itu, ada tugas lain, Sya. Nanti akan saya beritahu di kelas. Saya ada jadwal di kelas kamu kan hari ini?"

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang