SUARA BATIN

148 24 2
                                    

Berada di ujung lorong rumah sakit, kini, keduanya berhadapan dan membicarakan hal yang sangat serius. Hafidz melemparkan tatapan yang sulit di artikan dan menggelengkan kepalanya.

"Fidz, ente--"

"Ane udah dengar semuanya, Zam."

Azzam terdiam bingung. Ia sangat kalut saat ini. Ia sudah terlanjur memberikan janji. Tapi ia juga memikirkan hati lain yang pasti akan tersakiti. Azzam menyandarkan tubuhnya pada tembok dan memijit pelipisnya.

"Kenapa sampai ada keputusan yang seperti itu, Zam,"

"Fidz, apa ente nggak bisa mengerti posisi ane tadi?"

"Zam, ane bener-bener nggak tau apa ini bener atau salah. Ane ikut bingung, Zam."

"Tadinya ane juga sama, Fidz."

"Kenapa harus dengan menikahi Meisya, Zam? Itu bener-bener hal yang nggak pernah ane sangka."

"Fidz, apa yang harus ane lakukan? Urat nadinya hampir putus di depan mata ane, Fidz. Dia hampir melakukan dosa besar di depan mata ane! Apa ane harus membiarkan nyawanya hilang dengan cara seperti itu di depan ane? Enggak, Fidz!"

"Tapi nggak dengan menikahi dia juga, Zam!"

"Terus gimana?! Apa yang harus ane perbuat? Dia minta ane bawa seseorang yang mau menerima hidupnya. Kalau ente memang ada di belakang ane waktu itu, apa ente mau gantiin ane buat menikahi Meisya?!"

"Astaghfirullah, ane udah tunangan, Zam."

"Terus gimana dengan ane? Ane udah punya istri, Fidz. Ane juga nggak mau ini terjadi sebenernya. Nggak pernah mau, Fidz. Tapi gimana? Apa ane harus biarin Meisya meninggal dengan cara yang dosa?"

"Tapi, Zam--"

"Ane ngerti maksud ente, Fidz. Ane faham,"

"Gimana dengan Savierra, Zam? Apa yang mau ente bilang sama dia? Ente mau bilang kalau ente menikah lagi? Iya?"

Azzam menggeleng lemah. "Ane nggak tau,"

"Savierra bakalan marah kalau sampai tau ini, kan, Zam?"

"Ane nggak tau, Fidz. Tapi yang pasti, dia bakal kecewa."

"Itu yang mau ane bilang. Savierra bakal kecewa. Terus harus gimana? Ente udah meyakinkan Meisya kalau ente bakal menikahi dia, Zam."

Azzam mengusap wajahnya kasar. Lagi dan lagi ia harus dihadapkan dengan masalah rumit yang menyangkut rumah tangganya. Ketika masalah tentang Aisya sudah selesai. Muncul lagi masalah tentang Meisya. Terkadang, masalah memang membuat seseorang menjadi semakin dewasa. Namun semua itu tetap ditinjau dari langkah apa yang mereka ambil untuk menghadapi masalahnya.

Azzam menghembuskan nafas berat. "Fidz, ente bisa bantu ane?"

"Apa?"

"Bantu ane nyiapin pernikahan ini. Sederhana aja,"

Mendengarnya, Hafidz merasa tidak percaya. Azzam benar-benar akan melakukannya. Kawannya itu akan segera memikul tanggung jawab yang lebih besar. Semuanya menjadi semakin rumit.

"Zam, ente bener-bener udah yakin?"

"In Shaa Allah,"

"Zam, ini bukan keputusan ringan loh. Ane ingetin sekali lagi sama ente. Ini bersangkutan sama Savierra, Zam. Ente udah siap emangnya?"

"Fidz, apapun yang terjadi ane bakal tanggung. Ane bakal bicara sama Savierra kalau waktunya udah tepat."

"Seberapa lama, Zam? Seberapa lama ente bakalan nutupin dari Savierra? Akan lebih menyakitkan kalau dia tau tapi bukan dari ente."

Separuh ImankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang