BLL | 36

15.8K 1.4K 17
                                    

Tidur nyenyak Bianca harus terganggu karena merasakan kecupan di seluruh wajahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidur nyenyak Bianca harus terganggu karena merasakan kecupan di seluruh wajahnya. Gadis itu menggeliat pelan, bergumam tak jelas, lalu membalik badan untuk menghindari gangguan itu.

"Wake up, birthday girl," ucap Ares. Ia menepuk-nepuk pipi Bianca pelan, membuat gadis itu mengerang protes.

"Hmmmh, bentar, masih ngantuk," gumamnya. Ares berdecak, lalu menoel-noel pipi tembam Bianca.

"Aduh, jangan ganggu, ngantuk," protes Bianca, berusaha menyingkirkan jari Ares dari pipinya. Ares terkikik, terus mengganggu Bianca sampai gadis itu bangun.

"Iya iya, aku bangun!" Bianca membuka satu matanya, menatap Ares kesal. Laki-laki itu tersenyum konyol, membuat Bianca semakin kesal. Untuk sekilas, ia sempat mengira laki-laki di hadapannya ini adalah Arsa, mengingat Ares tak pernah tersenyum konyol seperti itu.

"Happy birthday," ucap Ares, menarik Bianca ke dalam pelukannya. Gadis itu hanya diam, nyawanya masih belum terkumpul penuh. Ares mengusap punggung Bianca, hingga tak lama, ia kembali mendengar napas teratur gadis itu.

"Ca?" panggil Ares. Ia menyingkirkan rambut Bianca yang menghalangi wajah gadis itu. Mata Bianca sudah kembali terpejam karena usapan Ares.

Ares melihat jam di ponselnya. Sudah jam sebelas siang. "Capek banget kayaknya, semalem begadang, ya?" gumam Ares— lebih pada diri sendiri. Ia akhirnya menyamankan posisi Bianca dalam pelukannya, membiarkan gadis itu tidur lebih lama lagi.

Satu jam kemudian, Bianca bangun dengan sendirinya. Aroma musk Ares langsung menusuk indera penciumannya. Bianca mendongak, dan mendapati Ares sedang menatapnya intens. Rupanya, ia tertidur dalam pelukan Ares.

"Udah boboknya?" tanya Ares. Bianca mengangguk, menjauhkan diri dari Ares.

"Mandi dulu sana, aku mau ajak kamu ke suatu tempat," ucapnya. Bianca menurut, melangkah gontai menuju kamar mandi. Sepeninggal Bianca, Ares keluar dari kamar, memilih untuk menunggu di ruang tamu.

***

"Kita mau ke mana?"

"Nanti kamu tau."

Bianca berdecak kesal. Ia bersedekap, membuang pandangannya keluar jendela mobil. Sudah empat kali ia bertanya, dan jawaban Ares selalu sama, membuat Bianca kesal saja.

Tak lama, mobil Ares berhenti di depan sebuah rumah sederhana bercat warna-warni. Di depan rumah itu, terdapat perosotan yang terlihat masih baru, dua ayunan, serta jungkat-jungkit untuk anak-anak.

"Panti Asuhan Kasih Bunda," gumam Bianca. Mata gadis itu langsung membulat.

"Ini—?"

"Ayo turun," ajak Ares. Bianca yang masih mencerna, ikut turun. Saat ia melihat wanita paruh baya yang sangat dikenalnya keluar dari dalam rumah, Bianca langsung berlari, membuat Ares menggeram khawatir.

BETWEEN LOVE AND LIES ✓Where stories live. Discover now