(16) Terjebak

466 25 6
                                    

"Jadi ini yang udah ngerebut Adin gue?"

Aku berbalik dan mendapati ketua dance sekolah. Ia melipat tangannya di dada dan menatapku teliti. Melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Ia berjalan mendekatiku. Lalu memegang bahuku. "Tingginya aja jauh dari gue." Ucap perempuan itu.

Masalah tinggi lagi.

"Eh, apa-apaan nih? Kok kumpul begini?"

Aku menoleh. Dan menatap seseorang itu dengan tatapan bingung.

"Jangan ganggu sahabat gue. Atau lo gue laporin kepsek." Ucap Sara sambil merangkulku.

Aku menatap Sara tidak percaya. Apa dia kerasukan setan sekolah? Atau dia sakit jiwa kah?

Ketua dance itu dan teman-temannya akhirnya pergi. Dan aku tetap mempunyai satu masalah, disini masih tersisa Sara.

"Gue minta maaf."  Ucap Sara di depanku sambil menunduk.

Aku melihat tangan Sara yang mengepal marah. Hah. Akting ternyata permisa.

"Lo lagi latihan akting kah? Ga usah latihan akting di depan gue." Ucapku sambil berbalik pergi.

Namun kaki kananku ditahan oleh Sara yang kini sudah berlutut. Aku menatapnya yang berlutut dengan iba. Tapi genggaman Sara di kakiku sangat erat. Dan jelas ini amarah. Karena ia bukan menggenggam erat memohon.

Haruskah ia ber-akting di depanku seperti ini? Kenapa harus ber-akting?

Aku menarik kakiku perlahan. Dan dengan mengenaskan Sara membanting dirinya sendiri ke belakang.

Hey harus ku puji kah aktingnya?ⁿ

"Lo psikopat." Ucap dingin seseorang di belakangku.

Aku menoleh dan mendapati Adit yang menatap dingin diriku. Adit berjalan menuju dimana Sara terjatuh. Ia membantu Sara bangun.

Hey! Itu akting! Dia bisa berdiri sendiri! Bahkan dia bisa lari saat ini juga. Ga usah pegang-pegang gitu juga kali ya.

"Hah? Psikopat? Tanpa mendorong dia dan dia jatuh sendiri itu psikopat? Cih. Stupid boy." Belaku pada diri sendiri.

Adit masih memasang wajah dinginnya. Dan membawa Sara yang berjalan terpincang. Sara mengeluarkan evil smirknya di depanku.

Adin datang setelah kulihat ia berbisik dengan Adit. Adin berjalan bahagia ke arahku. Dengan senyuman manis yang mengembang di bibirnya.

"Mau makan? Laper 'kan? Yuk." Ucapnya sambil merangkulku menuju kantin.

Aku dan Adin memesan makanan bersamaan. Lalu mencari tempat duduk kosong. Adin menarikku untuk duduk di meja sebelah meja yang ditempati Adit dan Ziana.

Aku duduk di kursi itu. Ziana tersenyum melihat kedatanganku. Namun beberapa detik setelah senyuman itu, Ziana sudah ditarik oleh Adit pergi. Ziana terus berteriak berhenti pada Adit. Namun itu selalu di abaikan oleh Adit.

Aku menatap kepergian mereka dengan kecewa. Sebegitu marahnya kah Adit? Hanya dengan itu? Apa kah Adit tidak tau Sara hanya akting? Hah. Rating kebencianku pada Sara semakin meningkat.

"Key.. Kamu ga makan?" Adin membuyarkan lamunanku tentang Adit. Ia menatap lembut ke arahku. Aku mengangguk menanggapi pertanyaannya lalu memakan makananku.

Entah ini alur hidupku yang mana? Semua menjadi aneh. Terlebih Adin yang malah terlihat lebih menyenangkan sekarang. Tapi malah Adit yang sekarang lebih menyeramkan.

***

"Adit.. Dengerin gue dulu. Gue ga bohong. Dia cuma akting." Jelasku yang sedang menghadang jalan Adit.

Hidden Loveजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें