(10) Dingin

523 28 0
                                    

"Pendek bangun!!"

Aku mengerjapkan mataku perlahan. Aku melihat Adit yang sedang tersenyum di depanku.

"Bangun. Ga sekolah lo?" Tanya Adit dengan mengangkat sebelah alis tebalnya. Aku duduk dan melihat sekelilingku.

Tiba-tiba pikiranku pun terkumpul dan melihat Adit dengan seksama. Aku mendekati Adit yang sedang berdiri memasang wajah dinginnya.

Ku taruh punggung tanganku di dahinya. "Lo udah ga sakit Dit?" Tanyaku dengan polos. Adit masih memasang wajah dinginnya namun sambil menaikkan sebelah alisnya.

Secara refleks aku memeluk Adit. Dapat ku rasakan badan Adit menengang. Dan saat itu juga aku melepas pelukan itu.

Adit menatapku sambil memasang smirknya. "Lo suka ya sama gue? Perasaan gue, tubuh lo sering banget meluk gue." Ucapnya dengan muka dingin dan smirknya juga.

Oh my god. Nih anak kayaknya sakit lagi deh. Sok jadi cogan dingin, gini. Dih.

"Lo kalo suka sama gue bilang-bilang pendek." Ucapnya sambil menepuk kepalaku. "Jangan suka diem-diem. Nanti keburu guenya di ambil orang loh."

Dia membalik badannya lalu pergi keluar kamar. Aku hanya diam sambil melihat punggungnya yang mulai menjauh.

"Dih apa banget. Sok cogan dingin lo Dit! Alien stres juga." Omelku ketika Adit sudah berbelok.

"Siapa juga yang suka sama dia. Dalam kamus besar Keyla itu ga ada yang namanya suka sama Adit. Dih." Gumamku sambil berjalan menuju ke kamar mandi.

***

"Adit!" Teriak Davan, ketua kelasku.

Adit yang sedari tadi sibuk bermain handphone-nya langsung menoleh ke depan. Di depan Davan melambai, dan menyuruh Adit mendekat. Adit menurut dan berjalan ke depan mendekati Davan.

Tiba-tiba seorang perempuan masuk ke dalam kelas dengan terpaksa karena mendapat dorongan beberapa orang. Gadis itu berdiri di depan Adit dengan wajah kikuk sambil menggaruk tengkuknya. Adit menatap gadis itu serius lalu menatap Davan dengan pandangan bertanya. Tapi Davan hanya menjawab dengan mengangkat bahu dan mengarahkan matanya pada perempuan itu seolah berkata 'tanya aja sendiri'.

"Nan! Cepetan ngomong!" Ucap seseorang yang kuprediksi sahabat perempuan itu. Ya, karena dia salah satu yang tadi mendorong perempuan itu.

Perempuan itu menatap Adit lalu tersenyum kikuk. "Eng.. Itu." Ucapnya ragu-ragu.

Adit menaikkan sebelah alis tebalnya. Dan dari luar dapat kudengar teriakan histeris cewe-cewe fanatik Adit.

"Gue suka sama lo." Ucap perempuan itu cepat sambil menyerahkan satu kotak coklat.

Pulpen yang sebelumnya ku pakai menulis tiba-tiba terjatuh. Dan saat itu juga Adit memandang ke arahku. Aku membuang mukaku, pura-pura sibuk membaca buku. Dapat ku rasakan banyak mata yang mengikuti arah pandang Adit, yaitu ke arahku.

Asdfghjkl. Kenapa Adit harus natap kesini. Nyebelin.

Aku melirik kembali ke arah mereka. Kini perempuan itu menuduk, mungkin sedang gelisah menunggu jawaban Adit. Dan Adit sendiri sedang memasukkan kedua tangannya di saku celana sambil memasang wajah dinginnya.

Ku lihat di luar banyak penggemar gila Adit yang menggigit bibir mereka menunggu jawaban.

Adit berjalan mendekati perempuan itu. Lalu dengan lembut menepuk bahunya. "Makasih. Tapi mungkin lo bisa cari yang lebih baik dari gue." Ucap Adit, lalu berjalan ke kursinya.

Hey! Itu jahat banget. Adit emang ga berperasaan. Seenaknya ngomong gitu sama cewe.

Adit berjalan dengan muka dinginnya. Namun ketika tatapannya mengarah padaku dia langsung memasang sebelah alisnya yang terangkat. Aku langsung mengalihkan pandanganku. Ku tatap buku di bawahku sambil menggigit bibir bawahku.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang