(6) Kenapa?

569 34 1
                                    

"Gue Sadar.." Adit menjeda kalimatnya. "Ide lo, gue terima. Gue jadian sama Sara dan lo bisa bebas dengan Adin."

Aku menatapnya tidak percaya, namun kemudian mengangguk dan tersenyum. Aku mendekatinya.

"Janji?" Ku ulurkan kelingkingku padanya. Dia menatap heran pada kelingking itu. "Janji di antara kita ga boleh ada yang ingkarin."

Adit masih memandang bingung pada kelingkingku. "Ayo Adit. Lo tinggal pacaran sama Sara. Dan gue bisa jadian sama Adin."

Adit masih dengan pikirannya. Aku menatapnya heran. "Aditt.."

Kini tatapannya terarah padaku. Raut mukanya seperti tadi. Meminta tolong. Tapi tiba-tiba dia menerima kelingkingku dan mengangguk.

Aku mengangguk canggung setelahnya. Oh tuhan, atmosfer canggung itu datang lagi pada kami.

***

"Hey. Lagi mikirin apa sih?"

Aku menatap laki-laki di depanku dengan tatapan bertanya. Laki-laki itu pun mendesah.

"Ngelamun 'kan? Mikirin apa sih?" Tanya Adin yang kini menghentikan makannya.

Aku tersenyum lalu memberi sendok dan garpu yang Adin letakkan tadi. Adin mengerutkan keningnya. "Udah makan aja." Ucapku yang sungguh tak nyambung.

Adin kembali pada makanannya. Dan aku kembali pada pikiranku. Entah sesuatu apa yang ada dalam pikiranku sampai aku seperti ini.

"Kalo kamu masih ngelamun aku tinggalin nih."

"Eh?" Aku menatap kaget Adin yang kini hendak berdiri. "Jangan! Iya, aku ga ngelamun lagi."

Aku kembali menyuruhnya duduk dan kupasang deretan gigi putihku. Dia meraih puncak kepalaku lalu mengacak-ngacaknya.

'Aku-kamu'? Ya setelah kejadian Adit menerima ide ku, beberapa hari kemudian hubunganku dan Adin sudah semakin membaik.

"Hai kalian. Lagi nge-date nih?" Suara itu. Aku muak dengan suara itu. "Boleh gabung?"

Adin menatapku, dan aku pun mengangguk. Mereka berdua akhirnya duduk di meja yang sama dengan kami. Bedanya, yang duduk di sebelahku adalah Adit. Dan yang duduk di sebelah Adin adalah Sara.

Aku menoleh ke arah Adit dan disana Adit juga sedang menatapku. Untuk beberapa detik kami terdiam pada posisi kami.

"Key.."

"Dit.."

Sara dan Adin membuyarkan lamunanku dan Adit. Aku dan Adit sama-sama tersenyum kikuk pada Adin dan Sara.

"Ga nyangka ya kita bisa double date lagi." Ucap Sara cukup antusias. "Ya walau dengan pasangan yang tertukar."

Kalimat Sara itu cukup menusuk. Entah dia yang menyindirku karena aku merebut Adin atau ia yang sedang berbangga bisa merebut Adit dari ku.

Eh? Merebut?

"Key. Tadi Zia ke rumah lo. Tapi lo-nya ga ada." Jelas Adit yang kubalas dengan senyuman cangung.

Oh bahkan setelah perjanjian itu kata 'pendek' yang biasa Adit lontarkan sudah sangat jarang terdengar di telingaku.

"Hey. Kenapa kita ga pergi ke jungle land aja. Seru tuh. Mumpung masih pagi." Ajak Adin dengan antusias. Sara pun yang mendengarnya cukup antusias.

Namun lagi-lagi aku malas menanggapi itu dengan antusias. Ku angguki malas ajakan Adin. Dan setelah itu tanganku di tarik dan terasa ada jari-jadi yang menyelip diantara jari-jariku.

Aku menatap Adin yang kini di sebelahku dengan tangan kami yang menggenggam. Pikiran itu hilang setelah Adin mengenggamku.

Hari mingu. Hari libur dan berkumpul. Dan disinilah kami berempat, disalah satu tempat wisata daerah Bogor.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang