PROLOG

2.6K 63 0
                                    

Mencintai dia? Laki-laki tampan dan tinggi yang kini sedang bercengkrama mesra dengan perempuan yang sangat ku kenali itu?

Apakah aku gila?

Rasa-rasanya kewarasanku sudah tidak berfungsi dengan baik lagi. Bagaimana bisa aku menyukai laki-laki yang sudah menjadi temanku selama 9 tahun? Dan bagaimana pula aku dengan bodohnya sudah 6 tahun aku menyimpan perasaan ini?

Lalu apa yang harus ku lakukan? Rasanya perasaanku semakin lama semakin terkubur.

Cinta dalam diam. Mungkin kata itu yang dapat melambangkan keadaanku saat ini

Hari kelulusan adalah waktu yang paling ku tunggu. Hari itu adalah hari dimana aku dan semua teman satu angkatanku akan berpisah karena berbeda sekolah.

Namun sialnya, aku dan Adin kembali dalam satu sekolah. Ya, namanya Adin. Lebih tepatnya Readin Nawangsa. Laki-laki tampan yang memiliki tubuh kurus dan tinggi, juga kulitnya yang putih itu adalah laki-laki yang selama ini ku sukai dalam diam.

Bahasa kerennya, aku adalah secret admirer-nya.

Adin mengenalku, bahkan kami dapat dikatakan dekat. Namun, perasaanku sama sekali tak pernah diketahuinya. Dan hal itu berdampak pada kejadian di hari itu. Kejadian yang sangat ku ingat detailnya hingga hari ini.

"KEY!!"

Aku menoleh dikala namaku dipanggil oleh seseorang. Gadis cantik yang memanggilku pun langsung menarik tanganku ke tempat dudukku yang kebetulan berada di belakangnya. Ia memang teman dekatku, namanya Sara Cantika. Berbanding lurus dengan namanya, ia juga sangat cantik dan putih.

"Kemana aja sih selama 2 hari ini? Aku tuh udah nunggu kamu, ada yang mau aku ceritain nih."

Ku lepas tas yang masih terkait di pundakku sambil tersenyum mendengar ucapannya.

"Kenapa sih emang?"

"Gila Key. Rasanya aku mau mati kalo gini caranya."

"Kenapa? Cerita aja."

Gadis itu membenarkan posisinya di depanku, "Jadi, kemarin Farel ngomong sama aku. Kalo katanya Adin bakalan nembak aku minggu depan."

Ku rasa, saat ini yang akan mati cepat adalah diriku. Karena rasanya pasokan oksigen di ruangan ini semakin lama semakin menipis.

"Kamu harus tau, Key. Aku tuh antara seneng dan sedih tau. Soalnya mamah bilang aku ga boleh pacaran dulu. Mungkin sih nanti waktu SMA aku dibolehin pacaran, tapi mana mungkin Adin mau nunggu sampe SMA."

Aku tersenyum. Walau senyumku kali ini dapat dikatakan senyum terpaksa.

Bagaimana tidak? Kali ini aku tak mempunyai energi sedikit pun untuk menyemangati diriku, apalagi aku harus menyemangati gadis di depanku.

Kejadian itu terjadi beberapa bulan silam. Saat dimana aku dan teman-temanku berjuang di tahun terakhir kami.

Mungkin kejadian itu akan menjadi kejadian yang sulit untuk ku lupakan. Karena sampai saat ini pun aku masih dapat mengingatnya dengan jelas.

Kini aku berdiri sambil menatap bangunan megah di depanku. Aku berharap, sebuah kenyataan baru yang lebih baik akan berpihak padaku.

Ku pijakkan kaki di koridor asing ini. Membuat tekad, bahwa ini dunia baru ku. Bukan dunia lamaku yang di penuhi oleh orang-orang yang selalu menindas hatiku, Sara dan Adin.

Hidden LoveDove le storie prendono vita. Scoprilo ora