23. Melepas Rindu

459 192 100
                                    

Zefanya baru saja menginjakkan kakinya di bandara. Pandangannya menyapu sekitar mencari dimana Ryan berada. Sampai matanya beradu pandang dengan mata berwarna coklat milik cowok yang sangat dirindukannya.

Ryan. Tanpa aba-aba, Zefanya langsung berlari menuju tempat Ryan berada dan langsung berhambur ke pelukan cowok itu. Ia sangat rindu dengan cowok yang sudah berada di pelukannya ini. Sudah dua tahun ini meraka tak bertemu dan mereka lost contact. Akhirnya sekarang mereka bisa bertemu dan melepas rindunya masing-masing.

Ryan yang di peluk tersenyum senang, ia sangat merindukan gadis yang berada di pelukannya ini. Ia rindu dengan senyumannya, tatapannya, suaranya, dan yang paling dia rindu adalah bau rambut Zefanya yang berbau strawberry.

Hampir lima menit mereka berpelukan. Dan tak ada dari mereka yang ingin mengakhiri pelukannya. Seakan-akan pelukan itu bisa melepas rindunya masing- masing.

Hingga lima menit pun tiba, Ryan melepaskan pelukannya pada tubuh mungil Zefanya. Ia menangkup pipi Zefanya, memandanginya penuh sayang. Ryan mencium sekilas dahi Zefanya dan kembali memeluknya. Ia kembali mendaratkan ciumannya di kepala Zefanya. Demi apapun, ia sangat rindu dengan gadis yang
berada di pelukannya ini.

"Apa kabar Anya?" tanya Ryan, ia melepaskan pelukannya. Tangannya kembali menangkup pipi Zefanya. Ia baru sadar kalau mata Zefanya bengkak seperti habis menangis dan bibir Zefanya menampakkan darah yang sudah mengering. Tentu saja gadisnya ini tak baik-baik saja. Ia mengusap bibir Zefanya lembut.

"Ini kenapa?" tangannya beralih menyentuh kedua kelopak mata Zefanya.

Zefanya tersenyum, mencoba memberi tahu kalau ia tak apa-apa.

"Gue abis nonton drakor, terus gak sengaja kegigit bibir gue sendiri," alibi
Zefanya. Ia tak mungkin memberi tahu Ryan yang sebenarnya. Jika cowok itu tahu, sudah habis Alfarel di tangan cowok itu.

"Kebiasaan. Jangan nyakitin diri sendiri kek gini lagi ya." Ryan mendekatkan wajahnya, ia mencium kedua kelopak mata Zefanya.

Tangannya kembali mengusap bibir Zefanya lembut.

"Jangan lakuin lagi. Gue gak suka," peringatnya lembut.

Zefanya yang di perlakukan seperti itu tersenyum senang.

"Iya."

"Jangan iya-iya aja, tapi di turutin!"

"Iya bawel."

"Ini demi kebaikan lo Nya."

"Iya Ryan." Zefanya menangkup pipi Ryan gemas.

Tatapan mereka saling mengunci, dengan Ryan yang selalu tersenyum manis.

"Yaudah, ayo pulang." Ryan merangkul pundak Zefanya. Ia membawa Zefanya keluar dari bandara.

"Lo tinggal dimana?"

"Di rumah lo."

"Hah?" kaget Zefanya.

"Tante Isma nyuruh gue jagain lo."

"Mama?"

"Iya. Ayo pulang!"

Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang