19. Putus?

677 199 132
                                    

"ALFAREL!!"

Suara teriakan dari arah pintu kantin menyita perhatian dari Alfarel dan temantemannya, termasuk Zefanya. Untung saja, pelajaran masih berlangsung. Jadi tak banyak siswa yang berada di kantin sekolah. Zefanya tersenyum miring saat mengetahui siapa pemilik suara itu.

"Bantuan datang," batin Zefanya.

"Sahabat gue lo apain hah?"

Nabila mendorong kasar bahu Alfarel hingga cowok itu mundur beberapa
langkah.

"Lo gak usah ikut campur!" ucap Alfarel penuh penekanan.

"Udah Na, gue gakpapa." Zefanya menahan Nabila yang kembali ingin
mendorong Alfarel.

Gila sahabatnya ini, nyalinya gede juga. Zefanya saja tak seberani itu.
Perlu Zefanya akui, akting Nabila bagus juga.

"Gakpapa lo bilang? Dia buat lo nangis Ze." Nabila berpura-pura emosi.

"Gue gakpapa."

"Ayo pergi dari sini!" Nabila menarik tangan Zefanya keluar dari kantin.

Alfarel yang melihat itu tak tinggal diam. Ia menyuruh teman-temannya untuk menghalangi langkah Zefanya dan Nabila.

"Ngapain kalian? Minggir!"

"Ini urusan Alfarel sama Zefanya, lebih baik lo diam aja!" peringat Devan.

"Tap--"

"Biarin mereka selesain ini berdua." Gilang menengahi.

"Please Na, gue ada urusan sama Zefanya." Alfarel memohon, ia mati-matian menahan emosinya.

"Oke." Nabila mengalah, ia melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Zefanya.

Alfarel mendekati Zefanya, tetapi Zefanya selalu menghindar. Ia menghela nafas pelan. Jangan sampai ia menyakiti gadisnya. Gadisnya Mungkin sebentar lagi akan jadi mantan?

"Ze, gu--"

Belum sempat Alfarel melanjutkan kalimatnya, Zefanya memotong perkataannya.

"Kita putus!"

Alfarel mematung saat mendengar kalimat yang tak ingin di dengarnya sama sekali. Ia tersenyum miris.

"Putus? Kenapa?"

"Karena gue gak cinta sama lo." Zefanya menghapus kasar air matanya. Ia tersenyum miring.

"Lo bohong kan?" Alfarel tak percaya ini. Seharusnya Zefanya juga mencintainya kan? Mengapa di hubungan ini hanya ia yang mencintai?

"Enggak." jawab Zefanya enteng.

"Bohong!" sangkal Alfarel.

"Gue gak bohong. Sebenarnya gue tau kalau lo mau jadiin gue mainan lo."

"Kalau lo tau, kenapa lo nerima gue Pasti lo cinta kan sama gue?"

"Cinta? Hhh, pede banget sih lo. Gue cuman merasa tertantang mengikuti
permainan ini."

"Gak mungkin." Alfarel masih tak percaya dengan ini semua.

Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang