5. Rahasia

742 298 77
                                    

"Lo tenang aja, gue gak bakalan suka sama dia."

~Zefanya Putri~

🦋🦋🦋

Jam pelajaran pertama tengah berlangsung, bukannya masuk kelas, Zefanya malah tidak mengikuti pelajaran. Zefanya lebih mamilih bolos dibandingkan mengikuti
pelajaran. Apalagi hari ini ada mapel matematika. Mapel yang sangat dia benci.

Bukan apa-apa, masalahnya ia tak pandai berhitung. Jangankan untuk menghitung, melihat rumus matematika saja kepalanya sudah pusing. Oke, anggaplah Zefanya lebay. Tapi jika kalian tidak suka dengan pelajaran matematika, kalian akan berfikiran sama seperti Zefanya.

Bukan hanya rumusnya yang membuat kepala pusing. Tapi soal yang di berikan guru pengajar pun membuat Zefanya angkat tangan. Bayangkan saja, soal dan materi gak sinkron. Materinya membahas itu soalnya malah bahas yang lain.
Mana di buku paket gak ada contoh soal lagi. Dan parahnya, gurunya malah asik main handphone. Daripada kepala pusing, lebih baik bolos kan?

Jika kalian berfiikir Zefanya bodoh, kalian salah besar. Karena Zefanya merupakan siswi terpintar dikelasnya. Ia selalu mendapatkan nilai tertinggi dikelas. Ia mampu menguasai semua mata pelajaran kecuali matematika.
Matematika adalah musuh terbesar Zefanya. Jika di setiap mata pelajaran ia mendapatkan nilai 100 sempurna. Maka, berbeda dengan matematika. Nilai matematikanya selalu mentok di angka 80. Dan Zefanya sangat tidak suka dengan itu. Ia sudah bersusah payah belajar tapi nilainya tetap mentok disitu.

"Jadi lo ngikutin permainan mereka, gitu?"

Zefanya menghela nafas pelan, ia berada di belakang sekolah bersama Nabila. Rahasia yang sempat ia jaga kini sudah terbongkar. Apa boleh buat? Ia harus menceritakannya pada Nabila.

"Iya. Eh, tapi lo tau dari mana?" tanya Zefanya penasaran.

"Sebenarnya..."

Flashback On

Teman-teman Alfarel sedang asik nongkrong di bawah tangga.
Mereka melihat Alfarel dengan Zefanya yang terlihat bergandengan tangan menuju koridor sekolah.

"Eh, menurut kalian, Alfarel bisa gak sih buat Zefanya jatuh cinta?" tanya Arkan membuka pembicaraan.

"Ya bisalah. Buktinya kan Zefanya nerima Alfarel jadi pacarnya," jawab Bimo.

"Nerima bukan berarti cinta. Bisa aja kan Zefanya cuman main-main aja," timpal Devan.

"Menurut gue sih gak bisa, lo pada tau kan kalau Zefanya paling males berurusan dengan cinta?" jawab Gilang.

"Tapi gak menutup kemungkinan Alfarel berhasil buat Zefanya jatuh cinta," lanjutnya.

"Bener juga sih," timpal Bimo dan Devan bersamaan.

"Tapi yang gue takutin, Alfarel yang bakalan jatuh cinta sama Zefanya," Gilang kembali bersuara.

"Bagus kalau dia jatuh cinta sama Zefanya. Kapan lagi kan liat Alfarel jilat ludah sendiri," timpal Arkan sambil bercanda.

"Dan kalau Alfarel kalah dalam permainan ini, apartemen gue gak jadi buat dia."

Devan menimpali perkataan Arkan, mereka pun tertawa terbahak-bahak.

Tanpa mereka sadari, Nabila mendengar semua pembicaraan mereka.

Flashback Off

"... gitu ceritanya." Nabila menceritakan semuanya.

"Lo harus rahasiain ini semua. Jangan sampai orang lain tau, termasuk Alfarel dan temen-temennya. Cukup lo sama gue aja yang tau." Zefanya memperingati.

"Rahasia lo pasti aman sama gue. Tapi..." Nabila sengaja menggantungkan kalimatnya, yang membuat Zefanya penasaran.

"Apa?"

"Tapi gue takut, lo yang bakal kalah dalam permainan ini."

"Lo tenang aja, gue gak bakalan suka sama dia," jawab Zefanya santai.

"Terserah lo deh, gue pasti dukung lo."

"Makasih, lo yang terbaik." Zefanya memeluk Nabila.

"Kantin yuk!" ajak Nabila.

"Bolos nih?" Zefanya melepaskan pelukannya.

"Kita emang udah bolos kan? Bentar lagi juga bel bunyi."

Setelah Nabila mengatakan itu, bel pun berbunyi nyaring.

"Nah, bener kan? Ayo!" Nabila menarik tangan Zefanya menuju kantin sekolah.

"Kuyy lah!" seru Zefanya bersemangat.

"Kuyy lah!" seru Zefanya bersemangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

mana nih yang nunggu next nyaa?

sini ngumpul!!

salam cinta,
tia💕

Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang