Chapter 19

45.6K 6.6K 206
                                    

2 Tahun Kemudian.

Dua orang saling berhadapan tanpa ada yang memulai pembicaraan di antara mereka. Duke Riyan tidak ingin gadis kecil itu hidup dalam ketidakjelasan pada identitasnya karena ulahnya yang tidak bertanggung jawab.

"Cenora."

"Iya?"

Duke Riya menyerahkan setumpuk dokumen di depan gadis itu. "Tanda tangani dan semua aset keluarga Adolfo akan menjadi milik mu."

Cenora yang tadi pikir bahwa dokumen itu adalah berkas pelepasan hak adopsinya dari Duke, tetapi tangannya yang memegang pena langsung kaku di atas kertas saat mendengar ucapan pria didepannya.

"A-Aset?"

"Semua yang harusnya kamu dapatkan selama 5 tahun ini telah ku hitung dan serahkan padamu sekarang. Jangan sampai ada orang yang memandang rendah dirimu karena ulahku. Kamu bukan anak liar seperti yang dikatakan oleh para sampah diluar itu. Kamu itu putriku dalam nama yang sah. Ingatlah bahwa kamu adalah bagian dari Adolfo."

"Tapi...saya tidak pantas menerima hal ini!!" Cenora mendorong dokumen itu kembali ke Duke.

Tangan pria itu langsung menahannya dan menatap gadis itu dengan serius. "Kamu berhak."

"Permis, sebelum anda memberikan semua aset anda pada saya. Bagaimana pendapat kedua kakak laki-laki?" Tanyanya serius.

Duke Riyan menarik bibirnya membentuk kurva. "Aku kepala keluarga disini, mereka tidak berhak berkomentar apapun."

"........."



••••

Taman belakang mansion.

Setelah kejadian di ruang kerja Duke, semua orang akhirnya mendengarkan berita itu juga. Bahwa Nona muda Cenora telah diakui dan  semua aset keluarga berada ditangannya. Banyak yang berpikir bahwa kedua tuan muda akan protes atau marah, tetapi malah tidak ada reaksi satupun diantara keduanya.

"Kamu masih terkejut," ujar Abigail disamping gadis itu. Tangannya dengan lihai merangkai mahkota bunga dan menaruhnya di atas kepala gadis itu.

"Bagaimana aku tidak terkejut jika Duke tiba-tiba melakukan hal seperti itu?! Aku takut semua bangsawan diluar akan datang dan melakukan aksi protes. Bagaimanapun juga zaman ini sangat menolak hal aneh seperti itu, memberikan aset keluarga pada orang luar."

"Tenang saja. Jika ada yang berani mencoba menyentuhmu, aku pasti akan membakarnya hingga jadi debu."

"Kamu akan di tangkap oleh pihak istana nantinya."

"Mereka tidak akan berani, perlindungan keluarga Adolfo sangat kuat padamu." Ungkap Abigail.

"Darimana kamu tahu?"

"Aku menebak. Duke pasti akan melalukan hal apapun jika menyangkut dirimu. Lagipula sekarang kamu itu setara dengan kedudukan Duke di rumah ini, jadi tenang saja."

Cenora terdiam dan memejamkan matanya untuk menenangkan rasa sakit di kepalanya karena memikirkan kejadian baru-baru ini. Yang tidak dia ketahui bahwa ada semacam aliran seperti benang emas yang keluar dari tubuhnya.

Abigail tidak mengatakan apapun saat melihat hal itu, hanya matanya mengikuti arah benang emas itu pergi yang menuju ke danau.

"Para Spirit itu sepertinya menerima panggilan gadis itu." Tebak Abigail. Benang tipis itu adalah panggilan seorang penyihir pada spirit di sekitarnya. Bagaimana dia bisa tahu karena buku kuno di Perpustakaan Adolfo mencatat hal itu. Walau sedikit terkejut karena gadis ini adalah penyihir roh yang langka yang hanya bisa terlihat selama ribuan tahun saja.

Cenora membuka matanya sekali lagi dan dia langsung terkejut karena beberapa 'Spirit Air' malah melayang didepan matanya. Abigail disisi lain hanya duduk diam menonton saja di seberang karena para roh tidak menyukai pengguna elemen.

{Kami mendengarkan panggilan mu itu, Nona.}

"Pa...Panggilan apa?!"

{Kamu merasa tidak nyaman dan memanggil kami kemari. Katakan saja keinginan mu, Nona.}

"Aku tidak nyaman?" Cenora memegang dadanya. "Hanya sedikit gelisah saja. Terima kasih sudah datang."

Ini pertama kalinya dia melakukan komunikasi dengan roh. Dia sangat senang dan bersemangat dengan hal ini. Matanya berbinar penuh cahaya kebahagiaan.

Salah satu Undine terbang mendekatinya dan mengusap tangan gadis itu. Energi murni mengalir ke tubuh mereka saat sentuhan fisik dengan tangan gadis kecil itu.

Para Undine yang lain langsung mendekat juga dan meminta pada Cenora untuk menyentuh mereka bahkan jika itu hanya usapan saja.

Melihat senyuman gadis itu, Abigail ikut tersenyum. Dia tahu Cenora sangat mudah di hibur dan dia tidak suka merepotkan orang lain.

"Adikku sangat cantik," ujar seseorang di samping Abigail yang muncul secara tiba-tiba.

















Bersambung.....

I'AM [NOT] VILLAINNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang