Chapter 2 ✨

104K 11.1K 410
                                    

The Next...

Keesokan harinya, Cenora sekali lagi terbangun di tempat yang asing. Melihat ruangan yang kotor dan tidak terawat itu lagi, dia tidak terkejut untuk kedua kalinya. Dia bangun dari kasurnya dan berjalan ke arah kamar mandi sesuai dengan ingatan pemilik tubuh ini. Saat dia berada disana dan melihat sosok dirinya yang sangat lemah dan pucat.

Tidak seperti drama dalam cerita yang sering dia baca. Kehidupan asli Cenora sangat buruk karena perlakuan dingin dari Duke dan kedua putranya pada gadis itu. Saat pertama masuk, dia sudah dibuang ke bangunan paling jauh dan tidak pernah berani untuk makan bersama dengan keluarga itu.

Cenora seperti barang yang dipungut dan dibiarkan begitu saja. 5 tahun perlakuan buruk yang dia terima. Makan saja dia harus berusaha mencari cara untuk mencuri di dapur. Para pelayan tidak berniat untuk melayaninya seperti nona muda. Cenora tidak masalah dengan itu, dia bertekad untuk tidak lagi hidup seperti pemilik tubuh ini dulu.

Pertama-tama dia harus mencari cara untuk mengisi perutnya yang keroncongan ini. Setelah mandi dan memakai pakaian miliknya yang masih saja lusuh, dia berjalan ke arah pintu dan membukanya dengan sedikit tenaga. Melihat lorong yang gelap dan penerangan yang minim, dia berusaha berani untuk mencoba mencari jalan keluar.

Bangunan ini sudah lama dan tidak terlalu besar. Dia akhirnya menemukan pintu dan berjalan keluar. Dia masih merasakan sakit di lututnya karena melompat dari jendela kemarin. Bangunan miliknya berada sangat jauh dari rumah utama, tetapi sangat dekat dengan jalan keluar ke kota. Gadis itu keluar dengan mudah. Rambutnya yang lumayan panjang diikat agar tidak merepotkan.

Dia harus berjalan turun karena rumah Duke berada di atas gunung. Gadis itu akhirnya sampai di kota. Melihat hiruk pikuk yang ramai dan beberapa kedai kecil yang menjual makanan. Dia melihat beberapa koin di tangannya, bersyukur bahwa dia masih memiliki uang untuk makan.

Setelah membeli roti dan susu hangat. Dia mencari tempat untuk makan. Saat dia melewati lorong sempit, matanya jatuh pada sosok kecil yang meringkuk didekat tempat sampah.

Gadis itu melihat sekitarnya dan akhirnya masuk ke dalam gang itu. Dia mendekati sosok yang sepertinya adalah bocah laki-laki berusia 12 tahun.

"Halo....apa kamu baik-baik saja?" Tanyanya sambil mencolek bocah itu.

"Unnggghhh...." Bocah itu hanya bisa meringis menahan rasa sakitnya. Dia perlahan mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang menyentuhnya.

Saat kedua bocah itu saling bertatapan. Cenora terkejut karena anak itu terluka. Banyak luka memar dan noda darah di ujung bibirnya.

"Kamu terluka parah!! Kita harus mengobati lukamu dulu," ujar Cenora dan langsung meraih bocah itu. Dia dengan mudah membawa bocah itu naik ke punggungnya dan membawanya keluar gang itu.

Cenora mencari dokter dekat dan akhirnya berhasil. Bocah malang itu langsung dirawat dan diberikan obat pada lukanya. Cenora membayar dokter dengan sisa uangnya, akhirnya dia kehilangan semua uangnya.

Melihat bocah itu tertidur karena obat dari dokter. Dia memilih menunggunya bangun untuk mengawasinya. Cenora memotong sedikit rotinya untuk dia makan dan sisanya untuk bocah itu. Walau dia masih lamar, dia tidak sedih hanya kasihan pada nasib dia dan anak itu. Mereka bernasib sama yang harus menghadapi kejamnya dunia ini.

Setelah beberapa jam berlalu dan hari sudah sore. Bocah itu akhirnya terbangun. Sepasang mata violet yang indah melihat ke arah samping tempat gadis itu duduk. Cenora tertidur karena lapar dan lelah.

Abigail perlahan bangun dan melihat dengan teliti gadis itu. Sangat jarang ada seorang gadis dengan rambut seperti itu disini. Pakaiannya juga lusuh dan tidak terawat sama sekali. Tetapi, bisa dilihat jika gadis itu bukan orang biasa tetapi pasti orang kaya dari wajahnya saja yang cantik.

Cenora yang tertidur juga membuka matanya karena terbangun. Kedua mata mereka bertemu. Cenora tersenyum lembut ke arah Abigail dan memberikan roti dan susunya pada bocah itu.

"Untukku?" Abigail menatap gadis itu dengan bingung. Ini pertemuan pertama mereka tetapi gadis itu malah membantunya ke dokter dan memberikannya makanan. Ini pertama kalinya ada orang yang baik padanya tanpa melihat kelainan pada dirinya.

Abigail ragu untuk mengambil makanan itu, jadi Cenora langsung mengambil potongan roti dan menyuap anak itu. Padahal tubuhnya lebih kecil dari bocah itu, tetapi sikapnya lebih dewasa karena jiwa dalam tubuhnya memang orang dewasa.

"Kenapa menolongku? Apa kamu mau aku menjadi budakmu?" Abigail bertanya dengan polosnya. Dia tahu bahwa banyak anak-anak yang di ambil oleh para bangsawan untuk dijadikan budak oleh mereka.

Terkejut dengan perkataan aneh dan bodoh bocah itu. Cenora langsung memukul kepalanya karena kesal.

Tak!

"Jangan asal bicara. Menolong yah menolong...kenapa juga anak sekecil kamu berpikir untuk menjadi budak?!"

"Sakit! Kenapa memukulku? Aku hanya bertanya."

"Pertanyaannya tidak berfaedah dan bikin kesal saja." Cenora lalu melihat ke arah bocah itu. "Nama mu siapa? Aku Cenora."

"Abigail." Bocah itu masih menatap wajah gadis didepannya. "Maaf sudah berkata kasar tadi."

"Tidak. Itu wajar semua orang akan berpikir buruk pada orang pertama yang mereka temui langsung bersikap sangat baik." Cenora berkata. Gadis itu berdiri dan berjalan ke arah jendela. Melihat hari sudah sore dan dia tidak mau nantinya pulang dalam keadaan gelap. "Aku harus pulang. Rumahmu ada dimana?"

Abigail menunduk dan wajahnya seketika berubah menjadi sangat sedih. "Rumahku sudah hancur dibakar oleh masyarakat dan kedua orang tuaku sudah tewas. Aku hidup dijalan, tempat tinggal di manapun sama saja bagiku."

Deg!

Cenora langsung menatapnya dengan kaget. Gadis itu mendekat dan meraih tangan Abigail dan menggenggamnya erat. Ia lalu mengangkat kepalanya dan menatap mata indah bocah itu.

"Kalau begitu ikutlah denganku."

"Apa ?! Bagaimana kamu bisa mengajak seseorang ikut denganmu dengan mudahnya!?"

"Jangan khawatir. Rumahku juga tidak memiliki penghuni lain selain aku." Tidak ada yang akan peduli juga dengan keadaannya.

Akhirnya setelah lama berpikir, Abigail setuju untuk ikut dengan Cenora kembali. Di perjalanan, gadis itu melihat beberapa penjaga yang memakai seragam kediaman Duke seperti sedang mencari sesuatu. Cenora tidak berpikir banyak mungkin ada pencuri atau apa, dia hanya membawa Abigail melewati jalan tikus untuk kembali ke rumahnya.

Setelah masuk ke dalam bangunannya dan menyalakan satu lilin yang tersisa. Cenora membantu Abigail yang masih terluka untuk tidur di kasurnya. Bocah itu memerah saat dia di rawat oleh gadis yang lebih mudah dari dia.

"Apakah tidak merepotkan?" Tanyanya dengan wajah sedikit memerah.

Cenora menggelengkan kepalanya. "Aku suka merawat anak-anak sejak dulu."

Abigail tidak mengerti ucapan gadis itu. Dia hanya fokus melihat sepasang mata biru indah yang berkilau dibawah cahaya lilin.

"Cantik."










Bersambung.....

I'AM [NOT] VILLAINNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang