Chapter 38 ✨

31.9K 4.6K 134
                                    

Happy Reading!

Cahaya menyilaukan meledak di dalam kamar Cenora. Segera Winnie dan Dewa Harmen mendobrak pintu dan masuk ke dalam sana. Apa yang mereka lihat membuat mata mereka terbelalak kaget.

Tubuh Cenora bersinar dengan dua warna yaitu Emas dan Perak. Rambutnya perlahan berubah menjadi emas dengan sepasang mata emas. Simbol matahari dan bulan muncul di atas kening gadis itu.

"Segera hentikan gadis itu!!" Teriak Dewa Harmen yang sudah lebih dulu berlari ke depan.

Winnie juga segera merapalkan mantra miliknya untuk menekan kekuatan yang keluar dari dalam tubuh Cenora yang semakin besar.

Dewa Harmen meraih tubuh gadis itu dan menariknya mendekat, dia langsung memeluk tubuh Cenora menahannya dalam dekapannya.

Cenora seperti boneka tanpa jiwa yang pandangan matanya kosong tanpa emosi. Perlahan kekuatannya mulai terkontrol dan masuk kembali ke dalam tubuhnya, anehnya simbol di kening gadis itu tidak bisa hilang.

Cenora jatuh lemah dan bersandar di dada milik Dewa tampan itu. Sayup-sayup dia bisa mendengar suara kedua orang itu yang terdengar panik dan khawatir, hingga kegelapan menelannya lagi.

Dewa Harmen membawa gadis itu ke atas kasur dan membantunya menarik selimut. Beruntung dia datang saat segel kekuatan anak ini hampir retak, sepertinya ada yang membuat emosinya tidak terkontrol dan dia di tekan terlalu dalam oleh mimpi buruknya. Kekuatannya sangat besar untuk mengguncang seluruh daratan ini.

Anugrah dari anak yang lahir dari sepasang dewa dan Dewi yang memiliki peranan penting dalam alam semesta, tentu bukan anak biasa saja.

"A...Ayah..." Gumam Cenora di antara sadar dan tidak sadar, dia memegang erat tangan Dewa Keadilan itu.

Dewa Harmen hanya bisa mengusap kepalanya lembut untuk memberikan ketenangan dalam tidur gadis itu. Dia lalu berbalik menatap ke arah Winnie.

"Kekuatannya tadi sudah meledak, hanya menunggu waktu saja sampai segelnya lepas. Dia harus segera kembali ke Alam Atas secepat mungkin." Ucapnya.

"Saya segera menyiapkan gerbang dimensinya, Dewa."

••

Di dalam sel bawah tanah yang biasanya tempat para tahanan atau penjahat besar di kurung. Abigail berada di sel paling ujung dengan kedua tangan di rantai dan di gantung.

Tubuhnya penuh luka dan dia hanya bisa menundukkan kepalanya lemah. Sesosok Spirit Air terbang dari jendela sel dan mendekati sisi Abigail.

Dia menekan kening pria itu dan segera luka-luka luarnya pulih dengan sangat cepat. Abigail membuka matanya dan memandang makhluk di depannya.

"Dimana adikku?" Tanyanya.

Spirit undine memiringkan kepalanya bingung, lalu memberikan kode ke arah jendela. Dia menunjuk ke arah langit dan ke arah bulan.

"Dia di atas langit?" Abigail langsung bangkit dengan sekuat tenaganya. Dia berpikir bahwa maksud Undine adalah Adik perempuannya yang dia jaga dan dia cintai telah tewas di suatu tempat.

Kemarahan di matanya tidak bisa di sembunyikan. Segera besi sel didepannya hancur oleh tekanan pemuda itu. Gelombang api muncul dan menghancurkan sekitarnya dengan sangat cepat.

I'AM [NOT] VILLAINNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang