Chapter 3 ✨

82.5K 10.9K 208
                                    

Rumah Utama.

Para pelayan bersujud di lantai dengan tubuh gemetar ketakutan. Di depan mereka, kepala keluarga [Adolf] berdiri didepan mereka dengan pedang ditangannya siap di ayunkan kapan saja.

Duke Riyan Alexander Adolfo, Penguasa sihir elemen Es tingkat 6 yang langka dan salah satu prajurit terbaik kerajaan. Duke Riyan berusia 40 tahun dan tetap masih terlihat sangat muda seperti berusia 25 tahun. Wajahnya tampan seperti dewa kuno dan sepasang mata 'Blue Ocean' yang mampu mengitimidasi siapapun itu.

Duke Riyan terlihat sangat marah terbukti dari urat di kening dan lehernya yang mencuat keluar. Matanya memiliki niat membunuh yang kuat, bahkan beberapa bagian kediaman sudah mulai ditutupi oleh es karenanya.

"Dimana dia?!"

Semua orang semakin gemetar ketakutan karena pertanyaan yang dilontarkan tuan mereka. Siapa yang akan menyangka bahwa alasan kekacauan ini semua adalah hilangnya [Putri Adopsi] yang selama 5 tahun ini di abaikan.

Tidak ada yang ingat bagaimana rupa gadis itu karena mereka tidak pernah satupun mencoba mengunjunginya. Mereka hanya bisa ingat rambut perak dan mata biru yang menatap ke arah mereka saat kedatangan pertamanya.

Duke Riyan menggerakkan pedang ditangannya dan hanya sekali ayunan. Satu kepala lepas dari tubuh seseorang.

"AAAAAHHHH!!!"

"Ampunilah kami, Tuan."

"T-tolong ampuni kami!!"

Duke Riyan tidak memperdulikan seruan memohon mereka. Matanya beralih ke pelayan lain dan siap untuk memotong kepala mereka lagi. Saat pintu tiba-tiba terbuka dan salah seorang prajurit berlari masuk dengan nafas tersengal-sengal.

"Tu-Tuan...." Prajurit itu melihat adegan mengerikan didepannya langsung membeku.

Duke Riyan menyipitkan matanya ke arah prajurit itu dan mengarahkan ujung pedangnya ke arah leher orang itu. "Ada apa?"

"Tu-Tuan, saya membawa berita...Nona muda...dia...dia sudah kembali!!!" Seru prajurit itu dengan sisa keberaniannya. Kapan saja kepalanya yang akan terpotong oleh pedang Duke.

Duke Riyan yang mendengar berita itu seperti ditekan tombol jeda dan menatap dengan bodoh ke depan. Beberapa detik kemudian, dia sudah menghilang dari sana. Semua orang menghela nafas lega bahwa nyawa mereka berhasil tertolong.

Duke Riyan berlari ke bangunan lama yang terlihat gelap dan suram itu. Dia melihat cahaya di satu kamar disana. Saat dia masuk dan melihat pemandangan yang tidak sesuai dengan identitas gadis itu, dia merasakan dadanya seperti diremas oleh sesuatu.

Perlahan dia berjalan ke arah ujung ruangan dimana seberkas cahaya redup itu berada. Sesampainya di sana, dia melihat sosok mungil kurus yang sedang berdiri didekat jendela.

Pria itu berpikir bahwa gadis itu akan mencoba bunuh diri, langsung masuk dan menarik tubuh gadis itu dalam pelukannya.

"Jangan lakukan hal bodoh itu!! Apa kamu sudah gila sampai berpikir untuk melakukan tindakan bodoh itu!!"

Duke Riyan seperti meluapkan emosinya sehingga suara terdengar sangat keras seperti membentak gadis itu.

Cenora yang terkejut dengan semua itu, hanya merasakan matanya panas dan beberapa tetesan air jatuh tanpa dia sadari.

Pria itu melihat bahwa gadis itu menangis langsung merasa bersalah dan sadar bahwa dia mengatakan sesuatu yang salah.
"Kamu...jangan menangis, oke?"

"Hiks...hiks....jangan sentuh aku!!!" Cenora mendorong pria asing itu dengan kuat. Saat tubuhnya sudah bebas, dia mengambil pisau yang berada di dekat lampu dan mengarahkannya ke arah pria itu.

"SIAPA KAMU?!" Cenora berteriak dengan marah. Pria asing ini muncul dan langsung memeluknya apalagi membentaknya seenaknya saja. Dia tidak suka seseorang menghakiminya dengan mudahnya.

Duke Riyan tertegun karena perilaku defensif dan menjauh gadis itu darinya. Perasaan bersalah dihatinya semakin berat karena pemandangan itu. Melihat sekeliling ruangan itu dia langsung tahu betapa kejam dan jahatnya dia memperlakukan anak itu.

Tidak heran jika semua orang mengabaikannya karena dialah penyebab utamanya. Gadis itu pertama datang dan langsung di kirim ke rumah yang jelek dan buruk, tanpa pelayan satu pun.

"Cenora...ini aku, Ayahmu." Duke mencoba meraih gadi itu dengan tangannya.

Slash!!

Cenora mengayungkan pisau ditangannya dan berhasil melukai telapak tangan pria itu hingga berdarah. Cenora benar-benar ketakutan saat ini karena orang didepannya membuatnya selalu merasa tidak nyaman.

"Menjauh dariku...aku tidak punya Ayah. Tolong pergi dari rumahku!!" Cenora mengusir pria itu.

Duke Riyan tidak menyangka bahwa akibat sikapnya yang dingin, akan membuat gadis itu berubah seperti ini. Dia masih berusaha meraih gadis itu, tetapi seakan tombol alarm di aktifkan. Gadis itu sekali lagi mengayunkan pisaunya dan melukai pergelangan pria itu.

Lantai ruangan mulai ternoda darah Duke Riyan. Cenora panik dan khawatir disaat yang bersamaan. Ingatannya yang kelam di masa lalu tiba-tiba muncul. Disaat dia diculik oleh seorang pria asing dan di siksa. Ketakutan itu seperti mendasar dalam dirinya.

"Ja-Jangan mendekat lagi!!!" Pekik gadis itu dengan suara tinggi. Mata birunya bersinar terang karena perubahan emosi gadis itu yang saat ini tidak stabil.

Duke Arian akhirnya tidak mencoba mendekati gadis itu lagi, tetapi memilih untuk tetap diam sambil memperhatikan gadis itu. Kulitnya kusam dan terlihat tidak berisi karena kurangnya asupan makan yang baik diberikan padanya.

"Cenora, jangan takut padaku. Aku janji tidak akan melukaimu. Sekarang letakkan pisau itu dulu dan kita bicara, oke?" Duke Riyan pertama kali membujuk seorang anak, bahkan putranya saja dia tidak pernah.

"TIDAK!!" Gadis itu berteriak marah. Genggaman pisaunya bahkan lebih kuat.

Duke Riyan menghembuskan nafas gusar. Gadis didepannya sudah sangat berbeda dengan gadis 5 tahun lalu. Matanya kini tidak lagi penuh dengan cahaya berkilau seperti saat mereka bertemu, hanya ada kegelapan dan ketakutan akan dunia luar.

Dia mulai bangkit dan berbalik pergi dari sana. Melihat kepergian orang asing itu, barulah Cenora menurunkan pisaunya dan menghela nafas lega. Mungkin karena terlalu banyak tekanan emosional yang tadi dia rasakan, tubuhnya langsung melemah dan hampir ambruk ke lantai.

Sepasang tangan lembut menahan tubuh gadis itu dan menggendongnya ke arah kasur. Abigail terbangun saat Duke datang, sayangnya dia tidak ikut campur karena bisa saja dia malah menambah perkara. Melihat bagaimana gadis itu sangat bersikap agresif pada pria itu, dia sadar bahwa mungkin ada cerita gelap di antara keduanya.

***

Cenora yang berada dalam keadaan tidak sadar. Saat ini di dalam bawah sadarnya dia kembali ke duniannya. Gadis itu melihat sosoknya yang di tinggalkan oleh keluarganya. Dirinya yang diabaikan bahkan setelah dia diculik dan disiksa. Semua orang hanya khawatir pada saudari tirinya.

"Kenapa kamu masih hidup sih? Jauh-jauh dari putriku!" Bentak sang Ibu yang matanya hanya ada rasa jijik padahal gadis didepannya adalah putrinya kandungnya.

"Aku hanya punya satu saudara!! Kamu itu bukan kakakku!!" Teriak adik laki-lakinya yang menganggapnya sebagai musuh.

"Jangan pernah mencoba menyentuh putriku." Kata Ayahnya sambil menjaga gadis lain di belakang tubuhnya.

Cenora yang melihat pemandangan itu hanya bisa tersenyum miris dengan nasibnya yang sial.

'Memang salahku lahir di dunia?',Batin gadis itu sedih.









Bersambung....

I'AM [NOT] VILLAINNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang