Chapter 39

25.6K 3.7K 394
                                    

Beberapa bidadari mengelilingi sosok mungil yang sedang tidur di atas kasur yang terbuat dari awan. Rambutnya tergerai ke bawah dan berayun-ayun.

"Wajahnya benar-benar mirip dengan Dewa Helios.."

"Lihat saja dan kau pasti akan tahu dia itu anak mereka berdua."

"Wajahnya benar-benar cantik tidak seperti Dewi-Dewi di langit."

Cenora yang mendengar suara-suara di dekatnya akhirnya membuka matanya dengan sedikit kerutan di keningnya karena kesal.

'Jadi ini yang dibilang Bidadari di langit...mereka berisik sekali!'

Cenora perlahan bangun sambil melirik ke area sekitarnya. Dia bisa menebak bahwa dirinya berada di sebuah kuil terlihat dari gaya bangunan khas Yunani tersebut.

Baru saja dia ingin bangun, seorang bidadari langsung menghentikannya.

"Jangan terlalu banyak bergerak. Anda baru saja siuman dan perlu makan lebih dulu."

Cenora bisa mendengar suara makhluk di depannya sangat lembut dan tulus. Aroma yang mereka pancarkan juga wangi khas bunga.

"Terima kasih." Balas Cenora sopan dan Kemabli duduk di atas kasur awan miliknya.

Kepalanya masih sakit dan tubuhnya terasa remuk dimana-mana. Dia seperti habis olahraga ekstrim saat ini. Perasaan mengganjal muncul di hati saat mengingat tentang Abigail.

Dia harus mencoba mencari tahu keadaan kakak angkatnya itu. Akan tetapi, kondisinya tidak memungkinkan untuk dia bergerak. Jika tadi dia tidak dihentikan maka pasti sudah jatuh ke lantai.

"Dewa Helios datang!"

Cenora mengangkat kepalanya ke atas dan melihat sosok tinggi dengan tubuh di selimuti oleh cahaya emas yang kuat. Rambut berwarna kuning keemasan dan bibir merah ranum. Kulit sawo matang dengan tinggi 190cm dengan wajah yang sangat tampan.

Cenora bahkan tidak bisa mengalihkan pandangan matanya dari sosok itu. Jantungnya berdegup kencang dan perasaan kehilangan seperti telah di isi kembali.

Helios menatap gadis muda di depannya dan tersenyum lembut seakan bunga-bunga sedang bermekaran saat itu juga.
"Hati-hati dengan air liur mu, nak."

Cenora seketika sadar dan segera mengelap bagian bibirnya, tetapi tidak basah.
"Saya tidak punya air liur!!" Serunya malu.

Helios terkekeh melihat kelakuan lucu gadis itu. Dia hanya bercanda soal hal tadi hanya untuk melihat tingkah lucunya. Akhirnya setelah sekian lama selama ratusan ribu tahun mencari dan mencari keberadaan dari anak kandungnya yang selama ini menghilang. Waktunya akhirnya datang dan mereka bisa bertemu kembali.

Putrinya sudah dewasa dan menjadi gadis muda yang sangat cantik. Wajahnya merupakan versi dia dalam bentuk perempuan.

"Kamu harus makan lebih dulu, kan." Ujarnya.

Cenora mengangguk dan beberapa bidadari membantunya mengganti pakaiannya dengan sebuah gaun polos dengan sulaman emas yang indah. Saat keduanya melewati sebuah pintu besar, penampilan Cenora seketika berubah.

Rambut perak berubah menjadi kuning keemasan. Mata birunya ikut berubah sebelah kanan menjadi emas dan sebelah kiri menjadi Violet. Helios melirik perubahan putrinya dan tersenyum lembut.

I'AM [NOT] VILLAINNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang