Chapter 14 Undine✨

54.7K 7.4K 393
                                    

Perasaan aneh yang dia rasakan tadi masih ada. Ia tidak bisa menebak apa yang membuatnya menjadi sangat bersemangat dan di waktu yang sama gelisah karena mata mereka tidak sengaja bertemu.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Abigail di samping gadis itu dan meninggalkan Aiden yang sangat kesal di belakangnya.

Cenora mengalihkan pandangannya ke arah remaja itu. "Tidak ada. Hanya saja memikirkan soal festival yang akan di adakan nanti, rasanya menyenangkan."

"Benar-benar tidak ada apapun?" Abigail bertanya sekali lagi. Dia tahu bagaimana tingkah laku gadis itu saat menyembunyikan sesuatu, yaitu matanya akan berkedip beberapa kali dengan cepat.

"Um, tidak ada apapun."

Abigail mengangguk sebagai tanda paham. "Festival akan di adakan besok malam. Jadi, kita bisa belajar mengendalikan sihirmu di waktu senggang ini."

"Baik."

Abigail mengulurkan tangannya ke depan gadis itu, Cenora terkekeh dan mengambil uluran tangan remaja itu. Telapak tangannya sedikit kasar karena latihan pedang terus menerus dengan Aiden beberapa waktu ini.

Aiden berjalan mendekati keduanya dan menarik bahu Cenora ke dekatnya. "Wanita dan Pria tidak boleh terlalu dekat."

".........." Cenora sepertinya mulai merasa sikap Aiden itu lebih kekanakan dari pada anak kecil.

"Apa kamu suka menarik seseorang tanpa permisi, sungguh kasar!" Ucap Abigail dan menarik kembali Cenora ke sisinya. "Cenora tidak suka di tarik paksa oleh orang lain!"

"Aku bukan orang lain!! Aku kakak laki-lakinya!!"

"Hah?! Mimpi saja!!"

Cenora melirik antara keduanya dengan lemah. Keduanya seperti (Kucing & Tikus) saat bertemu di manapun itu. Tapi karena hal itu juga keduanya terlihat sangat akrab tanpa mereka sadari. Aiden juga tidak pernah menganggap Abigail itu sebagai orang rendahan lagi, malah seperti saingan.

Harus di akui kemampuan Abigail dalam mengendalikan kekuatan sihir Api miliknya lebih baik daripada orang seusianya. Cenora juga bisa melihat jenis kemampuan sihir dalam tubuh seseorang dengan melihat (Aura) yang menyelimuti tubuh mereka.

Abigail memiliki 2 unsur elemen dalam tubuhnya yaitu Api dan Petir. Kalau Aiden sendiri adalah pengguna elemen sihir air dan tanah. Dia juga tahu bahwa ular yang selalu berada di sisi pemuda itu adalah Guardian.

[Guardian adalah penjaga atau roh hewan yang dipanggil dengan menggunakan kontrak.]

Ular miliknya bernama Rakis yang merupakan keturunan ular beracun kuno. Entah keberuntungan apa yang membuat Ular langka seperti itu bersedia membuat kontrak dengan Aiden si bocah nakal.

Rakis yang merasakan tatapan seseorang kearahnya, perlahan membuka matanya dan mendesis ke arah Cenora sebagai sapaan. Ular itu perlahan turun dari tubuh Aiden dan merangkak ke arah Cenora.

"Sssssssssssstttt....."Desisan ular yang mampu membuat orang lain akan ketakutan, berbeda dengan Cenora yang malah santai saat ular itu melilit pergelangan tangannya membentuk gelang hijau.

Abigail memperhatikan si Guardian, lalu pada pemiliknya. "Guardian milikmu lebih menyukai Cenora daripada kamu."

"Ck. Tentu saja karena dia adikku!!"

Cenora menutup telinganya agar tidak mendengarkan perdebatan yang hakiki di antara keduanya. Ia lalu melihat ke arah ular di tangannya. "Mereka tidak akan usai, mending pergi mencari hal menyenangkan di dekat sini." Ujarnya.

Dia bangkit dan berjalan menuju ke arah sekitaran danau. Dia tidak berani melihat ke arah permukaan danau karena para Undine, masih bermain disana. Para Spirit tidak suka jika ada makhluk lain yang menganggu mereka, karena akibatnya pasti akan sangat berbahaya.

Rakis yang tadinya enteng di tangan gadis itu, perlahan mengangkat kepalanya dan melihat ke arah danau saat gadis itu duduk di bawah pohon besar. Bayangan pohon menutupi dirinya dari terik cahaya matahari yang panas.

[Kamu sepertinya sangat menyukai para spirit itu, tapi ragu untuk memulai komunikasi.]

Cenora terkejut karena ketahuan oleh ular itu. Tetapi dia hanya menunduk dan melihat hewan ditangannya sambil mengusapnya dengan lembut. "Iya, aku takut memulai hubungan dengan mereka karena resikonya sangat besar jika aku akan menerima penolakan lagi. Perasaan di tolak sangat menyakitkan dan menjadi trauma sendiri bagiku. Menurutmu aku itu lemah atau pengecut?"

[Tidak ada salahnya untuk memulai sebuah awal baru. Tetapi jangan paksakan dirimu dengan kondisi mental mu sendiri. Pelan-pelan saja dan semuanya akan berjalan dengan baik. Kamu cukup menjalani hidup yang baik, itu saja.]

"Kamu memang lebih bijaksana dari pada kedua pria disana."

[Jika aku juga seperti Aiden, maka akan jadi bencana jadinya.]

"Benar sekali," balas gadis itu sambil menutupi mulutnya yang tertawa geli. "....Rasanya aku seperti mengantuk...Rakis...kenapa aku sangat mengantuk?"

Bruk!!!

Cenora langsung jatuh tertidur di rumput. Beruntung gadis itu tidak mengenai batu jadi kepalanya tidak terluka. Rakis bergerak ke depan gadis itu dan menatap ke arah danau dengan tajam.

[Ada perjanjian untuk tidak menggunakan kekuatan 'kalian' pada manusia biasa, kan.]

Rakis menatap nyalang pada sosok spirit di atas danau. Tubuhnya melilit gadis itu berusaha menjauhkan dia dari para spirit.

{Tolong jangan salah sangka wahai Guardian. Kami hanya ingin dekat dengan pemilih kami. Tolong jangan salah paham.}

Rakis mendesis marah.
[Jangan mencoba menipu ku! Dia masih sangat muda untuk kalian jadikan Kontraktor!]

••

Disisi bagian pinggir danau, Leo memperhatikan pemandangan danau dengan tenang. Dia mulai mengingat kejadian saat gadis kecil itu hampir tenggelam karena tidak sengaja di senggol oleh Aiden.

Saat gadis itu di selamatkan. Dia langsung terkena demam tinggi dan kondisinya semakin memburuk karena kurangnya gizi dalam tubuhnya. Aiden di berikan hukuman untuk mengintrospeksi diri dalam kamar selama sebulan dan hanya Leo yang menjaga gadis itu setiap malam untuk mengganti kain kompres saat kering dan membasahinya kembali.

[Kamu memikirkan sesuatu di masa lalu lagi, Leo]

Seekor naga hitam muncul dengan bentuk kecil. Sisik ditubuhnya berkilau seperti batu obsedian dan sepasang mata emas vertikal khas keturunan naga.

"Dia masih kecil dan lemah saat itu. Entah sejak kapan dia menjadi lebih berani dari saat itu."

[Anak-anak akan tumbuh dan berubah selama waktu berjalan. Kamu tahu dengan jelas hal itu, Leo.]

[Saat kamu membuat kontrak dengan ku, Sang Naga Hitam. Kamu akan kehilangan emosi yang harusnya di miliki manusia dan hanya menjadi orang yang hidup dengan tujuan menjaga kehidupan manusia saja.]

[Anehnya, aku bisa merasakan bahwa emosi dalam diri mu mulai muncul kembali saat kau berada di samping gadis itu.]

[Aku menunggu kamu menjadi manusia normal kembali dan bukan mesin pembunuh lagi.]

Setelah mengatakan kalimat tersebut. Naga hitam itu menghilang dari hadapan pemuda itu. Leo hanya berdiri dalam diam, hembusan angin membawa aroma vanilla yang familiar baginya. Saat dia melihat sekitar, dia menemukan sosok Cenora yang tertidur di bawah pohon dengan ular hijau milik Aiden yang menjaganya.

"Imutnya..."
































Bersambung.....

I'AM [NOT] VILLAINNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang