PROLOG

82.9K 9.1K 758
                                    

"Nduk, kamu bongkar gudang di belakang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Nduk, kamu bongkar gudang di belakang. Yangti mau bersihin halaman depan," pinta Yangtinya yang sudah berumur, namun tetap segar bugar selayaknya remaja itu.

Kana menggulung rambut panjangnya kemudian mengangguk patuh pada Yangtinya. Setiap kali liburan kuliah, Kana pasti akan selalu berkunjung di rumah Yangtinya yang letaknya di Jawa Tengah. Rumah itu sangat kental akan budaya Jawa. Mereka memang keturunan ningrat dari buyut mereka. Estat itu sendiri adalah peninggalan buyut mereka yang diwariskan secara turun-temurun sampai pada Kana.

Dulu, Yangkung sempat menjual beberapa peninggalan buyut mereka seperti kereta kuda, guci dan bahkan gamelan, karena krisis 98. Jadilah, di rumah itu yang tersisa hanya beberapa peninggalan saja seperti lukisan buyut, perabot kayu, lampu dan arsitektur rumah yang dipertahankan.

(Yangti adalah singkatan dari eyang putri yang artinya nenek. Yangkung adalah singkatan dari eyang kakung yang artinya kakek)

"Mbok, bantuin Kana bersihin gudang, nggih? Katanya nggak pernah dibersihin sejak Yangkung meninggal," gumam Kana pada pembantu di rumahnya yang turut menjaga rumah dan Yangtinya.

Pembantunya itu langsung mengangguk kemudian berkata, "Gudangnya ndak pernah dibersihin sama sekali, Non, bahkan sebelum Yangkung meninggal. Hanya pernah dibongkar sedikit aja waktu krisis 98."

"Sedikit?" tanya Kana tidak mengerti.

"Iya, Non, hanya untuk cari benda berharga yang bisa dijual," jawab pembantunya yang sudah bekerja lama sekali di rumah itu.

Keduanya berjalan melewati halaman belakang yang cukup luas, sebelum sampai di sebuah pendopo kayu yang berdebu itu. Kana membuka pintu tersebut dan ia langsung disambut jaring laba-laba dan debu yang bertebaran, membuatnya terbatuk-batuk sendiri di tempatnya. Kecoa, tikus mulai berkeliaran keluar dari persembunyian mereka, membuat Kana menjerit kemudian memaki.

Yangti yang mendengar makian Kana langsung berseru dari arah ruang tamu. "Bahasanya, Nduk!" ucap Yangti memperingatkan.

Kana hanya cengegesan kemudian berkata, "Ya, refleks, Yangti."

Kana pun langsung membongkar barang-barang di gudang itu. Berkali-kali ia menahan umpatan, karena kecoa sempat merangkak di kakinya, membuatnya panik setengah mati. Gudang itu seolah menjadi kebun binatang khusus serangga. Mau apa saja ada. Kecoa ada. Nyamuk ada. Kalajengking pun ada. Lengkap. Kana yang pantang menyerah, menyeret semua barang yang ada di gudang itu ke halaman dengan bantuan pembantunya. Butuh waktu yang lama ketika gudang itu kosong dan tak bersisa. Kana sempat menemukan satu kotak kayu berukir yang tersimpan jauh di sudut gudang.

Ketika kotak tersebut sudah berada di halaman, Kana meniup debu di kotak itu untuk membersihkannya. Kotak itu cantik sekali, dengan gembok kecil kuno yang menyegelnya.

"Nduk, Mbok, minum dulu. Yangti udah buatkan teh," ucap Yangti sambil meletakkan nampan itu di meja taman yang biasa digunakan untuk bersantai.

Kana mengangguk, kemudian menghampiri Yangti yang tengah duduk sambil menyesap tehnya. "Mbok, minum dulu," panggil Kana lagi, membuat Mbok Sari langsung keluar dari gudang dengan wajah sungkannya. Ia menerima segelas teh itu sambil mengucapkan terima kasih.

KARSA ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora