4. KEKACAUAN DI PAGI HARI

35.8K 7.1K 557
                                    

Anjani menoleh kaget, begitu juga dengan Rara dan pembantu perempuan di situ ketika mendengar seruan penuh amarah dari dalam rumah utama.

"Apa itu, Mbak?" tanya Anjani khawatir.

"Ndak tahu," balas Rara lagi, lalu menarik tangan Anjani segera masuk ke dalam rumah utama tersebut, sumber keributan di pagi hari yang cerah itu.

Ketika memasuki rumah utama, Anjani langsung mendapati kerumunan abdi dalem di rumahnya yang mengintip dari dinding, penasaran dengan apa yang terjadi. Anjani tak sengaja berpas-pasan dengan kakak laki-laki keduanya -Kangmas Arya.

"Kangmas..." panggil Anjani. "Itu kenapa?"

"Kangmas saja baru bangun, Ni," jawab Arya cengengesan.

Anjani melebarkan matanya kaget ketika melihat Rama menampar Kangmas Surya cukup kuat hingga membuat pria itu terhuyung dan terjatuh di lantai kadipaten yang dingin itu. Meskipun sudah paruh baya, namun kekuatan Rama memang tidak perlu diragukan lagi. Rama dan Kangmas Surya bertengkar di ruangan depan yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu. Rama tampak begitu marah. Pipinya merah padam. Nafasnya tak beraturan. Tangannya gemetar hebat.

"Sudah gila, kamu, Surya!" seru Rama sambil merenggangkan lehernya yang tegang.

Anjani melebarkan matanya kaget. Ia tahu dengan pasti penyebab pertengkaran di pagi hari itu. Tangannya keringat dingin dan tubuhnya gemetaran.

"Surya dan Anjani saling mencintai, Rama! Kalau memang perlu, Surya akan kawin lari dengan Anjani," seru Surya berani, membuat Rama membungkuk, lalu menghadiahkan bogeman mentah di wajah anaknya.

Semua orang di situ, langsung mengalihkan tatapan mereka pada Anjani dengan wajah syok mereka, terutama Rara. Anjani sendiri mematung dan menatap Rara serta Kangmas Arya, sambil menggelengkan kepalanya, berusaha menolak fakta itu.

"Kangmas!"

Ibu tiba-tiba saja datang dan menerobos kerumunan di situ. Ibu berlari, berusaha melerai pertengkaran antara suami dan anak kesayangannya itu. Dipeluknya Surya dengan erat, membuat Rama langsung mengurungkan niatnya untuk memberikan bogeman lagi.

"Anak kamu itu sudah gila, Lasmi!" seru Rama penuh amarah. "Dia mau mengawini saudaranya sendiri!"

Ibu pun tampak syok di tempatnya, ketika mendengar fakta itu dari Rama. Ibu menunduk, menatap Surya yang menahan darah keluar dari hidungnya dengan tangannya sendiri. Surya tampak pantang menyerah untuk mengawini Anjani. Pria itu bahkan berdiri dari tempatnya terjatuh, menghadapi Rama dengan wajah angkuhnya.

"Apa sesulit itu mencari wanita di luar sana, Surya, sampai dirimu ingin mengawini adikmu sendiri?!" ucap Rama lagi, menunjuk Anjani yang tengah bersembunyi di balik tubuh Mas Arya.

"Anjani tidak pernah menjadi adik Surya, Rama. Sejak awal, Anjani juga bukan anak resmi keluarga ini. Dia lahir dari rahim abdi dalem. Sudah sepantasnya Surya mengawini Anjani," jelas Surya lagi dengan tatapannya yang teguh dan tak kenal menyerah.

Kangmas Surya sudah gila, rutuk Anjani dalam hati. Cinta harusnya ditanggung sendiri, jangan bawa-bawa orang lain ke dalamnya

Baru saja Rama ingin bermain tangan lagi, Ibu sudah melerai keduanya dan menahan tangan Rama. "Sudah, Kangmas!" bentak Ibu sambil berurai air mata.

"Kamu tahu bukan konsekuensi mengawini saudaramu sendiri, Surya?" ucap Rama mengancam.

"Tahu, Rama," jawab Surya mantap.

"Anjani hanya akan menjadi gundikmu. Anak yang dikandung Anjani nantinya pun statusnya tak lebih dari anak haram," gumam Rama lagi dengan suara yang sengaja dikeraskan, agar Anjani bisa mendengarnya dengan jelas."... dan nama keluarga kita tercoreng."

KARSA ✔Where stories live. Discover now