7. MALAM PERNIKAHAN

49.5K 7.4K 539
                                    

Pinangan tentu saja diterima baik oleh kedua orangtuanya, mengingat dengan keluar Anjani dari rumah itu, masalah akan berkurang. Belum lagi hadiah pinangan yang diberikan pun adalah hadiah pinangan yang besar. Anjani sendiri terlalu syok ketika mengetahui pria itu sungguh meminangnya. Ia bahkan tidak diberikan waktu oleh keluarganya untuk mempertimbangkan keputusan pernikahan itu. Lagi, kalau pun ia tidak ingin, apakah Anjani bisa menolak? Oh, tentu tidak, kan dia perempuan.

Ketika rombongan itu kembali dengan pinangan yang diterima, Raden Mas Adipati Reksanegara sempat menghampirinya dan berkata, "Kangmas tunggu kehadiran kamu, Anjani."

Sial, belum apa-apa, pria itu sudah menggunakan kata mesra padanya.

Dan begitulah, hari demi hari berlalu dengan cepat. Pernikahannya disiapkan sedikit demi sedikit, mulai dari penentuan tanggal baik untuk menikah sesuai penanggalan jawa hingga sampai pada menyebarkan undangan. Selama masa itu, Anjani masih tinggal di rumah keluarganya sendiri dan ia sama sekali tidak mendapatkan surat apa-apa dari Raden Mas Adipati Reksanegara, padahal Laras dan Rara selalu mendapat surat dari calon mereka. Belum lagi dengan tekanan Kangmas Surya yang selalu berusaha menjebaknya. Kali ini pria itu lebih licik dan berani. Pria itu terus berusaha memperkosanya, sampai-sampai Anjani meminta Yu Marsinah tidur bersamanya di kamarnya, saking takutnya.

Beberapa hari sebelum hari pernikahan, Anjani menangis, karena tidak rela meninggalkan Kangmas Arya juga Yu Marsinah. Anjani sudah berkali-kali mengajukan permohonan pada Rama untuk mengizinkannya membawa Yu Marsinah ikut serta bersamanya. Namun, Rama tak kunjung memberikannya kepastian. Anjani sudah bisa membayangkan betapa kesepiannya hidupnya nanti di rumah barunya setelah menikah. Bagaikan burung dalam sangkar emas.

Seperti kematian yang datang tak diduga-duga, begitu pun dengan pernikahan Anjani. Dengan kereta kuda, Anjani dan kedua orangtuanya menghadiri pernikahan yang dilaksanakan di rumah utama Raden Mas Adipati Reksanegara di Sleman -yang nantinya juga menjadi rumahnya. Ketika kereta kuda Anjani sampai, semua tamu undangan sudah menunggu kehadirannya di dalam. Beberapa tamu terhormat pun hadir, baik yang berasal dari golongan pribumi juga dari Belanda.

Anjani saat itu memakai kebaya putih dan jarik dengan bunga kantil yang menghiasi rambutnya. Berbagai ritual pernikahan telah dilewati Reksa dan Anjani. Perayaan itu berlangsung hingga sore hari. Sebelum perayaan itu, Reksa serta Anjani berfoto bersama sebagai foto pernikahan mereka.

Dan malam yang sangat ditakuti Anjani pun tiba. Sebelum memasuki kamar pengantinnya, Anjani dipersiapkan terlebih dahulu oleh abdi dalem wanita yang ada di kediaman itu. Tubuhnya disiram air kembang, dilulur dan diberi kemenyan. Rambutnya pun juga dirawat dan diatur sedemikian rupa. Abdi dalem wanita di kediaman itu rata-rata berumur seperti Yu Marsinah -paruh baya. Ada juga yang masih muda dan bahkan yang masih kecil.

Yu Isma adalah abdi dalem wanita yang bertugas khusus untuk merawat dan menemaninya selama di kadipaten itu. Wanita itu berumur sama seperti Yu Marsinah, namun lebih gempal dan lebih serius. Ketika semua persiapan itu selesai, Anjani berjalan jongkok ke arah kamar pengantinnya yang letaknya dekat dengan beranda depan. Anjani menoleh ke belakang dan mendapati Yu Isma masih memantaunya dari jauh.

Anjani berdecak dengan perasaan enggan luar biasa. Saking enggannya, bukannya melanjutkan jalan jongkoknya ke kamar pengantinnya, Anjani malah bersujud di lantai. Yu Isma tampak bingung melihat nyonya baru mereka itu. Nyonyanya itu tetap berdiam di posisi yang sama, membuat Yu Isma semakin kebingungan dan panik di tempatnya.. Yu Isma langsung berlari kecil ke arah nyonya barunya itu. Dirapikannya bunga-bunga di rambut Anjani yang sudah tak beraturan, karena gerakan sujud yang tak terduga itu.

"Ndoro Ayu harus tahan. Hanya malam ini saja," ucap Yu Isma perhatian.

Anjani hanya mengangguk tak berdaya dan kembali berjalan jongkok dengan dituntun Yu Isma. Yu Isma mengira nyonyanya terlalu lelah, makanya bisa bertingkah seaneh itu. Yu Isma mengetuk pintu jati tinggi itu, sebab dilihatnya sang nyonya malah menyandarkan kening gadis itu di pintu tersebut, bukannya mengetuknya. Yu Isma pernah menemui beberapa pengantin wanita yang sama enggannya seperti nyonya barunya itu. Hanya saja wanita lain akan menangis semalaman sampai mata bengkak dan memberontak sebisa mungkin. Namun, nyonya barunya malah terlihat seperti orang yang tidak niat hidup.

KARSA ✔Where stories live. Discover now