KM - 1🦋

112 14 8
                                    

Kita adalah dua orang dengan hati yang berbeda. Aku yang terpikat, dan kamu yang memikat tapi tak ikut terikat.

 Aku yang terpikat, dan kamu yang memikat tapi tak ikut terikat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Bindara pulang setelah dijemput lebih dulu oleh Ayahnya, Samuel. Sebelum sampai di rumah, mereka sempat singgah ke toko penjual kue cubit. Meski harganya terbilang cukup di kantong, tetap saja menurut Bindara kue cubit tak kalah enak dengan kue lainnya.

Bindara lebih suka dengan makanan yang sederhana, murah, tapi soal rasa tak mengecewakan.

Bindara melihat Bundanya yang tengah menyapu halaman depan, sementara Hanzel—Adiknya dengan semangatnya menghabiskan semangkuk piring berisi nasi dengan lauk yang tersedia.

"Binda pulang," ucap Binda sembari menyalimi tangan Bunda.

Bunda tersenyum. "Binda, nanti ada les, ya?" tanya Bundaku, Bunda dengan nama yang cantik. Sartika.

"Iya, Bunda. Kenapa? Bunda mau aku temankan beli donat?" tanya Bindara langsung teringat akan makanan favorit Sartika. Donat rasa strawberry dengan toping seres warna-warni di atasnya.

Sartika mengulun senyumnya. "Iya, sebelum kamu pergi les. Temankan Bunda, ya? Nanti Bunda yang antar kamu," ucap Sartika lalu meletakan sapu yang sedari tadi ia pegang.

"Siap, Bunda!" Bindara menghormat pada Sartika kemudian ditanggapi oleh kekehan geli oleh keduanya.

🦋🦋🦋


Bindara mengganti bajunya dengan pakaian rumah. Karena terlalu panas cuaca dini hari, ia berniat menghidupkan AC yang tersedia sejak lama di dalam kamarnya dengan warna serba hijau.

Menurutnya, warna hijau justru memberi kesan semakin hidup. Bindara sendiri, sangat menyukai warna hijau. Warna yang menurutnya pribadi warna paling alami. Warna yang membuatnya semangat dan tidak menyakitkan mata tiap kali ia memasuki kamar bernuansa ini.

Bindara menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Rasanya, tolakan dari Saganta tadi selalu saja terulang dalam benak.

Ia memejamkan mata, namun belum sampai semenit, notifikasi di ponselnya harus bergetar mengganggunya yang tengah membayangkan wajah Saganta.

Ia melihat notifikasinya. Ternyata dari Kalsa, sahabat lama yang masih berteman dengannya hingga kini. Juga tak lupa, Kalsa adalah teman sebangku Bindara.

Kalsa:

Binda!

Gawat!

Bindara merengut, menyatukan alisnya spontan saat penyakit menghebohkan Kalsa kambuh lagi. Selalu saja temannya itu seperti ini.

Kenapa, Kal?

Gue lupa kalau besok kita ulangan!  Malah gue lupa nyatet materinya.

Konsekuensi MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang