KM - 3 🦋

38 9 5
                                    

Hai! Maaf udah lama banget ngulang, mwehe.

Part kali ini pendek, sih, maaf ya kalau kalian kecewa. Tapi aku sudah mulai aktif nulis lagi, jadi mungkin selanjutnya akan lebih panjang.

Selamat membaca!

🦋🦋🦋

Pagi-pagi benar, Saganta sudah berdiri kembali di sini. Tepatnya di halaman sekolah masih sambil membolak-balik halaman dalam suatu buku tipis yang ia pegang.

Entah mencari apa dirinya di sana, yang jelas saat ini fokus Saganta hanya kepada buku berwarna merah dan hijau tersebut.

Bindara yang sedari tadi mengikuti cowok itu, ikut berhenti ketika Saganta memutuskan untuk mendaratkan bokongnya di bangku halaman yang berwarna cokelat muda.

Saganta duduk dengan kalem di sana. Ia bisa melihat saat ini lelaki itu sedang tak ingin diganggu, memangnya, kapan Saganta akan adem-adem saja walaupun diganggu? Lelaki itu memang selalu dengan pembawaannya yang serius dan tegang.

Bindara yang juga sejak tadi tak berbuat apapun alias diam di tempatnya yang berjarak tak cukup jauh dari Saganta kini mulai mengambil langkah kecil. Ia melajukan kakinya perlahan ke depan, menuju cowok dengan rambut yang amat hitam itu.

Mengambil tempat di sana, ia langsung mendapat tatapan tak mengenakan dari lelaki yang ia harapkan.

"Lo mau apa lagi? Bukannya udah jelas gue bilang kalau gue nggak butuh rasa suka lo itu?" Saganta melemparkan tatapan yang membuat Bindara lagi-lagi merasa murung.

"Sa, kasih aku kesempatan!" Bindara tampak memunculkan aura serius dalam dirinya. Ucapannya kali ini, benar-benar bukan sebuah lelucon belaka.

"Basi," serta Saganta cepat. "Lo nggak akan pernah punya kesempatan. Sampai kapan pun itu." Saganta menutup buku miliknya yang tadi ia pegang.

"Aku tulus, Saganta. "

"Diem, Bindara!" Saganta, mata cowok itu tiba-tiba memelotot. Ia mencoba meredam amarahnya sebentar, kali ini, nyali Bindara benar-benar ciut, ia merasa kesempatan itu benar-benar mustahil ia dapatkan. "Pergi sekarang!" Saganta mengusir Bindara, lagi.

"Sa... Jangan begini,"

"Ke kelas, sekarang!"

Baik. Kalimat itu sukses membuat Bindara hampir menangis, membuat Saganta menatapnya bukanlah hal yang mudah. Itu yang membuat Bindara begitu penasaran dan ingin mencoba terus untuk membuat Saganta berhenti di dirinya.

Hari ini bukan hari baik bagi Bindara.

🦋🦋🦋

Membolak-balikkan bolpoin dengan tangan yang bertumpu di dagu adalah hal yang saat ini Bindara lakukan.

Bosan, ia sudah mengerjakan semua soal yang telah ditugaskan hari ini dan tak ada pilihan lain selain hal ini. Kelihatan konyol dan aneh memang, tapi setidaknya lebih baik dari pada cekcok dan melepaskan dasi seperti yang saat ini sedang dilakukan siswa lain.

Tiba-tiba saja, Bindara merasa perutnya sedang berulang. Mules sekali. Bindara sontak memegangi perutnya dengan kening yang berkerut. Seingatnya, Bindara tak ada memakan makanan yang aneh-aneh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Konsekuensi MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang