20. Pikiran Kayla

Start from the beginning
                                    

Cut Kayla: Oh okey, thanks infonya ya. Gue cuma khawatir sama Ivy, soalnya kita sempet cekcok kemarin, makanya gue pikir dia marah.

***

"Lo kenapa ngelamun, Kay?" tanya Bening kepada Kayla. Saat ini Bening, Kayla, Ravin, dan Aksa sedang berkumpul di salah satu kafe yang dekat dengan sekolah menengah pertama mereka. Reuni kecil-kecilan katanya.

"Ivy tadi gak berangkat," jawab Kayla yang langsung membuat Ravin menengok ke arahnya.

"Dia gak berangkat kenapa? Dia sakit? Atau gimana? Lo udah jenguk dia? Dia gapapa, kan?" Ravin yang khawatir langsung bertanya berbondong-bondong kepada Kayla. Pria itu dari tadi memang memikirkan Ivy.

Kayla melahap nasi goreng yang ia pesan di kafe itu, gadis itu langsung meminum es teh manis kesukaannya dan mengambil kentang goreng yang memang mereka pesan.

"Kay!" panggil Aksa karena Kayla tidak menjawab pertanyaan Ravin.

"Doi ada urusan keluarga di luar kota, tapi gue gak tau urusan apa sampai doi gak ngabarin gue. Dia bahkan gak ada kabar sama sekali di sosial media. Gue pikir dia masih marah sama gue karena kemarin kita cekcok." Kayla menceritakan semuanya. Ia menceritakan tentang informasi yang memang ia dapatkan dari Natasya.

"Tapi gue masih gak nyangka aja, sebenarnya masalah apa sampai-sampai keluarganya Ivy tuh kumpul semua gitu, bahkan Natasya yang tinggal dan kuliah di Inggris harus balik ke Indonesia," lanjut gadis itu dengan tangan yang masih memutar-mutar sedotannya.

"Gue kemarin ketemu sama Kayla di mini market gitu, kita ngomong-ngomong sebentar di kedai mie ayam soal perasaan. Dia mau pendekatan sama gue, dia juga mau kalau dijemput gue tadi pagi, tapi sekitar jam dua malam dia bilang katanya gak jadi, dan jam tiga dia off. Last seen dia jam tiga malam, tanpa ngomong apapun, gue khawatir banget sama dia, takutnya kenapa-kenapa." Ravin menceritakan semuanya kepada Kayla, membuat Kayla ternganga tak percaya.

Jadi ... Ivy dan Ravin sedang pendekatan?

Apakah Ivy semarah itu kepadanya sampai-sampai tak menceritakan apapun, bahkan masalah Ravin seperti ini.

"Dia gapapa kok, kata Natasya cuma ada urusan keluarga aja yang emang mendadak dan penting banget."

***

"Vy, are you okay?" tanya Natasya yang sama-sama kagetnya dengan Ivy. Gadis itu merangkul tubuh Ivy yang gemetar karena menahan tangisan.

Ivy malah mengangkat kedua lututnya sebagai tumpuan untuk kedua tangannya yang gemetar. Tak cukupkah selama ini ia menderita? Tak cukupkah selama ini ia menuruti ucapan keluarganya?

"Kenapa harus gue, Nat? Kenapa harus seorang Sylvia Ivy Vianly? Kenapa bukan lo? Kenapa bukan yang lain gitu? Kenapa selalu gue yang harus mengalami penderitaan ini di keluarga. Salah gue apa sih, Nat? Salah gue apa? Gue capek, gue capek terus-menerus dipaksa, gue capek terus-menerus mengikuti kemauan keluarga. Keluarga kita egois, Nat."

"Gue tau, Vy. Gue juga paham sama semua yang lo alam—"

"Gak! Lo sama sekali gak paham sama apa yang gue alami, karena gue itu cuma beban keluarga dan lo anak emas di keluarga. Gue selalu salah dan lo selalu benar. Keluarga selalu lebih memandang lo, gue selalu menjadi opsi nomor akhir." Ivy langsung memotong ucapan Natasya, ia masih tidak menyukai semua saudaranya, bahkan semua keluarganya.

"Semua yang baik selalu dikaitkan dengan lo, sedangkan semua yang jahat selalu dikaitkan dengan gue, Nat." Ivy meracau tak jelas, gadis itu menangis sejadi-jadinya karena merasakan pedih yang teramat dalam.

"Sylvia!"

***

Hai, Guys! Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, dan selamat malam untuk kalian semua yang baca part ini!

Hayoloh, konflik apa sih sampai-sampai Ivy nangis gitu? Ada masalah keluarga apa, ya?

Tebak alurnya ayo!

Tebak Ivy ada di mana ayo!

See you!

Xoxo,

Luthfi Septihana🌹

MIPA VS AKUNTANSIWhere stories live. Discover now