3. Perselingkuhan

1.6K 256 4
                                    

Hal yang tak bisa ditolerir dalam sebuah hubungan, perselingkuhan dan kekerasan.

Kata orang, menjelang pernikahan akan banyak masalah datang menerpa. Sepertinya itu benar, sebulan menjelang pernikahan, Rena justru dikejutkan dengan fakta bahwa calon suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Siang itu, Rena menyempatkan waktu istirahatnya datang ke kantor Alan, calon suaminya. Pria yang bekerja sebagai Direktur di perusahaan properti milik orangtuanya. Alan yang selalu sibuk dengan deadline dan Rena yang sibuk mengurusi pasien, keduanya jarang punya waktu untuk sekedar makan siang bersama. Karena hal itu juga Rena menyempatkan diri datang menemui kekasihnya itu untuk mengajak makan siang sekaligus merayakan anniversary mereka yang pertama.

Senyum manis menghiasi wajah cantik Rena, ketika para karyawan menyapa. Mereka semua sudah mengenal Rena karena kabar pernikahannya dengan Alan sudah tersebar luas, bahkan sebelum undangan dibagikan. Mata birunya menatap lurus ruangan paling ujung saat lift terbuka, tak sabar ingin memberi kejutan pada Alan, Rena mempercepat langkah kakinya.

"Kamu tetap akan menikah?" Rena berhenti di depan pintu ruang kerja Alan, suara dari dalam mengurungkan niatnya untuk menarik gagang pintu. "Apa kamu nggak sayang aku?" Suara yang terdengar cukup familiar di telinga Rena. Di saat dia sedang menerka-nerka suara wanita itu, kini suara Alan yang menerpa gendang telinganya, membuat sekujur tubuhnya jadi kaku saat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut pria itu.

"Aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak mungkin membatalkan pernikahanku dengan Rena. Orangtuaku pasti akan sangat marah." Alan mencintai wanita lain? Seakan kilatan petir menyambar jantung Rena, mematikan seluruh saraf dalam tubuhnya untuk persekian detik.

Sakit? Jelas, siapa yang tidak sakit jika mendengar calon suaminya mencintai wanita lain, di saat pernikahan hampir di depan mata. Apa Alan berselingkuh? Rasa penasaran dan marah bercampur jadi satu, mendorong Rena untuk segera masuk. Tapi suara wanita dari dalam kembali mengurungkan niatnya, kakinya gemetaran menunggu jawaban apa yang akan Alan berikan atas pertanyaan yang dilontarkan sang wanita yang belum Rena ketahui identitasnya.

"Kamu mencintai Rena?"

Jantung Rena berpacu cepat, dia merapatkan telinganya di depan pintu kayu berwarna kecoklatan itu. Apakah kamu mencintaiku, Alan? Rena pun bertanya dalam hatinya. Apakah pria itu benar-benar mencintainya? Atau selama ini cinta yang diberikan hanyalah kesemuan belaka? Lantas semua ungkapan cinta penuh damba yang selalu diutarakan oleh pria itu, apa semua itu juga palsu?

"Dulu iya, tapi sekarang tidak. Aku sadar cintaku bukan lagi pada Rena tapi padamu. Hanya kamu, Satu-satunya wanita yang aku cintai." Jawaban Alan seperti belati yang ditancapkan pada jantung Rena, mematikannya dalam sekali hujaman. Tubuh wanita itu merosot ke lantai, kakinya tak bertenaga setelah mendengar pengakuan Alan.

"Satu tahun," lirih Rena, matanya berkaca-kaca. Bagaikan awan mendung yang siap menumpahkan air hujan. Air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya, mendesak keluar. "Satu tahun kita bersama dan semua berakhir seperti ini. Seakan semua yang kita lalui itu sia-sia." Rena tak kuasa membendung air matanya yang langsung tumpah membasahi pipi, menghapus riasan make-up, membuat matanya sembab.

Kamu jahat Alan! Rena memukul-mukul dadanya, merasakan sesak luar biasa menyiksa batin. Kecewa, marah dan putus asa, berpadu menjadi satu menekan rasa sakitnya semakin dalam.

"Lalu? Mau kamu bagaimana? Aku nggak bisa selamanya jadi wanita simpanan? Berada di balik layar, bertemu diam-diam, tidak ada status jelas. Jika kamu mencintaiku, harusnya kamu bisa menentukan pilihan. Kenapa kamu tidak batalkan saja pernikahan dengan Rena."

Marry Me (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang