Bab.5a

185K 6.1K 108
                                    

Steven menatap bibir wanita itu, hingga tak sadar mendekat pada Ashila. "Ayo dimakan." Ucap nenek Ashila membuat Steven kembali menyadarkan diri nya sendiri.

Ashila menatap sang nenek sembari mengunyah makanan nya. "Habis makan Ashila akan bantu nenek petik buah ya diatas." Ucap Ashila.

Nenek memandangi cucu nya dengan baik. "Ada teman tetap mau bantu nenek nih?" Tanya sang nenek pada Ashila.

"Memang nya kenapa kalau ada teman, tandanya kamu gak perlu ikut dengan nya juga. Biarkan mereka berdua saja yang bekerja, Steven juga kelihatan nya kuat." Ucap sang kakek membuat Steven tersenyum bangga.

Walau matanya tidak sengaja melirik junior nya sendiri yang susah untuk berfungsi. "Betul nek." Ucap Steven.

Ashila memakan-makanan nya dengan lahap, berbeda dengan Steven yang masih kebingungan dengan lauk pauk dihadapan nya. "Ini apa?" Tanya Steven melihat beberapa makanan semur yang sebelum nya tidak pernah ia kenali.

"Kamu gak tahu semua makanan berkuah ini?" Tanya Ashila terkejut.

Steven mengangguk. "Kalau begitu makan saja telur gulung buatan nenek, dibuat langsung sama orang Jepang nya." Ucap Ashila.

Steven menggarukan kepalanya yang tidak gatal, lalu mengangguk. Ia juga tidak berniat bilang kalau dirinya adalah seorang Jepang, menurutnya bukan sebuah topik yang terlalu penting untuk dibicarakan dengan murid nya.

Selesai makan, Ashila memberikan baju ganti untuk dipakai Steven berkebun. "Coba pakai ini, saya juga akan mengganti nya dengan yang sama persis." Ujar Ashila pada Steven.

Steven mengangguk, lalu masuk kedalam salah satu kamar didekat nya. Ashila yang penasaran dan ingin melihat milik Steven secara langsung pun mencoba untuk mengintip pria itu berganti baju. "Dimana dia, kenapa gak kelihatan sih!" Gumam Ashila sembari mencoba melihat Steven yang sedang berganti baju lewat celah pintu geser dihadapan nya.

"Tunggu." Ucap Ashila sembari kembali menarik diri nya dari mengintip Steven.

"Pak Steven juga tidak mungkin membuka dalaman nya, yang dia gantikan hanya baju nya Ashila." Ucap Ashila sembari memukul kecil kepala bodohnya.

"Kamu sudah bisa masuk." Ucap Steven.

Ashila menyadarkan diri saat mendengar suara Steven dari belakang. "Oke." Ucap Ashila dengan canggung lalu masuk kedalam kamar untuk berganti baju yang sama.

Selesai berganti baju, Ashila dan Steven mulai memanen banyak sekali buah strawberry. "Saya sudah mencuci nya pak, mau coba makan?" Tawar Ashila yang di balas dengan gelengan cuek ala Steven.

Ashila merengut dan mengikuti dosen nya itu dari belakang. "Bapak, seperti nya dibibir bapak ada sesuatu." Ujar Ashila sukses membuat Steven membuka sedikit bibir nya untuk memeriksa nya, saat itu juga Ashila memasukan satu buah strawberry kedalam mulut dosen nya.

Steven mau tidak mau terpaksa memakan nya, dan cukup menyukai itu. "Saya udah bilang kalau manis kan?" Ujar Ashila pada Steven yang lebih memilih diam.

Selesai memanen, mereka juga membantu nenek dan kakek membungkus beberapa strawberry untuk diberikan pada tetangga jauh. Belum lagi, mencuci nya sebagian dan menaruhnya digudang makanan.

"Bukankah seru berlibur kesini?" Tanya Ashila pada Steven yang berada di sampingnya.

Steven mengangguk sembari mengikat beberapa plastik disekitar nya. "Kalau begitu, berapa nilai tambahan yang akan saya dapatkan?" Tanya Ashila berbisik membuat Steven memelototi wanita itu.

"Bukankah mereka lebih mirip seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta?" Tanya kakek pada nenek ketika melihat kedua anak dihadapan nya saling berbisik satu sama lain.

Nenek mencoba menelisik lebih dalam Steven, karena pria untuk cucu nya harus benar-benar tangguh dan kuat seperti suami nya sekarang ini.

"Hari sudah gelap." Ucap Ashila sedangkan Steven melihat jam ditangan nya masih menujukan pukul lima sore.

"Di daerah pegunungan memang begitu, masih sore tapi seperti malam. Tetapi satu pertanda yang tidak boleh di abaikan begitu saja adalah langit gelap abu-abu." Ucap sang nenek.

"Memang nya ada apa?" Tanya Steven penasaran.

Ashila menatap wajah Steven yang tampan nya bukan main saat berada dibawah kegelapan. "Berarti tandanya langit melarang kita untuk pulang." Ucap Ashila membantu sang nenek menjawab.

"Jadi malam ini kita tidak bisa pulang?" Tanya Steven dengan kerutan di dahinya karena khawatir dengan apa yang akan terjadi jika dia menginap semalaman di sini.

Ashila mengangguk. "Langit gelap abu-abu tanda larangan untuk keluar rumah, biasanya akan ada badai yang cukup besar. Jadi kita harus berada di dalam rumah sampai badai nya pergi." Ucap Ashila membuat Steven menelan saliva nya karena merasa gugup.

Kenapa perasaan ku tidak enak?

My Impotent Boyfriend [DEWASA]Where stories live. Discover now