"Abang dari kemarin-kemarin murung aja deh, nggak sayang lagi sama Ica?" Tanya Ica sedih. Kale langsung menatap pada Ica.

"Nggak, siapa yang sayang sama orang jelek?" tanya Kale mengejek lalu Ica mencubit perut Kale.

"Aduin si Ayah ni!" kesal Ica pada Kale yang tengah tertawa kecil. Dari jauh Risa tersenyum lebar akhirnya semua kembali normal.

Hari-hari Galang lewati bersama Anya membuatnya yakin kalau ia sudah sembuh dan tak perlu meminum obat yang Kakaknya berikan, lagi pula Galang tak tahu itu obat apa. Galang juga kuliah di universitas terbaik yang berada di Jakarta, sedangkan Anya hanya diam-diam di rumah Galang, terkadang ditemani oleh Sifa.

Angin malam ini terasa dingin sekali ke kulit, Anya memakai switer-nya dan memegang kopi hangat sambil duduk diiringi lagu yang Galang bawakan. Mereka berdua sekarang tengah berada di atas rooftop rumah Galang, laki-laki tersebut begitu mahir memaikan gitarnya. "Anya baru tahu Galang bisa nyanyi ya walaupun suaranya...."

"Nggak ada tanding!" sekat Galang.

"Iya deh!" balas Anya lalu tertawa kecil, Galang menyimpan gitarnya dan melihat ke langit malam begitupun Anya, disana banyak sekali bintang-bintang.

"Kalau Galang jadi penjelajah waktu apa yang akan Galang lakukan?" tanya Anya tiba-tiba.

Galang menoleh pada wajah Anya yang tengah melihat ke langit. "Memastikan masa depan lo harus sama gue," jawab Galang.

Sontak Anya langsung menoleh, ia tersenyum dan berdesis. "Terlalu pemaksa," kata Anya.

Ucapan Anya benar, Galangpun mengangguk. "Tapi juga kan usaha."

"Hm ... iya juga sih," balas Anya lalu menyeruput kopinya.

"Kalau lo?" tanya balik Galang.

"Melihat nomer lontre biar bisa kaya tujuh turunan," balas Anya membuat Galang langsung tertawa.

"Hahaha, pinter ya lo sekarang dan lebih peduli akan masa depan sampai ke tujuh turunan lo pikirin?" tanya Galang dengan sisa tertawanya. Anya mengangguk

"Iya karena kalau jodoh sudah di pastikan oleh Galang." Balas Anya dengan wajah polosnya.

"Kalau kita akan bersama?" tanya Galang. Anya menoleh pada Galang.

Dengan sangat ragu Anya mengangguk. "Iya," balas Anya, Galang dapat melihat keraguan tersebut. "Hm ... kalau bisa pergi ke masalu apa yang Galang lakuin?" tanya Anya mengalihkan pembicaraan.

Galang terdiam beberapa detik untuk berpikir. "Berantem sama diri sendiri biar di masa depan semakin kuat," kata Galang.

Anya tertawa kencang. "Hahaha, pelatihan dulu ya?"

"Harus dong, kalau lo?" tanya balik Galang.

"Mau nyuruh diri sendiri buat rajin biar sekarang bisa kaya raya dan bikin istana kaya Frozen," ucap Anya ngasal.

"Hahaha, istana batu es?" tanya Galang tak habis pikir dengan Anya.

"Iya, terlihat bagus bukan?" Anya tersenyum setelah mengatakannya.

Dua jempol Galang berikan pada Anya. "Tapi juga dingin, nanti nggak ada yang datang ke istana lo gimana?"

Wajah Anya langsung terlihat sedih, benar juga yang Galang katakan. "Ya gapapa, sepi itu tenang tak ada keributan dan kebisingan."

"Sepi juga nggak baik," ucap Galang.

Anya mengubah posisi duduknya pada Galang. "Kalau gitu Anya minta di temani oleh Galang aja."

KALE [END]Where stories live. Discover now