Viny dan Lidya masih betah di tempat latihan. Sebagai mantan kapten tim KIII, Viny sangat ingin melihat sejauh mana perkembangan adik-adiknya dalam berlatih setlist baru ini. Apalagi dia ikut andil untuk mendapatkan setlist ini, yaitu konser KIII vs KIII waktu itu.

Kali ini giliran Shani dan Christy yang akan berlatih unit song yang ketiga yang berjudul Manazashi Sayonara (Menatapmu Sayonara).

Jujur saja Shani merasa canggung akan keberadaan Viny di sini. Apalagi dengan keadaan mereka yang tidak baik-baik saja, rasanya ingin sekali pulang.

Begitu juga Viny yang awalnya malu-malu untuk menyaksikan Shani, namun diam-diam dia tetap memperhatikan bagaimana Shani bernyanyi dan berekspresi.

[Pre-Chorus 1]
Saat perpisahan, kita hanya saling memandang

Mata Shani dengan reflek tergerak melihat ke arah Viny ketika menyanyikan baris itu. Tentu tatapan mereka bertemu walau hanya sekejap.

"Kenapa liriknya relate banget sik sama keadaan sekarang??" Monolog Viny dalam hati.

"Vin, lo jangan nangis doong.." Ledek Kak Putri.

"Apaan deh Kak mana adaa!"

"Eh Vin. Menurut gue kalo lo masih member, kayanya nih US bakal sama lo deh. Asli romantis banget ketimbang Wagamama." Timpal Lidya.

Ada benarnya juga. Mungkin mereka berdua akan sangat cocok menyanyikan lagu ini. Sayangnya memang takdir berkata tidak. Viny terlebih dulu lulus dari grup ini.

Atau bisa jadi memang sengaja karena mereka pasti mendapat lagu ini, namun Viny menghindar karena takut dengan asumsi fans yang tidak-tidak akan hubungan keduanya, dan semakin mencomblangkan mereka sebagai sepasang kekasih. Ah, hanya Viny yang tahu.

"Lo jangan ngaco deh, Lid. Lagian udah takdirnya grad lo jangan berandai andai."

[Bridge]
Kenangan kita yang selalu ada
Itu hanya akan melukai dirimu saja
Maafkanlah, sayonara
Ingin aku ucap tapi
Bibirku bergerak
Tanpa suara...

[Chorus]
Maafkanlah, sayonara
Ini adalah salahku
Bahumu mendekat
Aku lari dan memeluk kamu
Menatapmu, sayonara
Andai bisa kukatakan
Rintik tak berhenti
Kita berdua basah dalam hujan

Tanpa disangka, Shani yang awalnya memang terlihat tidak fokus latihan namun di lagu ini dia sangat menghayati. Dia seolah-olah nyata dalam berperan di lagu ini.

Padahal ya memang benar, Shani merasa bersalah karena kejadian kemarin, terlebih lagi kejadian dia dan Viny benar-benar selesai karena perjodohan Shani dengan Erzo.

Lagu telah selesai. Tanpa sadar air mata Shani sudah mengalir di pipinya.

"Ci, Ci Shani nangis beneran?? Iih kereen. Aku gabisaa menghayatii ajarin akuu." Ujar Christy merasa tidak percaya diri.

Shani sempat kaget namun tertawa sambil menghapus air matanya, "Enggak ini gatau aku juga gasadar."

Teman-teman yang lainnya bertepuk tangan karena keduanya tampil sangat baik. Padahal baru dua kali mereka tampil sampai selesai setelah semua lirik dan gerakannya hafal.

"Good job, Shan! Penghayatan kamu udah bagus. Pertahanin yaa. Christy kamu bagus iuga tapi lebih belahar dari Shani oke?"

"Oke Kak Donny!"

"Hmm, padahal aku emang lagi di situasi gini aja. Gatau kalo ntar." Gumam Shani dalam hati.

***

"Ci, Cici dijemput kan?"

"Iya Ge. Tadi Papa mau jemput katanya. Kamu duluan aja."

"Yaudah dahh Cii!"

"Atiati!"

Sudah beberapa menit setelah Gracia pulang, Papa Shani belum juga membalas pesannya. Mungkin sedang sibuk lembur, batin Shani.

"Tuh tanyaiin!" Pekik Lidya nyaris berbisik pada Viny.

Mereka baru saja keluar dan melihat Shani berdiri sendirian di teras sedang fokus pada ponselnya.

Viny ragu. Dia sangat tidak ingin mengganggu waktu  Shani. Dia masih canggung akrena kejadian kemarin lusa.

"Vin, buruu."

"Apasih Lid udah lo aja ah." Viny menekuk wajahnya dan hendak berjalan begitu saja namun lagi-lagi Lidya menahan Viny.

"Eum, Shan. Mau balik?" Akhirnya Lidya yang terpaksa bertanya pada Shani. Namun dengan tangan yang masih menggenggam lengan Viny agar tidak kabur.

Pandangan Viny pun tidak fokus, dia selalu menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Eh, Kak. Iya nih. Nunggu Papa bales."

"Belum bales? Berarti belum pasti dong?"

"Yyaa, mungkin Kak. Tapi, ini mau telfon kokoh kok."

"Ett, gausah. Kamu ikut kita aja."

"Lid!" Viny membulatkan matanya ke arah Lidya. Memberi kode agar dia tidak mengajak Shani.

"Eh gausah Kak. Aku deket kok. Kalian duluan aja. Kan jauh." Ujar Shani tidak enak karena sedaritadi melihat Viny yang hanya terdiam.

"Udah yuk!" Lidya menggandeng tangan Shani dengan cepat. Dan menarik keduanya ke dalam mobil Viny.

"Kak Lidya beneran deh gausah gapapa."

"Tau lo Lid, anaknya aja gamau, lo maen tarik-tarik gitu. Tangan gue juga sakit gila lo!" Sungut Viny ketika sudah di dekat mobil.

Sementara Shani merasa sakit hati ketika mendengar Viny menyebut dirinya dengan sebutan "anaknya". Terdengar asing di telinga Shani. Apa seasing itu kah dia di mata Viny?

"Lo tuh gimana sih Cungkring?? Orang mah lagi kesusahan dibantu. Lo malah gini. Segitu gamaunya lo Shani naik mobil lo?" Ujar Lidya kesal.

Shani hanya menunduk.

"Lo apa apaan sih Lid?! Gagitu maksud guee!"

"Kak, udah ya. Maaf bikin kalian jadi berantem. Aku naik taksi aja. Makasih ya Kak tawarannya. Aku permisi dulu." Ujar Shani ddngan cepat lalu berjalan meninggalkan keduanya ke depan gerbang, yang kebetulan ada taksi lewat jadi dia bisa langsung pulang.

Entah kenapa rasanya sakit menurut Shani. Viny sedingin itu. Bahkan seolah-olah tidak mau mengenalnya lagi.

"Lo nyadad gasih kata kata lo bikin Shani tersinggung?"

"Kata-kata yang mana?"

Lidya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Pertama, lo gapernah nyebut Shani dengan sebutan "anaknya", lo sslalu nyebut nama Shani. Apalagi di depan orangnya. Kedua, lo tuh kaya gamau banget bareng sama dia, kaya ogah banget gitu loh. Napasiik?"

"Ya gagitu maksud gue Lid. Lo kan tau gue sama dia lagi renggang. Lagian cowonya kemana coba gak jemput." Balas Viny enteng.

"Bener-bener lo ye. Anak sepolos dia lo sakitin mulu dari dulu heran gue. Dah ah anterin gue balik!"

Lidya pun memasuki mobil terlebih dulu. Perkataannya barusan membuat Viny sedikit berpikir salahnya dimana.


Tbc. Selamat tidur

Detik Terakhir [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt