Solusi

697 101 7
                                    

"Kamu yakin bakal aman?" Tanya Viny yangmana kurang yakin dengan ide Shani

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kamu yakin bakal aman?" Tanya Viny yangmana kurang yakin dengan ide Shani.

"Mmm..Gatau sih Kak hehe. Coba pada reply apa ntar."

"Palingan juga pada gesrek tuh sama cie-ciein." Timpal Lidya.

Viny meletakkan ponselnya di atas meja dengan kasar, "Replynya pada ngaco

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Viny meletakkan ponselnya di atas meja dengan kasar, "Replynya pada ngaco. Shan, kamu gapapa trending gitu?"

Shani mengangjat kedua bahunya, "Aku gatau kak. Aku takut sih kesebar ke awam. Iyasih, ini bawa nama jeketi juga kalo pada tau kita di jeketi. Tapi tetep aja takut."

"Tapi aku udah graduate, Shaan. Dan lagian di hashtag itu gak ada nunjukin JKT48, ya walaupun ada beberapa yang ngetag kamu."

"Tapi itu justru malah ngeri gasih?" Ujar Yona

"Ngeri gimana, Nek?"

"Yaa ngeri aja kalo persepsi awam tuh jeketi ada yang pacaran, dan apalagi cewe semua kan? Padahal gak semuanya gitu."

Lidya menggeser posisi duduknya ke sebelah Yona dan berbisik namun masih terdeng "Kok lo jadi mojokin mereka sih, Nek? Lagian gue kan dulu juga gitu." Namun omongan Lidya masih bisa didengar oleh Shani dan Viny.

"Gue gak mojokin ya anjir. Maksudnya gue juga khawatir. Mending lo speak up deh Vin kalo lo gasuka digituin. Biar mereka pada kapok juga si ditegur ama lo langsung gitu."

Tiba-tiba ponsel Viny berdering.

"Mama.." Lirih Shani yang memperhatikan nama yang muncul pada layar ponsel Viny.

"Kenapa nelfonnya ke aku sih, Shan?"

"Coba angkat dulu kak." Viny mengangguk mendengar perintah Shani.

"Halo, Ma. Ada apa?"

"Vin, kmu udah lihat yang lagi rame di Twitter soal kamu sama Shani?"

"I–iya Ma, udah."

"Kenapa bisa kejadian? Papa Shani waktu itu udah bilang kan ke kamu? Kenapa kalian masih ngejalanin hubungan kaya gitu??"

Suara Mama Shani terdengar emosi di telinga Viny. Dia merasa tidak enak campur takut. Emosinya juga mulai naik. Ya karena memang dia sudah tidak menjalin hubungan lebih dari teman dengan Shani, sesuai permintaan Papa Shani pada malam itu.

"Mah, Viny bener-bener minta maaf. Tapi kita beneran udah gak ada apa-apa lagi. Kita cuma temenan biasa, atau kakak adek kaya yang Papa minta."

"Terus kalian kenapa di cafe berdua? Dengan ekspresi seolah-olah kalian lagi berantem?"

"V-viny lagi selesain masalah sama Shani karna seminggu ini Viny sibuk dan gak nanggepin chat sama telfon dari Shani."

Shani menangis mendengar itu. Pikirannya semakin pusing. Menurutnya, Viny menyalahkannya karena dialah yang meminta untuk bertemu di cafe tersebut.

"Anterin Shani pulang dan jauhin Shani dulu sementara waktu." Mama Shani segera memutuskan sambungannya setelah mengatakan itu.

Perkataan tegas dari Mama Shani membuat Viny semakin emosi. Dia semakin frustasi karena masalahnya yang menyangkut Shani. Semuanya rumit. Tapi tidak bisa semudah itu meninggalkan Shani.

"Aku anter kamu pulang." Ujar Viny langsung menarik tangan Shani hingga berdiri, dan keluar rumah menuju mobilnya.

"Eh Pin lo mau kemana??" Tanya Lidya kebingungan.

"Kenapa sih tuh anak? Diapain sama Mamanya Shani?"

"Au deh, gajelas.. Tapi gue kasian sih sama Pini, bebannya akhir-akhir ini banyak banget. Mau bantu juga gabisa gue."

Yona melihat ke arah Lidya kemudian menoyor kepalanya.

•••

Shani semakin panik melihat tingkah Viny saat ini, terlebih lagi dia penasaran apa yang sebenarnya terjadi diantara Viny dengan Mamanya.

"Kak, Kak Viny kenapa?? Mama bilang apa barusan??"

Viny tidak merespon. Dia hanya diam dan fokus menyetir dengan wajah yang tersulut emosi.

"Kaak, jawaab.." Shani memaksa Viny sembari mengguncangan tangan Viny yang masih di atas kemudi.

"Aku anterin kamu pulang sekar—"

"Ya kenapa?? Kenapa tiba-tiba gini? Mama bilang apa, Kaak??" Shani sudah menangis histeris. Dia mulai emosi.

Viny menepikan mobilnya dan berhenti. Dia terdiam memejamkan matanya sambil menetralkan emosinya.

"Kaak.."

"Mama kamu minta aku jauhin kamu Shan."

Shani menunjukkan ekspresi cengonya. Badannya melemas, lalu dia senderkan.

"Maaf, kayanya kita harus bener-bener sampe sini." Viny melanjutkan kalimatnya kemudian kembali melajukan mobilnya dengan perasaannya yang hancur.

Sementara Shani hanya bisa menangis sembari memandangi jalanan melalui kaca di sebelahnya. Namun tetap saja, pandangannya kosong. Pikirannya campur aduk.

•••

Mobil Viny berhenti di depan rumah Shani tepat pukul 17.45. Langit sudah mulai menggelap sekarang. Bisa dibilang, suasananya sangat mendukung keadaan mereka berdua sekarang.

Keduanya masih terdiam. Dan Shani tidak langsung turun dari mobil Viny.

"Mau apalagi? Mau nunggu aku dimarahin orang tua kamu lagi?" Ujar Viny memecah keheningan, dan juga menyuruh Shani turun secara tidak langsung.

"Kamu masuk sekarang. Aku bakal bilang ke orang tua kamu kalo kita udah bener-bener sele—"

Ceklek!

Kalimat Viny terpotong karena Shani dengan kasar membuka pintu mobil. Tentu dia sudah sangat marah sekarang. Bahkan dia sedikit membanting pintu mobil ketika menutupnya. Viny hanya bisa memandanginya sampai menjauh.

Kemudian dia bergegas masuk ke dalan rumahnya masih dengan kepalanya yang menunduk dan wajahnya yang tersulut emosi. Mungkin dia akan menangis histeris sesampai kamarnya nanti.

"Arghh FU*K!!!" Teriak Viny setelah Shani menutup pintu rumahnya.
Lalu dia kembali melajukan mobilnya dan pergi entah kemana.

01.13 selamat tidur

Detik Terakhir [END]Where stories live. Discover now