➖43➖

584 59 52
                                    

🔊Vote nya woe...

Oke, happy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oke, happy reading...

Kata orang, jadi perempuan itu harus punya pendidikan yang tinggi biar gak gampang ditindas sama laki-laki. Kata orang pula, jadi perempuan harus punya suami yang pendidikannya lebih tinggi biar gak besar kepala. Nah, kalau kata gue, jadilah perempuan yang berpendidikan namun tidak besar kepala.

Mulai sekarang gue bertekad, kuliah sebaik-baiknya, jadi chef yang hebat, banggakan suami dan keluarga. Cukup sudah kelakuan buruk gue selama ini, gue harus jadi anak yang berguna. Setidaknya untuk diri gue sendiri dulu kata om Zain.

Waktu berjalan udah 2 bulan semenjak gue dikeluarin dari sekolah. Hari ini, hari dimana om Zain akan hijrah ke negeri orang. Negeri Kanguru, tepatnya dia akan melanjutkan pendidikan jenjang spesialis setelah mengikuti ujian penyetaraan terlebih dahulu.

"Udah siap Zain?" Tanya mama mertua pada om Zain.

Om Zain menyeret koper besarnya. "Udah ma."

Mama mertua ngangguk, lalu kami sama-sama memasuki taksi online yang udah dipesan sebelumnya.

Pagi ini kami sekeluarga ikut menghantar om Zain ke bandara. Penerbangan menuju Canberra yang akan lepas landas setengah jam lagi.

Selama perjalanan, om Zain terus menggenggam tangan gue, seakan mengatakan bahwa dia belum sepenuhnya siap berpisah dari gue.

"Kamu yakin gak mau ikut saya aja?"

Gue menggeleng, keputusan gue buat ikut ujian paket C udah bulat. Kalo misalnya gue ambil homeschooling, itu artinya gue bisa ikut bareng om Zain ke Australia. Tapi gue mikir juga, gue pingin om Zain fokus kuliah, apalagi nanti dia kuliah sambil kerja. Kan sayang udah jadi dokter tapi gak kerja sambil kuliah. Gue gak mau jadi beban dia disana, walaupun om Zain bilang gak papa kalo gue emang mau ikut.

"Gak om, Caca disini aja."

Om Zain menyenderkan kepalanya dibahu gue. Sejak malam itu entah kenapa om Zain jadi makin nempel ke gue, suka manja-manja lalu berujung dengan ibadah itu. Lagi.

Beberapa minggu yang lalu gue sempet protes, ngomel-ngomel ke papa. Masa iya bokap gue bilang gue bakal kuliah di luar negeri juga. Katanya disana pendidikan jauh lebih baik. Masalahnya, tau sendirilah gue ini gak bisa berbahasa asing, paling pinter juga bahasa Jawa dikit-dikit. Siji loro telu pa- nah kan gue udah gak tau lagi.

Rencana papa itu tentu gue tolak mentah-mentah. Alhasil jadinya gue ngikut tes masuk kampus swasta di Jakarta, ambil jurusan sesuai rencana awal. Gak tau lah lulus apa enggak. Pengumuman lolos nya masih minggu depan.

Maung Wife✔️Where stories live. Discover now