ARCHIE'05

32.8K 4.6K 1K
                                    

Archie keluar dari kelas dan pergi ke koridor kelas dua belas, langkah Archie sedikit melambat melihat murid-murid kelas dua belas sedang berkumpul di ujung koridor sembari tertawa dan berbicara ke arah bawah.

"Lumayan, banyak yang cantik. Sayangnya tunanetra!" Seru salah satu murid laki-laki dan disambut tawa oleh beberapa murid lainnya.

"Bubar,"

Mereka semua menoleh dan terdiam ketika melihat Archie berdiri di belakang mereka.

"Lo semua norak tau gak. Kalo lo mau liat-liat mereka gak masalah tapi jangan pake kata-kata kayak gitu. Baru aja lo lakuin pembullyan ya, ke ruang kepala sekolah sekarang." Ucap Archie dan tidak ada satupun yang melawan.

Tanpa mengucapkan apa-apa, murid-murid yang sedang berkumpul tadi langsung membubarkan diri dan pergi ke ruang kepala sekolah sesuai dengan permintaan Archie.

Archie menoleh ke belakang menatap murid-murid yang ia suruh ke ruang kepala sekolah sudah mulai menjauh darinya.

"Lah, pada kenapa?" Justin menunjuk murid-murid yang Archie pinta untuk pergi ke ruang kepala sekolah.

Archie hanya menatap sejenak Justin dan melangkah mendekati ujung koridor di mana ia dapat melihat para tunanetra yang sedang berada di luar karena sedang jam istirahat.

"Bukannya itu cewek yang hampir kita tabrak?" Justin menoleh pada Archie.

"Kita? Lo! Lo yang hampir nabrak dia,"

"Iya-iya, gue."

Archie menatap Aurora yang sedang duduk di bawah pohon sembari makan yang dibantu oleh salah satu guru wanita, melihat Aurora tampak tenang dan senang, Archie bernapas lega.

-Archie-

Aurora memegang erat tongkatnya dengan tangan yang sedikit gemetar karena ia sedang diganggu oleh laki-laki asing.

"Ini berapa? Liat tangan gue, berapa? Beneran gak bisa liat? Kasihan muka lo cantik tapi mata lo enggak," laki-laki itu tertawa.

Mata Aurora sudah berkaca-kaca, ketika menceritakan tentang ia kehilangan penglihatannya, Aurora tidak merasa sedih sedikitpun, namun ketika ada yang mengganggu bahkan menghinanya, Aurora ingin menangis saja rasanya.

Aurora tampak mulai tenang saat suara laki-laki yang sedang mengganggunya tidak lagi terdengar, Aurora bernapas lega.

Archie yang sempat melihat salah satu murid di sekolahnya mengganggu Aurora, langsung ia tarik menjauh tanpa mengucapkan apa-apa karena tidak ingin Aurora menyadari kehadirannya. Archie membawa laki-laki itu ke belakang sekolah dan mendorongnya hingga menabrak dinding.

"Gak seharusnya orang kayak lo bisa sekolah di sekolah gue," perlahan Archie berjalan mendekat.

"Lo kenapa?"

Archie langsung menarik dan meremas kerah seragam laki-laki tersebut dengan erat, rahangnya mengeras. "Cewek tadi emang punya kekurangan, dan lo ganggu dia karena lo pikir lo sempurna? Lo punya kekurangan, Bro. Kekurangan lo itu di otak, dan itu lebih parah dari dia."

Laki-laki itu tertawa kecil, "jangan bilang lo suka sama cewek kayak dia?"

"Gue bisa lempar lo ke sana," Archie menunjuk ke arah pagar dengan ujungnya yang runcing. "Lo pikir gue takut? Enggak, gak ada yang gue takutin. Abis gue lempar lo ke sana gue bakal dikeluarin dari sekolah? Pastinya gak akan pernah, dan kalo lo mati gue bakal di proses sama polisi? Iya, tapi sebagai jadi saksi." Archie menaikkan satu alisnya setelah selesai berbicara, menunggu respon dari laki-laki yang tampak tidak berani membuka suara.

ARCHIE [COMPLETED]Where stories live. Discover now