Prolog...

6.7K 363 83
                                    

Alexis melangkah memasuki sebuah cafe dengan senyum hangat yang menghiasi wajahnya. Melangkah dengan penuh percaya diri menghampiri seseorang yang ia kenal.

"Mas Oliver!" Panggil gadis itu lalu mengambil duduk di tempat favoritnya, yaitu di depan bar dekat barista coffee.

Pria yang bernama, Oliver melirik Alexis sekilas. Bukannya merasa senang dia berdecak malas. Karena gadis yang duduk di hadapannya ini salah satu orang yang tidak mau ia temui, karena selalu saja mengganggunya tanpa henti.

"Mas Oliv." Panggil gadis itu lagi seakan tidak ada kata lelah untuk memanggil pujaan hatinya itu sampai menoleh, tidak mengabaikannya seperti orang bodoh.

Oliver yang tengah meracik minuman seketika menghela nafas panjang, bahkan Alexis sampai bisa mendengar suara helaan napas itu dengan jelas. "Bisa gak sih,  kamu sehari aja jangan ganggu hidup saya,"

"Kamu gak capek apa ganggu saya terus!" Lanjut pria itu dengan rasa kesal.Dia sangat ingin hari-harinya damai seperti dulu lagi, sebelum gadis itu selalu menempel padanya.

"Enggak bisa! Kitakan di takdirkan untuk bersama!" Kata Alexis di susul dengan kekehan ringan.

"Terserah apa katamu!"

"Saya tidak perduli!" Lanjutnya dengan sinis.

Tapi bukannya merasa sakit hati, Alexis malah tersenyum. Dia senang saat melihat wajah kesal dari pria itu. Katakan saja dirinya gila, tapi setiap Oliver memasang wajah jutek dan datar ketampanan pria itu malah semakin meningkat.

"Udah gila kamu senyum-senyum sendiri?!"

Alexis mengangguk. "Iya, gila karena mas!"

Oliver langsung bergidik, Alexis memang cantik tapi tidak dengan kelakuan gadis itu yang menyeramkan dan membuatnya risih.

"Kalo kamu gak memesan apa pun! Lebih baik pulang."

"Dari pada menuh-menuhin tempat duduk di cafe saya!" Kata Oliver dengan nada suara yang tidak bersahabat. Alexis mengangkat satu alisnya lalu melihat kesekeliling ternyata hanya dia yang belum memesan apapun.

"Iya, iya." Ucapnya seraya mempertimbangkan pesanannya. "Aku mau vanila late dingin kaya biasa, tapi di buatnya pake cinta sama perasaan ya, mas!"  Oliver hanya berdehem tidak mengubris perkataan absurd Alexis.

Sampai beberapa menit berlalu, minuman yang Alexis pesan pun jadi.

"Makasih mas ganteng, calon suami lexis!" Kata gadis itu.

"Yampun mas, jawab dong. Punya mulut tapi gak di gunain dengan baik. mubazir, mending kasih ke orang yang lebih membutuhkan!"

Oliver mendelik tajam menatap Alexis. Tidak habis pikir dengan apa yang baru saja gadis itu katakan. Bahkan beberapa karyawannya yang mendengar perkataan Alexis terkekeh.

Oliver menggerutu dalam hati, moodnya seketika hancur hanya karena gadis itu, lalu berbalik. "Eh mas mau kemana?" Tanya Alexis menghentikan langkah Oliver.

"Mau ke toilet!"

"Kenapa? mau ikut!" Jawab pria itu sinis berniat membuat Alexis terdiam. Tapi gadis itu mengerjapkan matannya berkali-kali. Di susul dengan senyum merekah di bibirnya. Lalu beranjak dari duduknya membuat Oliver menatap Alexis heran.

"Kamu mau kemana?" Heran pria itu saat Alexis sudah memutari meja bar itu.

"Mau ikut mas lah, kan mas yang ngajak lexis. Tapi nanti kalo lexis hamil tanggung jawab ya!" Kata Alexis polos atau memang pura-pura sok polos.

Oliver memijat kepalanya yang terasa pusing, langsung melenggang pergi tanpa sepatah katapun.
Benar-benar bisa gila dia jika berhadapan dengan Alexis. "Ya Tuhan kuatkan lah iman hamba." Gumam Oliver. Sepertinya dia harus lebih banyak beribadah lagi, agar di jauhkan oleh makhluk yang menjelma seperti Alexis.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





ALEXISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang