Alexis 1...

2.9K 254 57
                                    

2 tahun lalu

Saat itu usiaku masih 20  tahun, aku sudah mengenal Oliver tapi hanya sebatas tetangga, tidak ada rasa suka sama sekali. Bahkan jika bertemu kita hanya saling bertegur sapa saja, itu pun jarang. Sejujurnya aku cukup dekat dengan keluarga mas Oliver tapi tidak dengan darinya.

"Ma!" Panggil ku menuruni anak tangga dengan cepat. Hari ini ada kelas pagi tapi sialnya aku lupa jika memang mobilku tengah rusak, dan akan di bawa ke bengkel oleh pak Aden supir keluarga ku.

"Mama!" Panggil ku lagi mencari keberadaan mama ku, entah di mana sekarang dia berada.

"Alexis jangan teriak-teriak, kamu kira ini di hutan!" Mama berteriak dari arah dapur bahkan lebih kencang dari suara ku tadi. Sebentar tadi mama yang menyuruhku tidak boleh berteriak tapi kenapa suara mama yang lebih menggelegar?... Aku menggeleng heran.

Aku langsung berbalik arah, menuju dapur. "Ma, mobil lexis kan mau di bawa ke bengkel, terus lexis berangkat sama siapa?" Menghampiri mama yang sedang mencuci sayuran.

"Mobil mamakan ada, pake saja itu."

Aku menggeleng dengan cepat. "Lexis masih takut nyetir gara-gara kejadian kemarin." Kataku lemah.

Jika bukan karena mantan pacar sialan ku itu yang tiba-tiba menghadang mobil hanya untuk meminta maaf dan membuat ku sedikit terkejut, mau tidak mau harus membanting stir  menabrak pohon di pinggir jalan.

Pria itu benar-benar menyusahkan, padahal dia yang berselingkuh tapi dia tidak mau putus, benar-benar menyebalkan. Papa, kakak, dan adikku sangat marah saat mengetahui hal itu. Jadi jangan tanya bagaimana keadaan pria sialan itu sekarang. Sudah di pastikan dia babak belur dan di tuntut atas tindakan tidak menyenangkan. Yang bisa menjeratnya dengan hukuman maksimal 1 tahun penjara.

"Ya sudah kalau begitu berangkat bareng Alister saja."

"Gak!" Itu bukan suaraku. Melainkan suara adik tercintaku, yang hanya berbeda beberapa menit saja. Siapa lagi jika bukan, Alister tiba-tiba melangkah memasuki dapur.

Aku dan mama menoleh secara bersamaan, menatapnya. Jika mama menatapnya dengan hangat, aku kebalikannya, menatap Alister dengan sinis.

"Lo tau kan gue gak bakal kasih tumpangan ke Lo, gue mau jemput Cindy sebelum ke kampus!" Katanya dengan santai pada ku.

Membuat ku ternganga. Bocah sialan ini benar-benar! Lebih mementingkan pacarnya dari pada aku yang sudah berbagi tempat di dalam perut selama sembilan bulan dan tumbuh besar bersama-sama.

"Pacar Lo manja banget sih, tiap hari minta jemput!" Seru ku kesal.

Sebenarnya sedari awal aku tidak menyukai, Cindy pacar Alister. Menurutku dia terlalu.. hmm matre, Maybe.

"Al!" Peringat mama. "Kalian kan satu kampus apa lagi sama-sama ada kelas pagi, kasian Alexis."

"Gak bisa ma, Alister juga ada urusan lain sebelum ketemu Cindy." Aku mengerucutkan bibirku. Menatap Alister yang melangkah menghampiri mama, lalu mencium pipinya sekilas.

"Al berangkat ma!"

"Gak mau sarapan dulu?" Alister menggeleng.

"Mau sarapan bareng Cindy nanti deket kampung." Aku berdecak sebal, memutar bola mataku malas.

Alister melangkah menghampiri ku dengan senyum mengejek tentunya, mencium pipiku juga.

"Bye kembaran!"

"Mama!" Rengek ku kesal. Aku tahu pasti dia sangat senang karena aku menderita. Benar-benar kembaran sialan!

🌻🌻🌻

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALEXISWhere stories live. Discover now