Romance, komedi.
Rate 18+
Warning! Cerita ini mengandung kupu-kupu yang nantinya akan menggelitiki perutmu.
__________________________________
"Lo mau anak, kan? Yaudah, malem ini kita tempur."
Bagaimana jadinya, jika santri yang alim dan baik hati...
"Sebaik-baik wanita adalah ia yang mematuhi perintah kedua orang tuanya." _______________________________
Sebelum baca, absen pakai inisial crush, yuk! JANGAN LUPA RAMAIKAN KOLOM KOMENTAR, YA.
FOLLOW AKUN INI JUGA BIAR AFDOL.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Irgilang Ramadhan. Mempunyai makna cahaya terang nan gemilang. Lahir pada bulan suci Ramadan tepatnya dua puluh tahun silam.
Kini, cowok dengan balutan kaus putih polos itu tengah termenung menatap luar ditemani eksistensi bulan sabit yang bertengger cantik di angkasa sana.
Berulang kali napasnya mengembus gusar. Ia sangsi akan permintaan Ibu Hasna. Ada yang pernah bilang padanya, katanya begini; janganlah kamu menyanggupi permintaan orang lain kalau hatimu saja masih berat.
Sedang kedatangannya ke kota hujan baru tadi sore. Sewaktu ia tiba sama sekali tak mendapati presensi putri Bu Hasna yang bernama Luvi.
Irgi kira, Bu Hasna tidak memiliki anak perempuan. Maka dari itu, ia mau bersilaturahmi ke sini.
Membuang napas, sebuah buku ia buka lembar demi lembar, membaca sederet tulisan bertema pernikahan.
Menikah itu bukan perkara mudah. Butuh persiapan baik mental, ilmu maupun harta.
Menikah jauh mulia dari pada pacaran. Jika dosa senantiasa mengalir ketika pacaran, maka pahala akan berdatangan bila melakukan kebaikan bersama pasangan.
Menikah itu menyatukan dua hati yang kemudian akan saling melengkapi. Maka menikahlah atas dasar cinta, bukan keterpaksaan.
"Selama ini aku juga dikategorikan zina karena sering membayangkan paras wanita dan memandang santriwati dari kejauhan."
Irgi menutup buku lantas meletakkannya di kasur. Surai hitam itu ia sisir menggunakan jari sebelum beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air wudu.
Usai berwudu, ia mengenakan sarung serta peci dan tak lupa menggelar sajadah sebab menghadap Allah adalah cara terbaik untuk meminta petunjuk saat ini.
Selepas menunaikan salat Istikharah dua raka'at, Irgi duduk bersila seraya menengadahkan kedua tangan ke atas.
Mencurahkan keluh kesah pada Sang Pencipta seraya mengamini setiap do'anya yang dilanjut dzikir kemudian membaca Al-Quran sampai beberapa waktu ke depan.
• • •
Tiga hari kemudian.
Irgi mengambil napas dalam-dalam. Menghirup segarnya udara setelah subuh. Ia menyambut pagi ini dengan selengkung senyum lebar bersama seuntai harapan yang semoga hari ini bisa lebih baik dari kemarin.
