7-Skakmat

30 19 5
                                    

Yuhu spada-spada, aiyem combek nih. Sebelum baca klik vote dulu ya, dan after reading jangan lupa komen😉 hehe gak maksa cuma ngingetin aja untuk be wise readers *,*.

Happy Reading \●☆●/

"Jadi bener itu kamu?"

Sekarang Tiara tahu makna ucapan Harris tempo silam. Karena keduanya kini saling berhadapan dengan kedua orang tua masing-masing di ruang tamu rumah gadis itu. Sedang Tiara sendiri berusaha meyakinkan dirinya bahwa apa yang sedang dilihat dan dihadapinya sekarang bukanlah mimpi belaka.

"Tiara ambil jurusan apa di sana?"

"Seni sastra, Tante."

Ratna a.k.a ibunda Harris mangut-mangut lalu tersenyum. "Biasanya anak sastra itu kalo gak cerewet ya suka ngedongeng. Nah cocok banget nanti kalo Tiara sama Harris dipasangin, satunya suka ngomong satunya lagi pendengar setia gitu."

Tiara tersenyum paksa mendengar entah itu candaan atau harapan dari wanita paruh baya di depannya. Ia tampak enggan banyak bicara terhadap keluarga teman ayahnya itu, mungkin juga karena rasa syok mengetahui bahwa laki-laki yang calonkan dengannya adalah Harris.

Tiara bahkan tak mau repot-repot menampik ucapan ibunda Harris mengenai wataknya. Biarlah waktu yang menjawabnya, begitulah pikir Tiara.

"Jadi bagaimana ini Pak Yandi?"

Semua perhatian mulai terpusat pada Ayah Tiara begitu topik utama mulai diangkat oleh pihak calon laki-laki. "Yah kalo maunya anak saya minta diberi waktu buat pendekatan dulu, Pak."

Abraham yang mendapat jawaban itu mulai mengerutkan dahinya. "Maksudnya bagaimana itu?"

Yandi menghela napas. "Begini Pak, Tiya anak saya ini masih pemalu dan kurang nyaman kalau belum akrab dengan orang baru. Nah jadi sebelum ke tahap yang lebih serius lagi, anak gadis saya ingin mencocokan diri dulu sama Nak Harris."

Setelah penjelasan Yandi usai, Abraham mulai mengerti keinginan dari pihak keluarga calon besannya itu dan menganguk-angkukkan kepalanya. "Tapi ini nanti jadi, kan?"

Tiara menahan napasnya begitu mendengar pertanyaan pria paruh baya itu. Namun ibunda Tiara yang berada tepat di sampingnya seolah mengerti ketakutan anaknya itu.

Beliau dengan perlahan mengusap lembut punggung tangannya mengisyaratkannya untuk tidak khawatir. "Kalau Allah meridhoinya, Insyaallah jadi," jawab Ayu dengan diakhiri senyuman teduh andalannya.

Tiara bernapas lega mendengar ucapan ibundanya itu. Karena dia sendiri mulai kembali meragu dengan pilihannya. Dia merasa enggan untuk mengenal jauh mantan kakak alumnusnya itu. Karena yah seperti yang Tiara dan bahkan sekolah-sekolah SMA lain di wilayahnya juga ketahui bahwa Harris itu bukanlah laki-laki biasa yang mudah didekati.

Dan hal itu sudah menjadi fakta umum saat Tiara berada di masa putih abu-abunya. Laki-laki itu bahkan mendapat julukan spesial yaitu untouchable sekaligus most wanted yang paling panas dalam perburuan pasangan di masa SMA-nya dan mungkin juga sekarang. Karena menurut penilaian kaum hawa termasuk Tiara sendiri pesona Harris itu damage-nya tidak main-main.

Kira Tiara, lelaki yang akan dijodohkan dengannya nanti bukanlah pria yang dikenalnya dan juga er-agaknya tidak mengharapkan akan setampan laki-laki yang sedang duduk di depannya itu. Tapi semua tebakannya meleset jauh. Membuatnya masih sulit menerima kenyataan yang menghampirinya.

"Baik kalau begitu. Keluarga kami akan setujui kemauan pihak Pak Yandi. Bukan begitu, Ris?"

Harris menganggukinya dengan wajah datar, namun semua orang tak merasa terganggu dengan mimik wajahnya itu. Anggaplah ketampananya itu menolongnya(hahaha ngekek). Dan akhirnya kesepakatan telah terjalin diantara kedua belah pihak keluarga.

Too young to marryOnde histórias criam vida. Descubra agora