"Lumayan. Walau udah digigit cabe busuk," gumamnya.

Brak

Uhuk uhuk

"Aer woy! Uhuk uhuk ...." Deon menepuk-nepuk dadanya. Salahnya sendiri, makan makanan yang jelas-jelas si pemberi gak ikhlas ngasihnya. Kesedak kan jadinya.

"Glek glek Ahh ... Untung gak nyangkut dunia akhirat." Deon menoleh ke arah pintu. "Astaghfirullah kaget!"

Alaric masuk dan mendudukkan dirinya di sofa sebelah Deon dengan wajah merah menahan marah. Kalau begini Deon gak bisa menye-menye. Alaric sedang mode singa.


"Kenapa lagi kali ini?"

"Gak." Alaric menghela nafas panjang. Mungkin masalah yang satu ini biar dia yang menyimpannya sendiri.

"Ok, kalau gitu muka lo b aja dong. Emosi mulu perasaan," balas Rainer.

Alaric tidak menyahut, dia lebih memilih mengambil buah apel yang sudah di kupas.

"Punya gue itu heh!" seru Rainer.

"Bagi."

"Karena Rainer ini baik hati dan tidak sombong, ya udah deh ambil aja. Itung-itung sedekah."

Alaric meletakkan kembali apel itu. "Gak jadi." Lalu dia keluar dari ruang rawat Rainer.

"Lah kenapa? Becanda doang gue anjir, Alaric serius amat udah kayak mau ngelamar anak gadis orang."

"Hubungannya apa, Iner. Gak nyambung banget," ucap Oliver.

"Disambungin lah biar ada hubungan," sambar Deon dengan kata-kata yang absurd.

Tolong yang bisa beritahu Evan ada berapa spesies manusia seperti Rainer, Deon dan Oliver di dunia ini.

"Gue lanjut nih ya tebak-tebakan nya," ucap Deon sambil berpikir. "Dapet! Bebek, bebek apa yang arah jalannya selalu ke kiri?"

"Bebek setan," tebak Rainer.

"Salah. Setan itu kan elu."

"Sitin iti kin ili."

Deon mengumpat dalam hati. "Nyerah gak nih?" tanya Deon.

Rainer dan Oliver mengangguk serentak. "Lo gimana, Van? Jangan coba-coba searching jawaban lagi lo ya, gue peluk lo nanti," ancam Deon.

"Salah ngasih ancaman lo. Yang takut di peluk sesama jenis kan Rainer bukan gue." Evan terkekeh pelan. "Gue nyerah."

"Sialan lo, Van," umpat Rainer mendengar kejujuran Evan.

"Hahaha ...." Tawa Deon menggelar namun hanya sesaat. "Ok, jawabannya bebek yang dikunci stang," ucap Deon dengan wajah angkuh.

"Goblok!"

"Anjim!"

"Bodo amat!"

-o0o-

Malam ini Adel diajak jalan sama Alaric. Senang? Jangan ditanya. Sudah lama juga mereka tidak menghabiskan waktu berdua selain di luar sekolah lantaran Adel yang akhir-akhir ini sering bolak-balik Jakarta-Bandung.

Dengan dress berwarna putih selutut yang bermotif bunga-bunga serta polesan make up yang tipis Adel tidak henti-hentinya tersenyum. Dia jarang memakai dress, tapi ini Alaric yang membelikan dan meminta untuk memakainya.

ALARICWhere stories live. Discover now