ĄLARÍC || 10

22.5K 1.6K 113
                                    

Haii kalian...

Spam komen bisa lah ya, sekali-sekali doang:(

Buat siders juga, kasih jejak gitu kek biar Ayya seneng. Iya tau yg lagi hemat kuota, bacanya offline mulu ...

[Chapter 10] - MISI

"Jangan cari masalah dengan kami kalau lo gak mau kehidupan lo terancam"

- Afentikó

-o0o-

Mentari kembali menyinari bumi. Cahayanya merambat masuk ke kamar yang bernuansa Monokrom.

Alaric sudah rapi dengan seragamnya. Ingat! Rapi versi Alaric itu berbeda. Bukan baju yang dimasukkan, dasi yang menggantung indah, dan rambut yang tertata rapi. Melainkan kebalikan dari semua itu.

Setelah merasa siap, ia turun dari kamarnya untuk melakukan rutinitas pagi, sarapan. Tapi sampai di ruang makan ia merasa ada yang berbeda. Biasanya sang bunda sudah menyambutnya dengan ucapan selamat pagi begitu pula dengan adiknya, tapi dari mulai ia turun sampai ia duduk di kursi kalimat itu tak juga menyapa gendang telinganya.

"Bun," panggil Alaric.

"Hm." Alaric lagi-lagi dibuat bingung dengan respon bundanya. Bukan apa, tapi dia sangat tidak bisa bila diacuhkan bundanya. "Alaric ada salah?" tanya Alaric hati-hati.

"Habiskan sarapan kamu dan berangkat ke sekolah. Untuk hari ini bunda gak mau denger kamu buat masalah," pinta Agatha.

"Tapi bun—"

"Turuti kata bundamu Aric," sela Axel.

Alaric hanya bisa menghela napas. Otaknya tengah berpikir keras, mencoba mengingat apa yang ia lakukan sehingga membuat bundanya marah.

Drrt drrt

"Halo, Ric. Gue udah dapet informasi lengkap."

"Bagus! Kita bahas di sekolah."

"Oke"

Alaric segera menghabiskan sarapannya. "Alaric udah selesai." Ia bergerak untuk menyalami Agatha. "Alaric pergi du—"

Ucapannya terhenti saat Agatha malah bangkit dan beranjak ke dapur. Tangannya masih menggantung. "Assalamu'alaikum," pamitnya.

Sera menatap sendu ke arah abangnya. "Bandel sih, dicuekin bunda 'kan jadinya." Adek laknat!

-o0o-

ALARICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang