☘ Prolog ~

3.7K 212 76
                                    

"Semesta, tolong sampaikan pada dunia, bahwa aku lelah."

~•Zahara Zia Refrigha•~

"Will you be my girlfriend?" pinta lelaki tampan itu menatap gadisnya lekat.

Gadis itu tersenyum manis. "Yes, I will," jawabnya sedikit malu.

Lelaki itu tersenyum, lalu mendekap tubuh gadisnya erat, menyalurkan betapa bahagianya hari ini. "Aku beruntung tahu nggak," gumam gadis itu yang masih dalam dekapan lelakinya.

Lelaki itu mengecup puncak kepala gadisnya. "Aku yang lebih beruntung bisa ngedapetin gadis sebaik kamu, sekuat kamu, setegar kamu. Aku harap, setelah ini, kamu bisa lebih terbuka sama aku," ucapnya penuh harapan.

"Thank you," balas gadis itu terkekeh pelan, lalu mengurai dekapannya, menatap sang kekasih lekat.

"Gemes, deh, jadi pengin bawa pulang," celetuk lelaki itu mencubit kedua pipi chubby milik gadisnya.

"Hahaha, nanti kalau aku nggak pulang, Mama, Papa sama Zoa makan apa?" tanya gadis itu memalingkan mukanya.

"Ya ... biarin aja, biar kelaparan. Kasihan kamu, setiap hari harus masak untuk mereka."

"Jangan gitu, ah. Aku udah biasa."

"Walaupun udah biasa, aku takutnya kamu kecapean," ucap lelaki itu lembut.

"Enggak akan, Zay. Aku itu latihan buat jadi istri idaman yang baik buat kamu," balas Zia tersenyum lebar membuat Zay terkekeh pelan.

"Pintar sekali pacarku ini."

"Zia gitu, loh," ucapnya bangga.

"Udah malam, ayo pulang. Nanti Papa sama Mama marah," ajak Zia menarik lengan Zay.

Kening Zia mengeryit bingung saat Zay tidak beranjak sedikit pun dari duduknya, lalu beralih menatap Zay yang juga menatapnya sendu.

"Aku baik-baik aja, nggak usah khawatir. Rumahku, istanaku," ucapnya penuh keyakinan.

Zay menghela napasnya ppelan, lalu bangkit dari duduknya, menatap lekat kekasihnya. "Hati-hati, kalau ada apa-apa, hubungi aku." Ia mengacak rambut sebahu milik Zia dengan gemas.

"Siap, Kapten!" seru Zia melenggang pergi dari hadapan Zay yang menatapnya tidak rela.

"Zia pulang!" serunya membuka pintu rumahnya dengan tersenyum kecut.

Plak!

Satu tamparan mendarat dipipi kanan gadis malang itu. Zia memejamkan matanya sejenak, tangannya memegang pipinya yang terasa perih.

"Ay ... ah?" panggilnya sedikit terkejut walau sudah berkali-kali ia mendapatkannya.

"Jam berapa ini?" tanya pria paruh baya itu menatap putrinya tajam.

"Maaf, Yah." Gadis itu menunduk takut. Ia tahu, sekarang sudah jam sepuluh lewat lima belas menit.

Helaan napas kasar terdengar dipendengaran Zia. "Ayah udah sabar sama kamu, tapi apa? Kamu malah pulang sama laki-laki! Mau jadi apa kamu? Jalang?" tanya pria paruh baya itu menahan emosi.

"Yah, Zia-"

"Masuk kamar!" tukas pria itu menyentak Zia kasar.

Zia mengangguk pelan, dengan langkah berat ia memasuki kamarnya yang terletak di sebelah gudang. Ia menutup pintu kemudian menguncinya. Tubuhnya ia baringkan di atas kasur kecil miliknya.

Air mata luruh begitu saja. Zia rapuh, andai Papanya tahu, Zia bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri.

"Rumahku nerakaku," gumam Zia sebelum menutup matanya.

Don't forget to vote and comment ☘

I'm Sorry, Good Bye! [END]Where stories live. Discover now