☘ Sepuluh ~

809 72 14
                                    

"Kenapa aku selalu gagal menjagamu? Apa aku harus bawa kamu pergi jauh dulu, baru aku bisa menjagamu setiap saat?"

_I'm Sorry, Good Bye!_


"Halo, Key," sapanya saat telepon sudah tersambung.

"...."

"Hari ini, Zia izin dulu, ya. Zia nggak enak badan."

"...."

"Makasih, ya, Key."

"...."

Zia memutuskan sambungannya, lalu mengembuskan napasnya lelah. Hari ini ia memutuskan untuk tidak sekolah karena kepalanya mendadak pusing, mungkin karena kemarin.

Setelah berkutat dengan lamunannya yang cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk bangkit, dan berjalan keluar kamar. Jam masih menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit, ia tadi sudah memasak dibantu Bi Sei-ART di rumah keluarga Zia.

"Cih, enak banget masih santai-santai gitu," sindir Rea berdecih sinis berhasil membuat Zia menghela napasnya, kemudian tanpa berkata apa pun, ia segera masuk kembali ke dalam kamarnya.

Ia segera bersiap-siap keluar rumah, biarlah pusing itu menghilang dengan sendirinya. Selang beberapa menit, ia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Hanya satu tujuannya, yaitu kafe Ziay's, miliknya dan Zay.

"Pagi, Kak," sapanya saat masuk ke dalam kafe.

Masih terlalu pagi Zia ke sini, makan dari itu masih terlihat sepi, hanya beberapa pegawai yang sudah stay memasak dan membersihkan kafe. Ia tersenyum ramah kepada pegawai kafenya.

"Pagi, Zi," jawab pegawai serempak diiringi senyuman.

Zia memasuki ruangannya yang tidak terlalu luas, kemudian duduk disofa. Tangannya memegang ponsel sedikit jadul, namun masih android. Ia membuka room chat-nya bersama Zay.

Terlihat di bawah profil Zay tertulis 'terakhir dilihat kemarin pukul 21.15' ke manakah lelaki itu? Dan itu sangat bertepatan dengan Zia tidur. Keningnya mengerut jelas. "Zay ke mana, ya?"

"Udah, ah, mending aku bantuin di dapur," putusnya lalu keluar dari ruangannya menuju dapur.

●○●○●○●○

"Zo, sodara lo mana? Tumben nggak nongol," tanya Chezzy-teman dekat Zoa-sambil berbisik pelan.

Zoa mengedikkan bahunya 'tak acuh. Ia memang tidak tahu ke mana Zia, dan ia 'tak pernah peduli kepadanya beberapa tahun ini. Tadi pagi, yang ia tahu Zia sudah siap dan pergi ke sekolah, tapi saat istirahat tidak ada, bahkan ia tadi 'tak sengaja melihat Zay yang sendirian di belakang taman sekolahnya.

"Mana gue tau, tadi pagi udah siap dan rapi itu anak." Zoa menjeda sambil berpikir sejenak. "Oh, atau mungkin dia bolos!"

Chezzy mengangguk setuju dengan ucapan temannya. "Jadi, ini kesempatan buat lo dekatin Zay!"

Zoa tersenyum senang. Ia jadi membayangkan bagaimana Zay menerimanya dengan sepenuh hati, bercanda tawa tanpa adanya anak pembawa sial, Zia.

"Nih, makan, aaa!" Zay menyuapkan rotinya ke mulut Zoa dengan penuh perhatian.

"Makannya jangan belepotan gitu, kaya' anak kecil tau nggak." Lelaki itu mengusap lembut sudut bibirnya.

Zoa mengerucutkan bibirnya. "Terus kalau aku anak kecil, kamu Om-omnya, gitu?"

"Nggak gitu, Zoa-ku sayang," ujar Zay mengacak rambutnya gemas.

I'm Sorry, Good Bye! [END]Where stories live. Discover now