Chapter 15

484 43 40
                                    

Mau tidak mau, suka tidak suka, tapi kenyataan pahit ini lah yang harus di  jalani sekarang.

~~~

Shasya terbangun dari tidurnya. Perlahan ia membuka mata nya, lalu mengedarkan pandangan nya ke penjuru kamarnya. Dan sekarang ia tersadar dan ingat akan kejadian yang menimpanya semalam.

Ia bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk, dan lagi-lagi kristal bening itu jatuh dari kelopak matanya. Begitu menyedihkan kenyataan pahit yang harus ia terima saat ini.

"Ngga, ngga sya. Lo ngga boleh sedih terus kaya gini. Lo harus tetap semangat dan tunjukin kalo lo bisa tanpa mereka." gumam Shasya meyakinkan niatnya.

Setelah itu ia melirik jam yang masih menunjukan pukul 04.30. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat subuh. Dengan sholat lah ia dapat sedikit menenangkan hati dan pikirannya.

Seusai sholat Shasya membereskan semua barang yang ia bawa semalam, ia menata semuanya dengan rapi di kamarnya. Dan tak lupa untuk menyimpan kunci kamar nya di loker meja dekat tempat tidur miliknya.

Setelah semuanya selesai, ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ini adalah hari pertamanya berangkat ke sekolah tanpa berpamitan kepada kedua orang tuanya.

Shasya mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, jarak tempat tinggalnya sekarang ke sekolah cukup memakan waktu. Kurang lebih ia harus mengendarai mobil selama 30 menit baru lah ia sampai di Galaxy International School.

°°°°°

Saat di koridor Shasya melihat kedua kakaknya yang lewat di depannya tanpa menoleh ke arahnya. 'Sakit' itulah yang Shasya rasakan sekarang. Ada namun tak di anggap.

"Shasya..." panggil seseorang di belakang Shasya.

Gadis itu pun menoleh ke arah sumber suara lalu melambaikan tangannya ke arah mereka. Walaupun tubuhnya merasa lemas tak bertenaga, tapi ia tetap memperlihatkan senyuman nya di depan semua orang.

"Lo kemana aja. Dari semalem gue telponin tapi hp lo ngga aktif" ujar Abel dengan suara cemprengnya.

"Bentar, bentar. Sya, mata lo kenapa? Lo habis nangis?" sahut Feli yang sadar akan kondisi Shasya.

"Eh iya sya kok gue baru sadar sih, muka lo juga pucet banget. Lo sakit?" ujar Abel lalu menempelkan tangan nya ke kening Shasya.

"Yaampun sya lo demam, badan lo panas banget. Ayo kita anterin lo ke uks biar di periksa sama dokter."

Dengan cepat Shasya menarik tangan Feli, "Ngga usah fel, gue gapapa. Gue baikbaik aja kok, gue cuma-" tiba-tiba Shasya langsung pingsan dan untungnya mereka cepat menahan tubuh Shasya.

"Lo tunggu disini fel, biar gue cari bantuan. Ngga mungkin kita berdua bisa bawa Shasya ke uks." ujar Abel lalu di angguki Feli.

"Bangun sya, lo kenapa bisa kaya gini sih." gumam Feli seraya menepuk nepuk pipi Shasya pelan.

Tak lama kemudian bantuan pun datang, dengan segera Farel dan anggota osis lainnya menggotong tubuh Shasya menuju uks.

"Shasya kenapa bisa kaya gini?" tanya Farel ketus.

"Kita juga ngga tau, tadi emang muka nya pucet banget terus mata nya sembab kaya abis nangis gitu ngga lama itu dia langsung pingsan." kata Feli menjelaskan kejadian nya.

SHASYA STORYWhere stories live. Discover now