Lima Puluh Lima - DO?

294 51 32
                                    

"Assalamualaikum ... Tante?"

"Kenapa? Ada apa sama Kania?"

"..."

"Hah yang benar?" Sharena memelankan suaranya dan mengangguk, "Iya saya ke sana sekarang, terima kasih ya."

***

"PERMISIIIII," Gadis itu mendorong pintu kaca itu dengan santai, ia disambut oleh beberapa pasang mata yang menatapnya aneh.

"Kania?" salah seorang wakil kepala sekolah beranjak dari tempat duduknya, ia menghampiri Kania dan mendorongnya menuju pintu keluar. "Ngapain kamu ke sini? Gak sopan."

"Bu, tapi saya ada perlu!" Kania menyangkal, ia menepis tangan gurunya itu. "Saya mau melapor karena ada guru yang kurang ajar sama muridnya. Ini perlu ditindak, kan?"

"Heh!" guru lainnya menunjuk ke arah Kania, "Kamu yang kurang ajar. Kamu kan anak yang langganan keluar-masuk BK!"

"Bu, tapi ini penting!!!" Kania ngotot, ia menghentakkan kakinya ke lantai beberapa kali. "Kenapa murid selalu disalahkan sih? Padahal kan saya cuma membela diri! Inget ya Pak, Bu, kita semua di mata Tuhan itu sama! Gak adil namanya kalau cuma murid yang kena hukuman!"

"Huss ... tau apa kamu soal Tuhan? Jadi orang aja belum pernah bener, udah Kania, kembali ke kelas. Jangan buat kekacauan di sini."

Mata Kania menyipit, ia mengarahkan pandangannya ke kepala sekolah. Laki-laki paruh baya itu tampak sibuk dengan beberapa berkas ditangannya, ia tidak begitu menggubris keberadaan Kania karena pekerjaannya jauh lebih penting ketimbang mengurusi satu siswi bermasalah.

"Pak! Bapak kepala sekolah, kan?!" Kania mengangkat tangannya seolah melakukan lambaian. "Pak!!!"

Laki-laki itu melirik sedikit, "Sudah masuk SMA ... harusnya sudah bisa baca kan?" ia menggelengkan kepala sambil membenarkan posisi name tag-nya.

"Di kelas saya, wali kelas, Bu Anis kurang ajar sama saya!"

Karena dianggap makin melantur, gadis itu diseret paksa oleh seorang guru di sana. Namun bukannya Kania kalau tidak melawan, ia malah semakin menjadi-jadi.

"Pak, saya gak bohong! Bu Anis itu guru kepo, selalu mau tau urusan orang! Kerjanya gak becus!!!" cerocos Kania tanpa henti. Tiga orang guru lain membantu mengeluarkan Kania dari sana, mereka lalu mendorongnya begitu saja keluar ruangan.

"Murid kurang ajar!!!" maki seorang guru pada Kania. Gadis itu tampak acuh, ia malah merapikan seragam dan rambutnya yang berantakan, "Kurang ajar? Ya maklum lah namanya juga murid, memang perlu belajar, kan?" kekehnya tanpa dosa.

"Kamu sudah gila ya, Kania?" celetuk salah seorang guru lainnya.

"Mending kamu bilang ke Papamu buat minta diruqyah! Karena makin ke sini makin gak bener! Jangan bisanya tebar pesona saja," ucapan guru olahraga satu itu membuat telinga Kania makin panas.

"Ehemm," Kania memegang lehernya lalu tersenyum, "Bilang aja kalau Bapak insekyur sama ketampanan Papa saya, kan?"

"Eh kamu--"

"Lalu Bapak gagal modus sama guru-guru perempuan yang masih muda, kan?" Kania menaikkan satu alisnya.

"Kani--"

"... soalnya mereka lebih tertarik sama orang yang udah beristri kayak Papa saya! Oh, astaga ... gak tau malu banget ya mereka, Pak? Mana kurang ajar lagi sama Bapak, jangan-jangan ..." mata Kania melotot, semua guru di sana menunggu dengan tatapan bingung.

"Jangan-jangan apa?!"

"Mmm ... maaf, maaf nih ya, jangan-jangan Bapak bakal jadi perjaka seumur hidup! Hah ... amit-amit ya, Pak!!!"

"KANIA!!!!!"

Gadis itu berlari sambil tertawa nyaring, setelah cukup jauh ia pun menghentikan langkahnya dan berpikir. Loh gue kan mau laporin guru sialan itu? Kok jadi balik lagi sih? Kania tampak kikuk, ia berbalik badan dan menopang tangannya dibawah dagu.

"Kania!"

Tampak dari kejauhan ada dua orang yang berjalan menuju ke arahnya. Kania tentu tidak asing karena mereka adalah ... Ella dan Mama Sharena!

***

Mereka duduk mengitari sebuah meja yang diatasnya ada sebuah amplop berwarna coklat. Kania menunduk, tidak berani menatap wajah mamanya.

"Dia sudah terlalu banyak melakukan kesalahan di sini, Bu."

Mata Kania melirik sedikit ke arah Bu Betty, ia menyipitkan mata, menandai wajah guru BK menyebalkan itu.

"Kepala sekolah baru saja bilang, siswa seperti ini beberapa hari harus dihentikan aktivitasnya dari sekolah ..."

Mama Sharena tampak terkejut, ia menoleh ke arah Kania dengan tatapan kecewa.

"Dan kemungkinan terburuknya, ia akan dikeluarkan dari sekolah ... secepatnya."

PLAK!!!

Semua orang di sana refleks menutup mata kecuali Bu Betty, guru BK yang sudah hafal betul segala kemarahan orang tua para murid.

"Saya minta semua keluar dari sini, agar masalah Kania bisa diselesaikan baik-baik dengan Mamanya," Bu Betty mempersilakan Bu Anis dan Ella keluar dari ruang BK. Setelah semuanya hening Kania hanya bisa menatap wajah mamanya dengan sendu. Ia menyentuh pipi yang baru saja ditampar oleh Mama Sharena.

"Apa? Mau apalagi kamu?!"

"Janji palsu apalagi yang kamu berikan ke Mama, Kania!!!!" Sharena berteriak sambil menangis, ia sudah tidak kuasa melihat wajah puteri sulungnya itu.

"Mama tidak pernah mendidikmu menjadi seorang bajingan!!!"

Kania diam, ia kembali menundukkan kepala.

"Biarpun ada darah Fauzan yang brengsek itu, tapi Mama percaya kalau ... kalau ada hati dan nurani Mama di dalam tubuh kamu." Mama Sharena terus terisak, "Tapi sekarang Mama sadar, tidak pernah ada Mama dalam diri kamu Kania!!!"

"Ma!"

"Ini Kania lakuin karena Kania mau membela Mama! Kania mau membela keluarga kita, Ma!"

"Gak usah banyak menyangkal, Kania! Jika kamu tidak pernah melakukan kesalahan, Mama tidak pernah minta untuk dibela!" Mama Sharena terus berapi-api, ia memegangi perut buncitnya sambil sesekali melirih.

"Kania memang selalu salah di mata Mama!!!" Kania hendak beranjak namun Mama Sharena mencengkram tangannya lebih dulu. "Jangan pergi ke manapun tanpa sepenglihatan Mama."

***

Hi i am back!!

Setelah sebulan lebih gak update sorry :')
Terima kasih yaa yang masih mau menunggu♥️
Jangan lupa vote yaaa!

My Cool DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang