Dua Puluh Enam - He is Not My Daddy

1K 152 251
                                    

Ketika membuka matanya pertama kali, Kania terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ia berada disebuah ruangan dengan cahaya temaram, tangan dan kakinya terikat kuat, ia seperti gelandangan yang terkena depresi akut.

Kania dipasung, ia diperlakukan layaknya orang gila, bahkan lebih parah.

Kania mencoba meronta sekuat tenaga, ia menjerit keras dan berharap ada seseorang yang mau menolongnya.

"Papaaaaa!!!!!!"

"Papaa tolongggg!!!!"

"Tolonggg siapapun tolongin gueee!!!!" tenggorokannya tercekat, ia kehausan dan hampir mati. Entah sudah berapa jam ia dikurung di sana. Kania tidak mengerti kenapa orang-orang itu membawanya ke sini.

Di mana Papa Fauzan? Apa ia tidak mencari Kania layaknya Papa Aldan mencarinya?

Entah sudah berapa kali perutnya berbunyi, sejak semalam ia belum sekalipun menyentuh makanan. Terakhir yang Kania ingat, malam itu ia mendengar suara Mama Sharena dan Papa Aldan, tapi ketika ia berlari keluar dan berteriak, tiba-tiba ia dipukul dari belakang oleh orang jahat itu.

Orang jahat yang selalu memakai jaket berwarna hitam, kaca mata hitam, dan topi merah. Orang itu yang tinggal bersama Papa Fauzan dan beberapa wanita iblis!

"Mama ... Kania kangen ..." tangisnya pecah, ia terus merengek meratapi nasibnya.

"Mamaaa ...."

"Mamaa Sharenaaaa!!!!"

"Ma, maafkan Kania Ma."

Kania menangis pilu, ia menyesal telah meninggalkan keluarganya. Ia menyesal telah marah pada mama dan Papa Aldan. Ia ingin kembali ke kehidupannya yang dulu, ia hidup bersama keluarganya dengan aman dan tentram.

Ia bersama dengan sahabat-sahabatnya yang selalu ada. Dengan Ella, teman sebangkunya yang selalu pengertian. Yola yang selalu membuatnya tertawa, dan ... Niar yang selalu menjadi kaki dan tangan Kania.

Mereka semua yang selalu ada untuk Kania bahkan di titik terburuknya.

Mereka adalah sahabat yang benar-benar sahabat. Kania sampai tidak ingat kapan mereka pernah meninggalkan Kania, karena sebenarnya pun mereka tidak pernah meninggalkan Kania.

Kenapa Kania harus membenci orang-orang yang selalu menyayanginya?

Sejak awal memang Kania yang salah, ia tidak pernah menyadari begitu besarnya perhatian dan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya.

Kania egois, ia selalu mementingkan kebahagiaannya sendiri. Ia memegang prinsip hidup dengan bebas sehingga ia selalu menyepelekan perasaan banyak orang.

Tanpa sadar, banyak orang yang terluka atas tingkahnya selama ini.

Brak!!!!

Pintu dari kayu yang sudah mulai lapuk itu di dorong dengan kasar, Fauzan muncul dan tersenyum tipis. Kania yang baru menangis langsung menghembuskan napas lega, akhirnya Papa Fauzan datang juga.

"Syukurlah Papa datang, lepaskan ikatan ini Pa, Kania nggak betah ada di sini."

Fauzan berjalan ke arah Kania, ia menggenggam sebuah plastik hitam dan meletakkannya di depan Kania. "Papa akan melepaskannya, tapi tidak sekarang ya sayang."

"Hah? Jadi Papa tega ngeliat Kania menderita begini?!"

"Papa mana yang tega membiarkan anaknya dalam kesakitan?" Fauzan tersenyum, ia membuka bungkusan plastik hitam yang ternyata berisi nasi bungkus.

"Kamu makan ya sayang, Papa nggak mau kamu sakit, lalu menyusahkan Papa."

"Enggak, Kania nggak mau makan nasi bungkus! Kania mau order makanan yang lebih layak, Pa!" bantahnya.

My Cool DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang